Bab 103Tanpa sadar Zakia merebahkan kepalanya ke bahu Hanna. Berada di situasi yang serba tidak menentu seperti ini, rumah, perusahaan, bahkan kondisi suaminya yang belum pulih itu membuat pertahanan Zakia menjadi rapuh. Zakia tetaplah seorang perempuan dan memiliki sisi lemah. Hanna masih saja mengusap kepala wanita itu. Entah kenapa dia merasa sangat dekat. Entah karena ia memang merindukan putrinya yang sudah almarhumah atau memang dia hanya sekedar menyukai wanita yang menjadi ibu susu cucunya itu. Zakia memang keibuan, memiliki perangai lemah lembut dan wajahnya pun menawan.Namun itu tidak berlangsung lama. Zakia yang teringat dengan putra-putrinya yang ia tinggalkan di kamar segera bangkit dan bergegas melangkah menuju kamarnya. Hanna memutuskan untuk menyertai wanita itu, mengikutinya masuk ke dalam kamar. Bola matanya berbinar melihat Ammar yang sudah bangun tidur dan tengah bermain sendirian. Interior kamar memang sengaja di desain ramah anak, sehingga cukup aman, meskip
Bab 104"Jika boleh Mama tahu, dari mana kamu mendapatkan liontin serta kalung ini, Zakia?"Mata Zakia seketika menyipit. Dia bahkan tanpa sadar mengendurkan pegangannya kepada Ammar sehingga membuat balita itu kaget. Untung saja Zakia segera menyadari jika Ammar tengah berada di dalam gendongannya dan balita itu urung jatuh ke lantai."Kenapa Mama menanyakan soal kalung dan liontin yang dikenakan oleh Naya? Apakah Mama mengenal kalung dan liontin ini?" tanya Zakia dengan hati yang berdebar.Hanya itulah satu-satunya benda berharga yang ia miliki, di samping cincin pernikahannya dengan Yudha yang sudah diambil kembali oleh lelaki itu. Barang-barang berharga lain ia miliki kemudian setelah tinggal di rumah Arkan dan menikah dengan pria itu. Kalung yang terbuat dari emas dengan liontin berbentuk hati itu pernah melingkar di leher Zakia saat masih bayi dan di temukan oleh seorang wanita pengasuh panti asuhan. Kalung itu akhirnya di lepas ketika Zakia sudah berumur tiga tahun, kemudian d
Bab 105"Bukan begitu, Nak. Mama hanya mengizinkan Tante Elisa untuk merawat dan mengasuh kamu...." Belum sampai Hanna menyelesaikan ucapannya, Zakia sudah keburu berlari meninggalkan ruangan itu, membiarkan Ammar yang menangis keras lantaran kaget, karena sang ibu susu sekaligus ibu sambungnya ini menaruh tubuhnya begitu saja di lantai. Refleks Hanna meraih balita laki-laki itu, berusaha menenangkannya. Suara tangis di kamar itu bersahutan, membuat Hanna pusing. Kepalanya berdenyut. Ammar dan Naya menangis berbarengan mirip paduan suara saja."Cup cup cup.... Sudah ya, Sayang. Mama kalian cuma kaget dengan cerita Oma. Tidak apa-apa," hibur Hanna. Dia membawa dua bocah itu ke pangkuannya lalu mendekapnya penuh kasih.Tak habis-habisnya Hanna menyesali perbuatannya. Rasa berdosa kepada sang putri yang ia pisahkan sejak kecil semakin bertambah. Zakia tidak salah. Kenyataannya, dia memang telah menjual putrinya sendiri kepada adiknya. Seandainya waktu itu ia memberikan Zakia alias Muni
