Selesai bicara, Yara membentuk segel tangan dan melafalkan mantra. Energi spiritual di puncak Gunung Tisatun bergerak ke arah Yara.Tirta membatin, 'Teknik rahasia praktisi ilmu mistis? Apa itu? Bukannya Genta bilang dia itu pemurni energi? Sebaiknya aku bertindak dulu, orang yang bertindak terakhir pasti celaka!'Tirta hanya terkejut sesaat. Apa pun teknik yang disiapkan Yara, dia tidak ingin memberi Yara waktu untuk membuat persiapan.Tirta melafalkan mantra Teknik Pengendali Angin, lalu berkelebat dan mendekati Yara dengan cepat. Tirta hendak menyerang bagian dada Yara.Yara berucap, "Jangan kira cuma kamu yang menguasai Teknik Angin Kilat. Ini cuma teknik tingkat rendah bagi praktisi ilmu mistis Negara Yumai. Aku mau tunjukkan 3 makhluk spiritual yang kupelihara."Saat Tirta bergerak, Yara sudah selesai melafalkan mantranya dan membentuk perisai di tubuhnya dengan energi spiritual. Teknik ini bisa memperkuat pertahanannya.Yara juga tahu tubuh Tirta sangat kuat. Dia takut dirinya t
Sewaktu Tirta mengejar Yara, bagian belakang bajunya dikoyak oleh ketiga sosok wanita itu hingga terbuka. Bahkan, celana Tirta juga koyak sehingga bagian bawah tubuhnya terlihat. Tirta sangat marah."Wah, besar sekali," komentar Yara. Dia terdiam di tempat saat melihat bagian bawah tubuh Tirta. Yara memandangi Tirta dengan ekspresi kagum. Bahkan, dia mulai membayangkan dirinya berpelukan dengan Tirta.Beberapa orang Negara Yumai mengamati Tirta dengan ekspresi cemburu sambil marah-marah."Sialan!""Mana mungkin pemuda dari Negara Darsia ini begitu kuat? Bahkan Master Yara juga terpesona padanya!""Kita harus cincang dia!"Mereka menganggap Tirta seperti musuh bebuyutan. Hanya saja, Yara membentak sebelum mereka bertindak, "Hentikan! Dia itu milikku! Tanpa perintahku, kalian nggak boleh sakiti dia!"Orang-orang dari Negara Yumai ingin menghabisi Tirta, tetapi mereka harus mematuhi perintah Yara. Mereka hanya bisa menahan kekesalan dan menyahut seraya mengepalkan tangan dengan erat, "Oke
Selain wanita misterius, Kimmy, dan para murid perempuan dari Sekte Aswad yang bereaksi terlalu berlebihan, di puncak Gunung Tisatun, masih ada banyak murid perempuan lain yang belum pernah melihat pemandangan seperti ini.Mereka juga melihat Tirta. Begitu melihatnya, mereka semua langsung terkejut sampai terdiam di tempat."Dik, cepat lihat, itu ... itu apa?""Kak, kenapa bajingan mesum itu bisa sekuat ini ....""Dik, aku sudah nggak bisa berdiri. Cepat bantu aku!""Kak, aku juga sudah nggak bisa berdiri. Ini terlalu mengerikan .... Bajingan mesum ini ... benar-benar bukan manusia!"Di dunia misterius, para wanita masih berpegang pada nilai-nilai feodal seperti di zaman kuno Darsia. Mereka memegang teguh norma kesusilaan dalam hubungan pria dan wanita, di mana hanya boleh sebatas perasaan tanpa melanggar batas kesopanan.Sebelum menikah, mereka akan menjaga kehormatan diri dengan sangat ketat. Bahkan setelah bertunangan pun, mereka tetap menjaga jarak dan menghindari interaksi fisik y
Tirta langsung mencengkeram leher Yara, lalu mengancam, "Jalang, cepat serahkan penawarnya! Kalau nggak, jangan salahkan aku yang bertindak kasar!"Yara membalas, "Bocah Darsia, memangnya apa yang akan kamu lakukan padaku? Ini bukan tempat untuk berbicara. Ikutlah aku ke suatu tempat dan penuhi satu syaratku, lalu aku akan menyerahkan penawarnya padamu."Sebenarnya setelah melihat Tirta secara langsung, Yara sudah tak lagi berusaha menghindar. Dia membiarkan Tirta menangkapnya tanpa perlawanan, bahkan menatapnya dengan penuh gairah.Yara menjilat bibirnya, lalu mengulurkan tangan dan berusaha untuk membelai dada Tirta. Setiap gerak-geriknya penuh dengan isyarat menggoda."Astaga .... Kenapa Master Yara picik begini?""Bocah Darsia itu sama sekali nggak pantas menyentuhmu, Master Yara!"Beberapa orang dari Negara Yumai yang datang bersama Yara langsung merasa sakit hati melihat ini, seolah hati mereka tercabik-cabik.Namun, sebenarnya Tirta hanya merasa jijik. Dia sama sekali tidak ada
