Aku sungguh tertegun. Adrian adalah pacarku selama tiga tahun. Tega-teganya dia mengatakan hal seperti itu padaku.Jillian Adibrata, direktur perusahaan kami, berdiri di belakangnya dengan tangan tersilang tatapan penuh kemenangan."Lucy, kembalikan gelang itu sekarang juga. Aku nggak mau membuat semuanya jadi memalukan dengan telepon polisi."Aku difitnah dan tidak ada yang percaya dengan pembelaan diriku.Yang terpenting, bahkan pacarku pun tidak mempercayaiku."Kamu bilang beberapa waktu yang lalu kalau orang tuamu menjual dua sapi di rumah untuk biaya kuliahmu. Pasti karena kamu pikir gelang itu mahal, jadi kamu mengambilnya untuk dijual diam-diam!"Adrian merasa benar sendiri dan memelototi aku. "Lucy, kenapa kamu rendahan sekali?"Aku menatap wajah Adrian dan merasa kegamangan dalam hati.Kami mulai pacaran sejak kuliah dan diterima bekerja di perusahaan yang sama setelah lulus.Beberapa waktu yang lalu, dia mulai bertanya-tanya tentang keluargaku. Aku hanya berpikir dia ingin me
Jillian mendengus. "Ini peringatan terakhir. Keluarkan gelang itu sekarang juga, atau aku telepon polisi!"Aku mengerutkan kening dan mengambil ponselku untuk menelepon polisi secara langsung."Jangan repot-repot, biar aku sendiri yang telepon."Siapa sangka, saat Adrian melihat aku benar-benar menelepon polisi, rasa bersalah melintas di matanya. Dia cepat-cepat merebut ponselku."Lucy, kamu gila? Jangan memperburuk keadaan! Aku melakukan ini demi kebaikanmu. Cepat keluarkan gelangnya!"Adrian tidak tahu, tiga tahun pacaran dengannya membuatku kenal betul dengan segala tindak-tanduknya.Aku bisa melihat dengan jelas emosi yang terpancar dari matanya.Aku segera menyadari bahwa hilangnya gelang Jillian kemungkinan besar ada hubungannya dengan Adrian.Aku pun tertawa dingin. "Terima kasih, tapi nggak usah. Kalaupun kalian nggak mau lapor polisi, aku tetap ingin lapor. Kalian pikir aku terima difitnah?"Tanpa tunggu lama, aku langsung telepon polisi untuk menjelaskan duduk perkara masalah
Fiona berteriak kepanasan. Aku perlahan-lahan mengangkat bibirku dan tersenyum polos."Maaf, aku nggak sengaja.""Mungkin karena mulutmu terlalu jahat, jadi Tuhan mengutusku untuk memberimu pembalasan."Aku berbalik dan berjalan pergi, tanpa melirik Fiona sama sekali.Aku naik taksi ke rumah sakit. Kakiku terasa semakin sakit, mengingatkanku bahwa aku harus mendapatkan perawatan sesegera mungkin.Di ruang gawat darurat, Ayah menelepon saat lukaku sedang dirawat.Melihat wajah orang tuaku di layar ponsel melalui panggilan video, aku tidak bisa menahan air mata.Hari ini sangat penuh dengan kejutan dan semuanya terjadi begitu cepat. Aku sampai tidak sempat untuk mencerna semua emosi yang kurasakan. Begitu melihat wajah orang tuaku, rasa sesak di dadaku akhirnya pecah.Ayah dan ibuku langsung panik saat melihatku air mataku dan buru-buru bertanya apa yang terjadi.Aku menceritakan kejadian hari ini sambil menangis.Ayahku marah dan menggebrak meja. "Nggak masuk akal! Buat apa anakku mencu