Bab 106"Hana, Munifa itu sudah meninggal dunia 22 tahun yang lalu saat ia masih bayi. Kamu jangan ingat-ingat itu lagi. Kamu juga nggak perlu berhalusinasi. Ingat kenyataan, Hanna!" Lelaki itu spontan berdiri dan menepis kasar genggaman erat sang istri. Rahangnya mengeras."Tapi Munifa masih hidup, Pa. Dan dia tumbuh menjadi wanita cantik yang memiliki perangai sangat baik!" Hanna berdiri menyusul suaminya, mengejar lelaki itu yang melangkah menuju kamar mandi. Hana tahu, Iqbal sengaja memilih ke kamar mandi lantaran ingin menghindari topik pembicaraan mereka. Soal Munifa memang sangat sensitif. Munifa adalah sisi lain dari kelam rahasia rumah tangga mereka."Sudahlah, Hanna. Jangan ungkit-ungkit soal itu lagi. Jangan menambah rasa bersalahku kepada anak perempuan kita. Kita sudah kehilangan kedua anak perempuan kita. Dan sekarang kita hanya berdua. Kamu pikir aku tidak sakit?!" Lelaki itu mengusap dadanya sesaat, lantas memutar tubuh menghadap Hanna yang tengah berurai air mata. "B
Bab 107 Sejarah yang akhirnya harus terulang. Maryam meninggal dunia usai melahirkan dan Ammar kesulitan menemukan susu formula yang cocok untuknya karena bayi itu alergi terhadap protein hewani. Lalu beberapa orang wanita di datangkan untuk menyusui bayi itu tetapi Ammar menolaknya. Dia hanya mau menyusu kepada Zakia yang tidak lain adalah tantenya sendiri. Hana pikir ini bukan sebuah kebetulan, tetapi skenario dari Tuhan untuk membuat mereka bertemu kembali. Seandainya suami pertama Zakia tidak menceraikan dan mengusir Zakia dari rumah, mungkin sampai sekarang mereka tidak bertemu. Tak ada yang sia-sia di dunia ini. Semua yang terjadi dan menimpa mereka pasti ada hikmahnya. Arkan dan Zakia yang akhirnya saling jatuh cinta dan menikah. Siapa yang menduga jika ternyata Arkan justru menikahi saudara kembar mendiang istrinya? "Aku juga tidak tahu apa yang harus kulakukan, Hanna. Aku tak kuasa membayangkan kemarahan Munifa. Dia merasa dirinya dijual, meski itu kepada tantenya sendiri
Bab 108"Jika kata maaf bisa menghapus salah dan dosa, untuk apa Tuhan menciptakan surga dan neraka?" ucap Zakia tanpa menoleh."Kalau ada sebuah perbuatan yang bisa menghapus salah dan dosa Papa sama kamu, katakan itu, Munifa. Papa akan melakukannya, meskipun itu sangat sulit," sahut Iqbal. Dia melangkah semakin mendekat sampai akhirnya berdiri tepat di belakang putrinya. Ingin sekali Iqbal memeluk tubuh itu. Dia sangat merindukannya. Terakhir ia memeluk putrinya saat Munifa akan dibawa Elisa meninggalkan rumah sakit tempat Hanna melahirkan putri kembarnya."Kalau aku minta perusahaan yang Papa miliki saat ini, bagaimana?" Wanita itu memutar tubuhnya menatap tajam sang papa yang malah menundukkan wajah, tak berani bersitatap dengan putrinya"Apapun akan Papa berikan untukmu, asalkan kamu mau memaafkan kekhilafan Papa di masa lalu," balas Iqbal pasrah. Dia sudah merelakan kehilangan apapun, asalkan bukan putrinya. Iqbal tidak sanggup kehilangan putrinya untuk yang kedua kali.Zakia m
Bab 109Setelah memastikan suami dan papanya sudah meninggalkan ruangan ini, Zakia membuka matanya. Sebenarnya dia tidak benar-benar tertidur. Matanya memang terasa berat, mengantuk, tapi dia masih bisa merasakan tubuhnya melayang dan hangatnya dekapan sang papa. Dia pun masih bisa merasakan saat sang papa merebahkannya di pembaringan, kemudian mengecup keningnya. Ada gelenyar aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya, hangat dan terasa menenangkan. Ya Allah, seperti inikah rasanya disayang...?Bulir-bulir air mata Zakia lagi-lagi menggenang di pelupuk mata, jatuh hingga mengenai bantal penyangga kepalanya."Andaikan Papa memberikan alasan yang lebih baik, kenapa kita sampai terpisah begitu lama, mungkin rasanya tidak sesakit ini," keluh Zakia dalam hati.Dia masih mengenang ucapan sang Papa saat mereka berada di taman samping rumah itu. Semua masih begitu segar dalam benaknya. Zakia menggerakkan tubuh, memiringkan badan, menatap dua ranjang bayi yang diletakkan berdampingan. Tak ada s
