Home / Romansa / Ditinggal Suami, Dinikahi CEO / Bab 55. Sesuatu yang Tertahan

Share

Bab 55. Sesuatu yang Tertahan

Author: Vya Kim
last update Last Updated: 2025-02-02 12:00:40

"Cepat! Ke kamar! Dia semakin dekat!" rintih Hana, suaranya hampir bergetar karena gugup.

Rey tidak langsung bergerak. Sebaliknya, pria itu justru tersenyum miring, senyum yang membuat Hana merinding bukan karena takut, tetapi karena ada sesuatu yang berbahaya dalam tatapannya.

Tanpa sepatah kata pun, Rey menggenggam pergelangan tangannya dan membawanya berbelok ke dalam gedung. Dari tempat mereka bersembunyi, terdapat sebuah pertigaan koridor yang mengarah ke area kamar hotel.

Cahaya lampu yang lebih redup membuat jalur itu terlihat lebih sepi dibandingkan ballroom yang masih ramai dengan tamu-tamu di belakang mereka.

Rey berjalan cepat, tetap menggenggam tangan Hana dengan erat. Langkah mereka nyaris tak bersuara karena lantai koridor dilapisi karpet tebal berwarna biru tua.

Aroma khas hotel yang mewah menyeruak di udara, namun Hana sama sekali tak bisa menikmati itu semua. Napasnya sedikit terengah karena mereka berjalan dengan cepat,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 56. Trauma

    "Maaf, Tuan. Karena kupikir justru denganmu aku akan aman ..."Suara Hana terdengar rendah, hampir seperti bisikan. Ia bahkan menunduk, tidak berani menatap Rey langsung, jemarinya sibuk memainkan kuku jarinya seolah mencari sesuatu untuk dialihkan.Rey, yang tengah mengenakan kemeja barunya, menoleh. Gerakannya terhenti sesaat.Kata-kata sederhana itu terasa aneh di telinganya.'Dia merasa aman denganku?'Sebuah pemikiran yang asing. Tidak seharusnya mengganggunya, tapi entah kenapa, hatinya sedikit tergelitik. Ia menatap punggung Hana yang masih menunduk, mencoba membaca ekspresi perempuan itu.Bukannya menanggapi perkataan Hana, Rey malah merogoh saku celananya, menarik kartu akses hotel, lalu melangkah mendekat. Tanpa basa-basi, ia menyerahkan kartu itu padanya."Beristirahatlah di sini," ujar Rey dengan nada tegas. "Akan kusampaikan pada orang-orang kalau kau sedang tidak enak badan."Hana mendongak, menata

    Last Updated : 2025-02-04
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 57. Maukah?

    Hana kemudian berlutut di hadapan Rey yang tengah duduk di tepi ranjang. Tanpa ragu, ia menggenggam tangan pria itu dengan kedua tangannya yang kecil, mencoba memberikan kehangatan di tengah ketakutan yang jelas masih menyelimuti Rey."Baiklah …, aku di sini, Rey," ucapnya dengan suara lembut, penuh ketulusan.Rey menatap jemari mungil Hana yang menutupi sebagian besar tangannya yang lebih besar. Sentuhan itu sederhana, tetapi ada sesuatu di dalamnya, sesuatu yang meresap ke dalam hatinya, menghangatkan rongga dadanya yang terasa sesak beberapa saat lalu.Ia menghela napas panjang, merasakan tubuhnya mulai tenang. Perlahan, debaran panik yang mengguncangnya tadi berkurang, digantikan oleh ketenangan yang asing, namun begitu nyata.Saat ia mengangkat kepalanya, matanya langsung bertemu dengan netra Hana. Mata itu … sejuk, lembut, dan entah bagaimana, mampu menenangkannya tanpa banyak usaha.“Kenapa kau bisa …?” Suara Rey begitu rendah, sed

    Last Updated : 2025-02-06
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 58. Apa kau bisa?