Saat beberapa orang Negara Yumai melancarkan serangan diam-diam ke punggung Tirta, wanita misterius berkerudung itu memperingatkan, "Bocah, hati-hati ...."Tirta mengangkat kakinya dari tubuh Yara, lalu bersiap menghadapi para penyerang. Pada saat yang sama, dia menoleh ke arah wanita misterius itu dan membalas sambil menyeringai lebar, "Hehe. Tenang saja, Kak! Cuma beberapa orang payah seperti mereka, mana bisa melukaiku?"Pipi wanita misterius yang tadinya sudah merah karena malu, kini makin panas. Dia mengalihkan pandangan dan mengingatkan Tirta dengan suara pelan, "Bocah, jangan terlalu percaya diri. Lebih baik kamu berbalik dan tetap waspada.""Tenang saja, Kak! Lihat saja nanti, aku bakal bikin mereka babak belur!" ucap Tirta. Dia mulai menyadari kenapa wajah wanita ini memerah. Entah kenapa, hatinya terasa lebih bersemangat dan suasana hatinya pun membaik. Dia bahkan tersenyum lebih lebar ke arahnya.Wanita misterius itu awalnya enggan meladeni Tirta, tetapi pada saat yang sama,
Wanita misterius itu sedikit terkejut saat melihat Tirta tetap utuh tanpa luka dan bahkan bisa menyelesaikan pertarungan dalam waktu singkat.Tirta menepuk dadanya, lalu berucap sambil tersenyum lebar, "Kak, sudah kubilang mereka cuma orang payah. Mereka sama sekali nggak bisa menyakitiku."Wanita misterius itu langsung membuang muka. Dia tidak mau lagi melihat Tirta, tetapi masih mengingatkannya dengan suara pelan, "Bocah, jangan terlalu bangga dulu. Cepat cari baju dan kenakan sesuatu! Kamu ini nggak tahu malu banget, masa jalan-jalan tanpa baju seperti ini?""Hehe. Baiklah, Kak!" ucap Tirta. Dia sendiri bukanlah orang yang suka mempertontonkan tubuhnya. Sekarang setelah pertarungan selesai, dia pun berjalan beberapa langkah, mengumpulkan baju robeknya, dan mengikatnya sedemikian rupa agar bisa menutupi tubuhnya.Melihat hal ini, banyak pesilat kuno wanita yang ada di sekitar langsung kehilangan semangat, seolah-olah ada sesuatu yang hilang dari pandangan mereka.Sementara itu saat T
Ketika Tirta mendekat dengan senyum cerianya, wanita misterius itu justru menghela napas pelan dan bergumam rendah, "Racun seperti ini belum pernah kutemui sebelumnya. Bahkan, Obat Serbaguna dari Sekte Mujarab yang mampu menetralkan segala racun di dunia pun nggak bisa mengatasinya. Kamu sebaiknya nggak perlu buang-buang tenaga."Wanita misterius itu melanjutkan, "Nggak kusangka, padahal ini pertama kalinya aku keluar untuk berlatih di dunia luar. Sebelum menyelesaikan tugas yang diberikan guruku, aku malah harus kehilangan nyawa di sini."Tatapan wanita misterius yang indah seperti lukisan, kini dipenuhi kesedihan yang membuat orang merasa iba."Praktisi ilmu mistis dari Negara Yumai ....""Sepuluh tahun yang lalu, seorang praktisi ilmu mistis dari Negara Yumai juga pernah menimbulkan kekacauan di turnamen bela diri.""Namanya Yudha. Sepertinya, wanita Negara Yumai itu adalah anaknya. Kalau begitu, racun ini memang nggak ada penawar.""Dulu saat turnamen bela diri itu, hampir 100 pesi
Itu sebabnya, wanita misterius itu merasa sangat marah pada Tirta. Bahkan, sedikit rasa simpatinya terhadap pemuda itu pun langsung lenyap.Tirta berusaha menjelaskan dengan putus asa, "Kak, kamu salah paham! Aku nggak berniat mengambil keuntungan darimu .... Tolong percayalah padaku sekali ini saja. Aku benaran bisa menyelamatkanmu!"Melihat kondisi wanita misterius itu makin lemah, Tirta mulai mempertimbangkan untuk langsung memaksanya menerima pengobatan.Tepat saat Tirta hendak bertindak, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa dari belakangnya."Bajingan Mesum! Wanita Negara Yumai tadi bilang kamu mencuri semacam energi dari dalam tubuhnya. Makanya, dia nggak bisa membantu kami menghilangkan racun.""Kamu yang bikin kami semua harus menunggu mati! Kamu harus mati lebih dulu untuk menebus kesalahanmu!"Tirta menoleh dan melihat sekelompok pesilat kuno pria yang tak bisa menerima kenyataan bahwa mereka akan mati. Mereka berkumpul dan berlari ke arahnya dengan niat b
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di