Bab 110Permainan Arkan yang selalu membuat Zakia melayang hingga ke langit ketujuh. Arkan begitu lihai membawanya mendaki hingga ke puncak nirwana. Dia selalu merindukan saat-saat seperti ini, meski mereka hampir selalu melakukannya di setiap malam."Maaf 5ayang, untuk sementara kita seperti ini dulu ya." Lelaki itu kembali beringsut menjauhkan tubuhnya dari sang istri. Bukan cuma Zakia yang mendamba, ia pun terlebih lagi. Tubuh Zakia seolah candunya. Dia tak pernah bosan mengulang bercinta dengan istrinya. Pesan Iqbal yang tidak membolehkan ia menyentuh Zakia sebelum mereka nikah ulang sungguh sangat menyiksa. Sekali ia menyentuh istrinya, maka dia akan susah berhenti. Jangankan di saat mereka sudah berstatus suami istri, ketika sebelum menikah saja Arkan sudah pernah lepas kontrol, Untung saja waktu itu Zakia berhasil mengingatkannya. Jika sedang berduaan dengan Zakia, pengendalian dirinya akan begitu lemah."Iya, tapi kenapa, Mas? Apakah aku punya salah denganmu?"Arkan menggelen
Ekstra Part 6 (Penutup)Kenapa penyesalan selalu datang terlambat?!Ingin rasanya ia menangis, tetapi tak bisa. Dia seorang laki-laki, pantang baginya untuk menangis. Dia harus tegar menghadapi kenyataan ini. Dialah yang membuat Citra akhirnya menggugat cerai dirinya. Dia yang tidak bisa menerima anak itu. Dia tidak bisa menerima kehamilan Citra, padahal Citra tidak salah. Yang salah disini adalah Kevin yang sudah berbuat curang. Sepanjang pernikahannya dengan wanita itu, dia sudah menyakitinya, bukan membuatnya bahagia. Apalagi ibu dan kakak perempuannya yang selalu saja menindas, menuntutnya macam-macam. Citra sama sekali tidak menemukan ketenangan hidup saat menikah dengannya.Dia pula yang membiarkan kedekatan Citra dengan dokter Budi, direktur rumah sakit ini. Kedekatan yang terjalin karena ia memang tak pernah mendampingi Citra kontrol kehamilan dan kemungkinan faktor itu yang membuat dokter Budi simpati kepada Citra. Sekarang hasilnya apa?!Kedekatan yang membuat Yudha akan sa
Ekstra Part 5"Bagaimana, Mbak Citra? Sudah siap?" tanya Dokter Budi. Lelaki itu mendekat saat Melda sudah menyadari kehadirannya.Melda buru-buru menyingkir dari tempat itu lantaran merasa malu karena sudah ketahuan membicarakan orang lain di hadapan yang bersangkutan."Antara siap dan tidak siap sih, Dok." Citra meringis."Sebenarnya saya deg-degan, karena ini pengalaman pertama saya. Tolong dimaklumi ya, Dok.""Tidak apa-apa. Tidak akan terjadi apa-apa. Kami semua sudah mempersiapkan dengan baik. Jangan khawatir Mbak Citra." Tangan lelaki itu terulur, mengusap kepala sang pasien kesayangannya.Lelaki itu merasa bersyukur, kini dia sudah selangkah lebih maju. Hakim sudah ketok palu dan Citra sudah resmi bercerai dari suaminya, walaupun mungkin masa iddahnya baru berakhir setelah wanita ini melahirkan. Ya, hanya sebentar lagi. Sebentar lagi ia bisa menyatakan perasaannya kepada wanita ini. Wanita cantik dan mandiri, sangat pas dengan kriteria wanita idamannya. Dia membutuhkan seoran