    Mata Hana terbuka lebar. Jantungnya seperti berhenti berdetak sesaat sebelum kembali berdebar kencang. Ia refleks menarik tubuhnya sedikit ke belakang, berpaling dari tatapan Rey yang begitu dekat, begitu intens."Apa maksudmu, Rey?" tanyanya, suaranya mengandung keraguan. "Bukankah hubungan kita ini palsu?" Alisnya berkerut, mencoba memahami arah pembicaraan pria itu.Rey tetap diam sejenak sebelum akhirnya mengangkat dagunya sedikit, tatapannya kosong menatap lurus ke depan. "Ya... Pertunangan palsu," jawabnya akhirnya, suaranya terdengar begitu tenang, nyaris tanpa emosi. "Kita akan bertunangan sampai orang-orang dari masa lalu kita menyerah."Tapi itu bukan satu-satunya alasan.Di lubuk hatinya yang paling dalam, ia membutuhkan Hana.Seperti saat ini, di mana hanya Hana yang mampu menenangkan detak jantungnya yang kacau, mengusir kekosongan dalam dirinya yang selama ini tak bisa ia jelaskan. Hana seperti candu yang tak seharusnya ia n

    Last Updated : 2025-02-07
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 59. Dilema

    "Ya, Ibu sudah membahasnya dengan Tuan Noh. Ibu juga melihat sepertinya kau bahagia dengan Rey ... Dia anak baik," Lauren menanggapi gumaman Hana dengan nada lembut, seolah keputusan ini sudah bulat.Hana terdiam, berusaha tetap tersenyum, meski di dalam hati dia mendengus.Baik katanya? pikirnya dalam hati. Dia memang terlihat gentleman di luar, tapi sebenarnya ... dia sungguh menyebalkan!"Bagaimana kalau pertunangannya bulan depan?" usul Tuan Noh tiba-tiba. "Momennya pas, setelah anniversary First Food selesai, kita bisa mulai merancang persiapannya."Hana tersentak mendengarnya. "Bulan depan? Apa tidak terlalu cepat, Tuan?" tanyanya, sedikit khawatir."Tidak—uhuk! Uhuk!" Tiba-tiba Tuan Noh terbatuk keras, membuat percakapan terhenti."Tuan, Anda baik-baik saja?" Hana refleks berdiri, tangannya dengan sigap mengelus punggung pria tua itu. Lauren pun buru-buru menuangkan segelas air putih dan menyerahkannya.Tuan Noh m

    Last Updated : 2025-02-08
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 60. Deal?

    Malam terasa semakin sunyi.Dari balkon, angin membawa aroma tembakau yang semakin samar, bercampur dengan dinginnya udara malam. Rey bersandar pada pagar besi, jemarinya masih menggenggam rokok yang tinggal separuh."Kau tidak bisa tidur?" tanyanya, suaranya terdengar berat, hampir malas.Hana menghela napas, menggeleng pelan. "Bagaimana keadaan Tuan Noh?"Rey mengembuskan asap rokoknya sebelum menjawab, "Sejauh ini baik-baik saja. Kakek hanya perlu banyak istirahat." Tatapannya kosong, menerawang ke depan, matanya mengabaikan keindahan gemerlap lampu kota yang terbentang luas di bawah sana.Hana memperhatikan wajah Rey dalam diam. Garis wajahnya yang tajam, rahangnya yang tegang, serta kelopak matanya yang menyiratkan kelelahan yang tak terucap.Asap rokok yang perlahan menghilang ke udara seolah menjadi simbol dari beban yang coba dilepaskannya, beban yang selama ini disembunyikan di balik sikap arogan dan ketidakpeduliannya.

    Last Updated : 2025-02-09
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 61. Pintu yang Sama

    "Ya, aku datang ke sini untuk menyetujui pernikahan di antara kita …, aku setuju bila tak ada kontrak," ucap Hana dengan suara yang sedikit bergetar, namun matanya tetap menatap Rey dengan penuh keyakinan.Rey menyeringai kecil, ekspresi khasnya yang selalu penuh dengan godaan dan kepercayaan diri. "Jadi kau ingin bebas tanpa batasan?" godanya dengan nada sengaja dibuat lebih rendah, seolah ingin menguji reaksi Hana.Wajah Hana seketika memerah, jantungnya berdegup lebih cepat dari sebelumnya. "Ah, maksudku bukan ke arah sana, Rey!" sergahnya buru-buru, mencoba meredam panas yang mulai menjalar ke wajahnya.Rey tidak langsung menanggapi. Ia justru menyingkirkan meja kecil di antara mereka, lalu perlahan mendekat, tubuhnya condong ke depan, mendekatkan wajahnya ke arah Hana."Ke arah mana yang kau maksud?" bisiknya tepat di telinga Hana, suaranya dalam dan menggelitik, membuat bulu kuduknya berdiri. "Bukankah kita sedang membicarakan pernikahan tan

    Last Updated : 2025-02-11
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 62. Sleting