Adrian berteriak keras, "Kamu buta, ya? Kamu salah orang.""Kenapa keamanan di sini jelek sekali? Orang jorok seperti dia dibiarkan masuk? Apartemen elite apanya? Masa kamu nggak kenal orang yang memberimu uang setiap bulan?"Kualitas satpam di apartemen elite memang tidak bisa diragukan. Ekspresinya bahkan tidak berubah menghadapi omelan kasar Adrian."Saya nggak salah orang. Kalian memang penyewa, tapi Bu Lucy ini pemilik apartemen di lantai paling atas.""Apa?"Adrian kehilangan suaranya dan menuding wajahku dengan tidak percaya. "Kamu bilang dia mampu beli apartemen lantai paling atas? Kamu pasti salah orang! Dia anak peternak sapi!"Satpam itu masih tetap tenang. "Saya nggak salah."Wajah Adrian dan Jillian merah karena marah. Aku akhirnya memberi tahu satpam bahwa kami baik-baik saja dan menyuruhnya pergi.Setelah itu, aku menoleh pada pacarku dan selingkuhannya. "Kalian salah. Nyatanya, aku memang cantik dan kaya."Aku langsung masuk ke lift menuju lantai bahwa tanpa menoleh ke
Aku menghubungi perusahaan keluargaku dan meminta mereka mengirim klarifikasi serta mencatat semua bukti di internet. Orang-orang yang menyebarkan gosip tersebut juga dilacak dan nantinya akan dituntut.Sesaat setelah aku menutup telepon, Jillian memintaku untuk pergi ke ruangannya.Dia berkata, "Lucy, aku takjub dengan ketahanan mentalmu. Kalau aku jadi kamu, aku nggak akan kuat menanggung malu dan mengundurkan diri secepat mungkin."Aku tertawa sinis. "Simpanan orang saja masih di sini, kenapa aku harus pergi? Mentalmu sebenarnya jauh lebih kuat dariku.""Apalagi ...."Aku menatapnya tajam. "Kerutan di wajahmu jelas-jelas lebih banyak dariku."Setelah mengatakan itu, aku berbalik dan berjalan keluar.Jillian biasanya mudah tersinggung setiap ada yang membicarakan usianya. Aku menyerang tepat di titik kelemahannya.Aku bisa membayangkan betapa marahnya dia saat ini.Aku kembali ke meja kerjaku untuk melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Tiba-tiba, seseorang menerobos masuk.Seoran
Kamila tidak bisa menggunakan ponsel, jadi wajar saja dia tidak melihat klarifikasinya.Dia melambaikan tangannya. "Siapa yang percaya dengan omong kosongmu? Kamu bilang dia ayahmu? Mana mungkin keluargamu sekaya itu?""Jangan cari-cari alasan lagi, cepat beri anakku kompensasi 400 juta! Aku nggak segan-segan keliling kantor ini biar semua orang tahu betapa menjijikkannya kamu!"Saat itu juga, Adrian maju dan menarik Kamila."Mama, berhenti bicara."Kamila menunjuk ke arah Adrian. "Lihat betapa baiknya anakku. Tapi dia ditipu wanita kejam ini. Wajar saja kalau dia minta kompensasi, 'kan?""Sudah, jangan bicara lagi. Cepat pergi."Adrian berteriak dan menarik Kamila dengan paksa.Jillian juga sejak tadi menonton dari kejauhan, tapi wajahnya tampak sangat rumit.Dia tidak pernah menyangka sekali pun bahwa aku memang anak keluarga kaya.Saat aku kembali duduk di meja kerjaku, orang-orang berebut mendekat dan berbicara denganku."Lucy, aku sejak awal yakin kamu nggak bersalah.""Ya, aku ju
Adrian dan Kamila seketika saling berpandangan. Kegembiraan mewarnai kedua mata mereka."Lucy, aku janji akan memperlakukanmu dengan baik seumur hidupku. Sumpah!"Aku tertawa dalam hati. Siapa yang mau percaya janji busukmu itu?Tapi aku pura-pura cemberut. "Tapi kamu pernah selingkuh. Apa jaminanmu biar aku percaya lagi padamu?"Adrian segera menghampiriku dan berkata, "Lucy, aku akan membuktikannya kepadamu. Beri aku kesempatan sekali lagi untuk mencintaimu."Kamila juga menimpali, "Lucy, aku yang bersalah. Jangan salahkan Adrian. Dia sangat sayang padamu."Aku mengangguk setelah pura-pura merenung beberapa saat. "Oke, asal kamu bisa membuktikannya padaku."Adrian mengangguk-anggukkan kepalanya dan berkata dengan suara lembut, "Terima kasih, Lucy. Tunggu saja, kamu akan melihatnya."Aku hampir muntah saat pergi.Karena sudah pasti Adrian yang mencuri gelang itu, aku mungkin melepasnya begitu saja. Dia harus membayar atas perbuatan yang telah dia lakukan.Tapi untuk saat ini, aku haru