Ekstra Part 4Niat hati ingin segera meloloskan diri demi menyusul Citra yang sudah lebih dulu masuk ke dalam gedung rumah sakit ini, tapi ternyata Kevin malah dihadang oleh beberapa orang lelaki berseragam petugas medis. Mereka mencekal Kevin dan memaksanya berjalan menuju pintu pagar. Mereka baru melepaskan Kevin setelah lelaki itu berada di luar batas area rumah sakit ini."Sial! Sial!" Lelaki itu mengumpat dalam hati melihat Yudha dan rekannya sudah menghadangnya di depan pintu pagar, sehingga dia tidak bisa lagi menerobos masuk."Pergilah, Kevin. Jangan membuat kekacauan di sini," ujar Yudha dingin. Dia berusaha mengabaikan sejenak kegalauan yang bersarang di hatinya."Aku tidak akan pergi sebelum kalian memberi jalan padaku untuk masuk ke rumah sakit ini. Aku yang lebih berhak mendampingi Citra melahirkan, karena anak itu adalah anakku!" ucap Kevin pongah dengan nada menindas. Tangannya bersedekap di dada. Lelaki itu mendongakkan wajah menatap Yudha yang tak kalah beringas."Keh
Ekstra part 3Pengalaman melahirkan sungguh mendebarkan bagi Citra. Dari sejak bangun tidur, mandi, kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan persalinannya di rumah sakit nanti, lalu sarapan bersama dengan bik Sum dan Melda.Hanya dua orang itu yang menemaninya pergi ke rumah sakit. Tetapi tidak masalah. Citra bersyukur dia memiliki dua orang yang sangat baik dan mau menemaninya dengan tulus.Setelah memastikan keadaan rumah aman dan pintu terkunci rapat, ketiga wanita itu segera masuk ke dalam mobil. Melda yang kebagian menyetir menjalankan mobilnya dengan kecepatan rendah. Hari ini adalah jadwal operasi caesar untuk Citra. Citra memilih melahirkan secara caesar untuk menghindari komplikasi. Usianya yang sudah 40 tahun cukup beresiko jika memaksakan melahirkan secara normal, lagi pula Citra bukan orang yang sanggup menahan rasa sakit.Sekali lagi cara melahirkan itu adalah pilihan. Bukan soal melahirkan secara normal atau operasi, tetapi kembali kepada kesanggupan tiap ca
Ekstra part 2"Jangan memikirkan soal sewa, Ri, karena aku yang akan menyewakannya untukmu," sahut Leo berbohong. Padahal sebenarnya apartemen ini adalah apartemen pribadi milik Leo sendiri. Dia tidak menyewanya. Apartemen yang sudah lama tidak pernah ia tinggali, karena Leo memilih untuk tinggal di apartemen sederhana yang sesuai dengan perannya sebagai pengawal pribadi seorang nyonya muda."Tapi..." Riri masih ingin memprotes."Sudahlah, Ri," tukas Leo seraya masuk ke dalam apartemen ini, sembari membawakan barang-barang milik Riri. "Masuklah, jangan cuma berdiri di depan pintu seperti itu. Kamu nggak usah takut padaku."Antara percaya atau tidak, tapi yang jelas hatinya benar-benar gamang. Akhirnya Riri melangkah masuk ke dalam. Apartemen ini benar-benar mewah, dengan ukuran yang cukup luas untuk ia tinggali sendirian. Dia baru berada di area ruang tamu, tapi sudah merasakan aura yang berbeda. Di ruang tamu ada satu set sofa dengan meja kaca di tengah-tengah. Lampu kristal yang me