    Dalam mata terpejamnya, Hana merasakan sentuhan hangat di tangannya, juga hembusan napas yang begitu dekat. Sensasi itu terasa begitu nyata hingga perlahan kelopak matanya terbuka.Samar, ia melihat sosok di depannya. Pandangannya masih kabur karena baru terbangun, tapi begitu kesadarannya pulih, ia segera menarik diri, melepaskan tangannya dari genggaman Rey dengan kaget.“Rey? Bagaimana kau bisa ada di kamarku?” suaranya setengah panik, alisnya berkerut dalam.Rey tetap tenang, tubuhnya masih berbaring santai di sampingnya. “Aku menunggumu bangun. Ibumu dan kakekku sudah lebih dulu sarapan,” jawabnya santai, seolah tidak ada yang aneh dengan situasi ini.Hana menghela napas panjang, menunduk sambil mengusap wajahnya yang masih terasa kantuk. “Huft… Kau kan bisa menunggu di sofa, kenapa harus berbaring di sampingku?” keluhnya, lalu menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya.Gerakan sederhana itu menarik perhatian Rey. Ia menatap

    Last Updated : 2025-02-12
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 63. Menginginkannya

    Hana mendesis pelan sambil memejamkan mata, mencoba mengendalikan debaran jantungnya yang tak teratur. Tangannya mengepal di atas wastafel, berusaha menahan diri agar tidak terbawa suasana aneh yang diciptakan Rey. Tapi rasa panas yang merayap di kulitnya akibat sentuhan Rey terlalu sulit untuk diabaikan.Dengan cepat, ia membuka mata dan berbalik menghadap Rey."Cukup! Terima kasih!" katanya tegas, suaranya terdengar lebih tinggi dari biasanya.Tanpa pikir panjang, Hana mendorong pelan dada Rey, mencoba menciptakan jarak di antara mereka. Namun, bukannya menjauh, Rey tetap berdiri di tempatnya. Tubuhnya yang tegap seperti batu besar yang sulit digeser.Tatapan Rey yang tajam menatapnya lurus-lurus. Kemudian, tanpa peringatan, ia menangkap tangan Hana yang menempel di dadanya. Dengan gerakan yang lembut namun tegas, ia menarik tangan itu dan mendekatkan wajahnya ke arah Hana.“Jangan sungkan meminta tolong pada calon suamimu ini,” ucapnya

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 94. Ending

    Hari-hari Hana berlalu dalam kesunyian yang sibuk. Ia tenggelam dalam tumpukan pekerjaan yang sengaja ia cari-cari, seolah sibuk adalah pelarian terbaik dari kenyataan yang terus membayanginya.Meski tubuhnya mulai terasa mudah lelah, ia tetap memaksa diri untuk aktif, menyibukkan tangan dan pikirannya, agar tak terlalu larut dalam rasa sepi.Dalam sela-sela rutinitasnya, saat malam tiba atau waktu istirahat siang, Hana punya satu hiburan kecil yang setia menemani, game restoran favoritnya. Ia memainkan game itu bukan sekadar untuk kesenangan, tapi juga sebagai tempat di mana ia merasa bebas, bebas dari penilaian, dari kenyataan, dan dari rasa sesak di dada. Ia pun mulai aktif di grup chat dalam game, sesekali ikut dalam obrolan ringan yang membuatnya tertawa kecil.Waktu berlalu, dan sedikit demi sedikit Hana membuka diri. Ia menulis dengan hati-hati, seolah masih ragu, namun merasa ada kehangatan dari komunitas kecil itu."Aku sedang mengandung," tulisnya di salah satu obrolan grup

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 93. Jangan Murung

    Juna menatap tajam ke arah Rey, tidak gentar sedikit pun dengan emosi yang membara di mata pria itu. Dengan satu gerakan tegas, ia menepis tangan Rey yang masih mencengkeram kerah bajunya."Sebaiknya kau yang menjauhi Hana! Bukan aku!" desis Juna, suaranya rendah namun penuh tekanan. Ia sadar ini adalah koridor rumah sakit, dan pertengkaran terbuka hanya akan menarik perhatian yang tidak diinginkan.Rey terdiam sejenak. Rahangnya mengeras, wajahnya menegang dalam campuran emosi yang sulit dijelaskan. Perlahan, ia mengendurkan cengkeramannya, melangkah mundur selangkah demi selangkah, tapi sorot matanya masih tertuju ke pintu ruangan dokter.Hana masih di dalam sana.Ia ingin masuk, ingin bertanya langsung kepada wanita itu, ingin mendapatkan kepastian dari bibirnya sendiri. Tapi sebelum ia sempat bergerak lagi, Juna mendorongnya. Bukan dorongan kasar, melainkan gerakan halus, namun bagi Rey, dorongan itu terasa seperti hantaman yang mengguncang hatinya."Pergi," bisik Juna, nada suara

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 92. Benarkah?