Aku akhirnya setuju diajak makan malam bersama.Karena dia berkata ibunya yang ingin memasak untukku, kami pergi ke kontrakan kami dulu.Jadi, aku tidak lupa membawa alat perekam.Kamila tidak rela mengeluarkan uang untuk tinggal di hotel, jadi dia menginap di rumah Adrian.Ketika aku tiba di sana, dia sudah sibuk di dapur dan buru-buru keluar ketika melihatku."Lucy, kamu pasti capek di jalan. Ayo duduk dulu."Tidak tersisa lagi wajah galak dan sok berkuasa seperti saat dia teriak-teriak di kantor beberapa waktu yang lalu. Seakan hal itu tidak pernah terjadi.Aku hanya bisa mendesah. Keluarga ini benar-benar munafik semua.Aku melihat ke sekeliling kontrakan yang dulu menjadi tempat tersayang bagiku. Tidak tersisa lagi jejak-jejak kehadiranku di mana pun."Di mana Adrian?""Keluar sebentar beli sesuatu. Dia suruh aku ngobrol sebentar denganmu."Ini adalah kesempatan yang tepat. Aku mengangguk dan sengaja berkata, "Tante, aku lihat gelang yang kamu pakai waktu itu. Gelangnya sangat can
"Lucy, apa yang kamu lakukan kepada anakku? Kenapa dia ditahan di kantor polisi?"Dia masih mengenakan gelang Jillian, yang menurutku sangat ironis.Aku menunjuk gelang tersebut. "Anak kebanggaanmu nggak punya uang untuk membelikan gelang itu. Dia mencurinya. Anakmu akan dipenjara setelah pengadilan memberikan keputusan. Mengerti?"Mata Kamila membelalak dan dia menudingkan jarinya padaku. "Kamu memfoto gelangku waktu itu karena ...."Aku mengangguk dan wajahnya langsung berubah ngeri."Apa hakmu lapor polisi? Wanita sialan, gelang ini dibelikan keluargaku di kampung halaman, bukan anakku. Apa hakmu memenjarakannya?"Aku tidak peduli dan langsung masuk ke pintu gerbang gedung pengadilan, tapi dia menarikku kembali.Kekuatan Kamila luar biasa. Aku terlalu lengah dan diimpit ke tanah olehnya.Untung saja, ayahku tiba-tiba muncul. "Orang gila, kamu apakan anakku?"Beberapa orang bersama-sama menarik Kamila. Dia memelototi kami dan memaki-maki."Tunggu saja. Kalau terjadi sesuatu dengan an
Jillian masih di rumah sakit. Kudengar, dia mengalami gegar otak.Saat aku memasuki bangsalnya, dia membuka mata dan menatapku. Suaranya mengandung kebencian. "Ada apa? Mau pamer karena sudah mendapatkan hati Adrian lagi?"Aku tidak menahan tawaku sama sekali. "Adrian? Siapa dia?"Dia sedikit terkejut. "Terus, kamu ke sini mau apa?""Kamu dipukuli sampai otakmu geser, jadi nggak kepikiran lapor polisi?""Mana mungkin aku belum lapor? Tapi ibu Adrian sudah tua dan pura-pura kena serangan jantung waktu didatangi polisi. Kasusnya dianggap selesai, aku nggak bisa apa-apa."Itulah tujuanku datang ke sini. "Aku punya solusi. Kamu mau dengar?"Baru saat itulah Jillian benar-benar menatapku. "Kenapa aku harus percaya kata-katamu?""Tenang saja. Aku benci kalian berdua, tapi aku lebih benci Adrian. Musuh dari musuhku adalah temanku. Kamu pasti mengerti."Setelah beberapa lama, dia berkata, "Apa idemu?"Aku mengeluarkan foto gelang yang ada di tangan Kamila dan bertanya, "Ini punyamu bukan?"Jil