    Sudah hampir sebulan sejak Hana mulai bekerja sebagai owner PT. First Food. Waktu berlalu begitu cepat, dan meskipun ia masih menyesuaikan diri dengan peran barunya, ia mulai terbiasa dengan ritme pekerjaannya.Namun, di balik kesibukannya, ada sesuatu yang lebih penting yang harus ia perhatikan, kehamilannya. Hari ini adalah jadwal kontrolnya, dan tanpa bisa dihindari, seseorang menawarkan diri untuk mengantarnya.Juna.Pria itu masih saja muncul dalam hidupnya, berusaha mengambil celah sekecil apa pun untuk mendekat lagi. Meski Hana berusaha menjaga jarak, Juna selalu menemukan alasan agar tetap ada di sekitarnya.Dan sekarang, di dalam mobil yang melaju menuju rumah sakit, suasana terasa canggung.“Apa masih sering mual?” tanya Juna sambil menyetir.Hana yang sejak tadi hanya menatap keluar jendela, menghela napas. “Udah mulai berkuran, nggak separah pertama kali.”Juna meliriknya sekilas. “Aku masih sering kepikiran. Kalau aja aku dulu lebih—”“Jangan bahas masa lalu, Juna.” Suara

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 91. Stalker

    Malam semakin larut, dan Hana yang awalnya hanya berniat merebahkan diri di kasur akhirnya tertidur dengan tenang. Rasa lelah yang menggelayuti tubuhnya perlahan memudar seiring napasnya yang semakin teratur.Keesokan paginya, sinar matahari yang menerobos melalui celah tirai membangunkannya. Hana menggeliat pelan sebelum meraih ponselnya yang tergeletak di samping bantal. Saat layar menyala, sebuah notifikasi dari game yang biasa ia mainkan menarik perhatiannya.Notifikasi dari akun bernama Reys_toran muncul di layar:[Hi, apa kau mau masuk grup?]Hana tersenyum kecil, lalu mengetik balasannya dengan ringan.[Ya, tentu]Setelah itu, ia meletakkan kembali ponselnya dan bangkit dari tempat tidur. Hari ini adalah hari penting, ia harus bersiap-siap untuk pergi ke kantor PT. First Food sebagai owner baru. Meskipun pagi harinya masih dihiasi rasa mual seperti biasa, kali ini tidak separah sebelumnya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan perutnya sebelum beranjak ke kamar mandi.Se

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 90. Benang Merah yang Tak Terputus

    Malam itu, Hana kembali duduk di kursi makan dengan wajah pucat. Tangannya menggenggam sendok, tetapi setiap kali ia hendak menyendok makanan, rasa mual kembali menghantam.Aroma makanan yang dulu ia sukai, kini terasa begitu menyiksa. Bahkan sekadar mencium bau kopi yang diseduh ibunya pagi tadi saja sudah cukup membuat perutnya bergejolak.Bu Lauren yang sudah mengamati putrinya sejak tadi, akhirnya meletakkan semangkuk sup hangat di hadapan Hana."Ibu buat yang ringan saja. Setidaknya sup ini bisa kamu terima di perutmu," ucapnya lembut, duduk di seberang meja.Hana menatap sup yang mengepul itu. Aroma kaldu yang ringan sedikit menenangkannya, dan tanpa banyak kata, ia mulai menyendok sup tersebut pelan-pelan.Setelah beberapa suap, tubuhnya mulai terasa sedikit lebih baik. Ia meletakkan sendok, lalu menghela napas panjang.Hening menyelimuti mereka sejenak sebelum tiba-tiba Hana terisak.Tanpa peringatan, ia bangkit dari tempat duduknya dan memeluk ibunya erat. Bahunya terguncang