Aku akhirnya setuju diajak makan malam bersama.Karena dia berkata ibunya yang ingin memasak untukku, kami pergi ke kontrakan kami dulu.Jadi, aku tidak lupa membawa alat perekam.Kamila tidak rela mengeluarkan uang untuk tinggal di hotel, jadi dia menginap di rumah Adrian.Ketika aku tiba di sana, dia sudah sibuk di dapur dan buru-buru keluar ketika melihatku."Lucy, kamu pasti capek di jalan. Ayo duduk dulu."Tidak tersisa lagi wajah galak dan sok berkuasa seperti saat dia teriak-teriak di kantor beberapa waktu yang lalu. Seakan hal itu tidak pernah terjadi.Aku hanya bisa mendesah. Keluarga ini benar-benar munafik semua.Aku melihat ke sekeliling kontrakan yang dulu menjadi tempat tersayang bagiku. Tidak tersisa lagi jejak-jejak kehadiranku di mana pun."Di mana Adrian?""Keluar sebentar beli sesuatu. Dia suruh aku ngobrol sebentar denganmu."Ini adalah kesempatan yang tepat. Aku mengangguk dan sengaja berkata, "Tante, aku lihat gelang yang kamu pakai waktu itu. Gelangnya sangat can
Adrian dan Kamila seketika saling berpandangan. Kegembiraan mewarnai kedua mata mereka."Lucy, aku janji akan memperlakukanmu dengan baik seumur hidupku. Sumpah!"Aku tertawa dalam hati. Siapa yang mau percaya janji busukmu itu?Tapi aku pura-pura cemberut. "Tapi kamu pernah selingkuh. Apa jaminanmu biar aku percaya lagi padamu?"Adrian segera menghampiriku dan berkata, "Lucy, aku akan membuktikannya kepadamu. Beri aku kesempatan sekali lagi untuk mencintaimu."Kamila juga menimpali, "Lucy, aku yang bersalah. Jangan salahkan Adrian. Dia sangat sayang padamu."Aku mengangguk setelah pura-pura merenung beberapa saat. "Oke, asal kamu bisa membuktikannya padaku."Adrian mengangguk-anggukkan kepalanya dan berkata dengan suara lembut, "Terima kasih, Lucy. Tunggu saja, kamu akan melihatnya."Aku hampir muntah saat pergi.Karena sudah pasti Adrian yang mencuri gelang itu, aku mungkin melepasnya begitu saja. Dia harus membayar atas perbuatan yang telah dia lakukan.Tapi untuk saat ini, aku haru
Kamila tidak bisa menggunakan ponsel, jadi wajar saja dia tidak melihat klarifikasinya.Dia melambaikan tangannya. "Siapa yang percaya dengan omong kosongmu? Kamu bilang dia ayahmu? Mana mungkin keluargamu sekaya itu?""Jangan cari-cari alasan lagi, cepat beri anakku kompensasi 400 juta! Aku nggak segan-segan keliling kantor ini biar semua orang tahu betapa menjijikkannya kamu!"Saat itu juga, Adrian maju dan menarik Kamila."Mama, berhenti bicara."Kamila menunjuk ke arah Adrian. "Lihat betapa baiknya anakku. Tapi dia ditipu wanita kejam ini. Wajar saja kalau dia minta kompensasi, 'kan?""Sudah, jangan bicara lagi. Cepat pergi."Adrian berteriak dan menarik Kamila dengan paksa.Jillian juga sejak tadi menonton dari kejauhan, tapi wajahnya tampak sangat rumit.Dia tidak pernah menyangka sekali pun bahwa aku memang anak keluarga kaya.Saat aku kembali duduk di meja kerjaku, orang-orang berebut mendekat dan berbicara denganku."Lucy, aku sejak awal yakin kamu nggak bersalah.""Ya, aku ju
Aku menghubungi perusahaan keluargaku dan meminta mereka mengirim klarifikasi serta mencatat semua bukti di internet. Orang-orang yang menyebarkan gosip tersebut juga dilacak dan nantinya akan dituntut.Sesaat setelah aku menutup telepon, Jillian memintaku untuk pergi ke ruangannya.Dia berkata, "Lucy, aku takjub dengan ketahanan mentalmu. Kalau aku jadi kamu, aku nggak akan kuat menanggung malu dan mengundurkan diri secepat mungkin."Aku tertawa sinis. "Simpanan orang saja masih di sini, kenapa aku harus pergi? Mentalmu sebenarnya jauh lebih kuat dariku.""Apalagi ...."Aku menatapnya tajam. "Kerutan di wajahmu jelas-jelas lebih banyak dariku."Setelah mengatakan itu, aku berbalik dan berjalan keluar.Jillian biasanya mudah tersinggung setiap ada yang membicarakan usianya. Aku menyerang tepat di titik kelemahannya.Aku bisa membayangkan betapa marahnya dia saat ini.Aku kembali ke meja kerjaku untuk melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Tiba-tiba, seseorang menerobos masuk.Seoran