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 89. Permintaan Kakek

    Siang itu, Rey melewati meja kerja Hana, dan di sana telah kosong.Tak ada lagi tumpukan naskah atau secangkir kopi yang biasa menemani wanita itu bekerja. Tak ada jejaknya di sini. Hanya ruang hampa yang tersisa, sama seperti hatinya yang kini terasa kosong tanpa kehadiran Hana.Dulu, ia mungkin tidak menyadari betapa terbiasanya melihat wanita itu di sekelilingnya. Tapi sekarang, setiap sudut gedung ini mengingatkannya pada sosoknya, suara lembutnya saat mendiskusikan naskah, ekspresi seriusnya saat mengetik, bahkan aroma parfumnya yang samar.Rey mendesah pelan, tak bisa berdiam diri lebih lama di sini. Pikirannya kacau. Tanpa berpikir panjang, ia melangkah keluar dari gedung agensinya, membiarkan udara siang yang terik menerpa wajahnya.Langkahnya cepat menuruni anak tangga menuju pelataran parkir, hingga suara seseorang mengejar dari belakang."Tuan! Anda mau ke mana?"Rey menoleh sekilas. Itu Bastian, sekretarisnya, yang kini sedikit terengah mencoba menyusul.Tatapan Rey tajam,

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 88. Sedingin Es

    Hana menarik napas perlahan, mencoba menenangkan dirinya agar tidak terlihat gelisah. Ia tahu tatapan Rey tengah mengamatinya, menuntut jawaban lebih dari sekadar kata-kata. Tapi tidak, ia tidak bisa membiarkan Rey tahu yang sebenarnya."Hanya kelelahan saja, Tuan," jawabnya akhirnya. Suaranya terdengar cukup tenang, tapi jari-jarinya yang meremas kain celana di sisi tubuhnya mengkhianati kegelisahannya.Rey menatapnya lekat, seakan mencoba menembus pertahanannya. Ia bersandar ke sandaran kursinya, menghela napas panjang seolah frustasi."Hana …" Suaranya sedikit lebih lembut, tidak lagi sekadar suara seorang atasan kepada bawahannya. "Berhenti bersikap begini padaku… Aku—"Namun sebelum Rey bisa melanjutkan kata-katanya, suara lain tiba-tiba memotong momen di antara mereka."Rey?"Hana refleks menoleh. Veronica berdiri di ambang pintu dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat, seakan tak sengaja mengganggu percakapan mereka. Wanita itu melangkah masuk dengan santai, membawa tas kotak

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 87. Pertanyaan

    Di rumah sakit yang sama, Rey berdiri di koridor lantai dua, tepat di depan jendela besar yang menghadap ke halaman parkir. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat dengan jelas sosok Hana yang baru saja keluar dari pintu utama rumah sakit.Langkahnya terhenti.Matanya tidak bisa lepas dari wanita itu. Wajah Hana tampak pucat, rautnya lelah, dan gerakan tubuhnya lebih lambat dari biasanya. Bahkan dari kejauhan, Rey bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda.Tapi perhatiannya semakin teralih ketika seorang pria menghampiri Hana.Juna.Pria itu dengan sigap membukakan pintu mobil untuknya, memperlihatkan perhatian yang begitu terang-terangan. Rey mengepalkan tangannya tanpa sadar. Ada sesuatu yang menekan dadanya, membuatnya sulit bernapas sejenak.Kenapa Juna selalu ada di dekat Hana?Rey tahu mereka punya sejarah, tapi bukankah mereka sudah berpisah? Lalu, kenapa sekarang seolah-olah Juna yang menjadi tempat bersandar bagi Hana?Dia ingin mendekat, ingin bertanya langsung pada Hana. Tapi

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 86. Mainkan Peran

    Hana melangkah keluar dari ruang periksa dengan langkah yang terasa begitu berat. Seolah setiap langkah yang ia ambil adalah satu langkah menuju ketidakpastian yang lebih besar. Pikirannya penuh, emosinya bercampur aduk. Ia menekan perutnya dengan tangan, seolah mencoba menyerap kenyataan bahwa ada kehidupan kecil yang tumbuh di dalam dirinya.Bukan ia tidak senang. Tidak sama sekali. Tapi waktu yang tidak tepat ini membuatnya bingung. Bagaimana ia akan menjalani semuanya? Bagaimana ia akan menghadapi Rey?Di sampingnya, Bu Lauren diam-diam menghela napas panjang sebelum akhirnya merangkul pundak Hana dengan penuh kasih sayang."Nak …," suara Lauren terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Ia menatap wajah putrinya dengan penuh kekhawatiran. "Itu anak Rey, 'kan?"Hana menegang. Ia tidak menjawab, hanya menundukkan kepala.Lauren menghela napas lagi, kali ini lebih dalam. "Dia harus tahu," bisiknya lembut.Namun, Hana dengan cepat menggeleng. Matanya terpejam sejenak sebelum ia mengang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status