Adrian berteriak keras, "Kamu buta, ya? Kamu salah orang.""Kenapa keamanan di sini jelek sekali? Orang jorok seperti dia dibiarkan masuk? Apartemen elite apanya? Masa kamu nggak kenal orang yang memberimu uang setiap bulan?"Kualitas satpam di apartemen elite memang tidak bisa diragukan. Ekspresinya bahkan tidak berubah menghadapi omelan kasar Adrian."Saya nggak salah orang. Kalian memang penyewa, tapi Bu Lucy ini pemilik apartemen di lantai paling atas.""Apa?"Adrian kehilangan suaranya dan menuding wajahku dengan tidak percaya. "Kamu bilang dia mampu beli apartemen lantai paling atas? Kamu pasti salah orang! Dia anak peternak sapi!"Satpam itu masih tetap tenang. "Saya nggak salah."Wajah Adrian dan Jillian merah karena marah. Aku akhirnya memberi tahu satpam bahwa kami baik-baik saja dan menyuruhnya pergi.Setelah itu, aku menoleh pada pacarku dan selingkuhannya. "Kalian salah. Nyatanya, aku memang cantik dan kaya."Aku langsung masuk ke lift menuju lantai bahwa tanpa menoleh ke
Fiona berteriak kepanasan. Aku perlahan-lahan mengangkat bibirku dan tersenyum polos."Maaf, aku nggak sengaja.""Mungkin karena mulutmu terlalu jahat, jadi Tuhan mengutusku untuk memberimu pembalasan."Aku berbalik dan berjalan pergi, tanpa melirik Fiona sama sekali.Aku naik taksi ke rumah sakit. Kakiku terasa semakin sakit, mengingatkanku bahwa aku harus mendapatkan perawatan sesegera mungkin.Di ruang gawat darurat, Ayah menelepon saat lukaku sedang dirawat.Melihat wajah orang tuaku di layar ponsel melalui panggilan video, aku tidak bisa menahan air mata.Hari ini sangat penuh dengan kejutan dan semuanya terjadi begitu cepat. Aku sampai tidak sempat untuk mencerna semua emosi yang kurasakan. Begitu melihat wajah orang tuaku, rasa sesak di dadaku akhirnya pecah.Ayah dan ibuku langsung panik saat melihatku air mataku dan buru-buru bertanya apa yang terjadi.Aku menceritakan kejadian hari ini sambil menangis.Ayahku marah dan menggebrak meja. "Nggak masuk akal! Buat apa anakku mencu
Jillian mendengus. "Ini peringatan terakhir. Keluarkan gelang itu sekarang juga, atau aku telepon polisi!"Aku mengerutkan kening dan mengambil ponselku untuk menelepon polisi secara langsung."Jangan repot-repot, biar aku sendiri yang telepon."Siapa sangka, saat Adrian melihat aku benar-benar menelepon polisi, rasa bersalah melintas di matanya. Dia cepat-cepat merebut ponselku."Lucy, kamu gila? Jangan memperburuk keadaan! Aku melakukan ini demi kebaikanmu. Cepat keluarkan gelangnya!"Adrian tidak tahu, tiga tahun pacaran dengannya membuatku kenal betul dengan segala tindak-tanduknya.Aku bisa melihat dengan jelas emosi yang terpancar dari matanya.Aku segera menyadari bahwa hilangnya gelang Jillian kemungkinan besar ada hubungannya dengan Adrian.Aku pun tertawa dingin. "Terima kasih, tapi nggak usah. Kalaupun kalian nggak mau lapor polisi, aku tetap ingin lapor. Kalian pikir aku terima difitnah?"Tanpa tunggu lama, aku langsung telepon polisi untuk menjelaskan duduk perkara masalah