Ekstra Part 1Riri masih menimang amplop berwarna coklat tua di tangannya. Amplop yang diberikan oleh Zakia beberapa jam yang lalu sebelum wanita itu pergi dari rumah ini. Tidak terlalu berat, tetapi Riri yakin, uang yang berada di dalam amplop itu nominalnya cukup besar untuk ukuran dirinya yang hanya orang kecil. Dia belum membukanya, apalagi menghitungnya. Dia masih saja terbawa oleh perasaan.Berat sekali. Rasanya ia ingin menangis saat Zakia memutuskan untuk memberhentikan dirinya sebagai pengasuh Naya. Bukan soal kehilangan pekerjaan, tapi lebih karena perpisahan dengan anak asuhnya. Masih terbayang-bayang semua tingkah anak asuhnya, Aretha Nayyara Az-Zahra yang aktif dan ceria. Balita cantik dan menggemaskan, buah perkawinan nyonya mudanya dengan suami pertamanya.Dia sangat menyayangi anak itu, karena ia pun mengalami hal serupa. Ayah dan ibunya bercerai saat ia masih kecil. Bedanya, Riri memiliki seorang kakak laki-laki yang kemudian bisa menggantikan sosok ayahnya yang pergi
Bab 232"Istrimu benar. setidaknya kamu sudah menjalankan kewajiban dan amanah dari dua wanita itu dan kamu sudah menjadi anak dan cucu yang berbakti," ujar Iqbal menghibur seraya menatap wajah menantunya dalam-dalam."Seandainya mereka masih ada, ibu dan nenekmu pasti juga akan berpikiran sama dengan Papa jika melihat kondisimu memprihatinkan seperti ini. Mereka pasti akan memilih keselamatanmu, ketimbang harta yang tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan nyawamu," ucap Iqbal lagiMendapatkan bujukan bertubi-tubi dari istri dan kedua mertuanya membuat Arkan terdiam. Usul dari Zakia terasa masuk akal. Namun entah kenapa, dia merasa masih berat. Dia menginginkan semua harta peninggalan milik orang yang dicintainya tetap utuh. Dia sangat ingin menjaganya. Dia tahu sekali, jika ia menyerahkan semua itu kepada anggota keluarga Hadiningrat, maka tidak akan lama, semua itu pasti akan lenyap. Keluarga besar Hadiningrat hanya akan tinggal nama. Padahal di masa lalu, keluarga itu sungg
Bab 231Mendapatkan protes dari anak-anak merupakan sesuatu yang paling membuat hati Zakia pedih. Anak-anak benar. Sejak Zakia dan Arkan sibuk mengurus perusahaan masing-masing, perhatian mereka terhadap anak-anak menjadi sangat terbatas.Sejauh ini semua berjalan sebagaimana mestinya. Dengan dibantu tiga baby sister, Zakia tetap bisa mengurus anak-anaknya dengan baik. Hanya saja, perhatian secara khusus tentunya tidak bisa Zakia lakukan setiap waktu.Entah bagaimana hari-hari ke depan, lantaran Arkan yang harus dirawat di rumah sakit, bahkan saat ini belum juga sadar. Remuk redam rasanya hati Zakia membayangkan kemungkinan terburuk. Dia tidak siap untuk kehilangan suaminya, ayah dari anak-anaknya. Pernikahannya dengan Arkan bisa terjadi dengan melewati banyak hal yang tidak mudah mereka lalui. Mereka bisa sampai ke titik ini dengan perjuangan yang keras. Mereka bahkan harus menikah ulang karena Zakia sudah menemukan orang tua kandungnya, yang berarti pernikahan mereka sebelumnya rus
Bab 230"Apa? Leo?!" Sepasang alis Zakia seketika terangkat."Emangnya kenapa, Nak? Ada apa dengan Leo?" tanya Hanna yang sedikit kaget dengan perubahan di wajah putrinya."Mama tau nggak, gara-gara Leo yang mengantarku pulang ke rumah, Mas Arkan sampai terluka parah begini," adu Zakia. Namun Hanna hanya manggut-manggut."Sayang, Leo itu nggak salah. Tugas Leo itu memang untuk menjaga kamu dan dia digaji oleh papa kamu, jadi dia tidak bekerja untuk Arkan," jelas Hanna. Sebenarnya itu tidak perlu di jelaskan, karena Zakia sudah tahu soal posisi Leo."Nggak gitu juga kali, Ma," bantah Zakia seraya mendengus. Dia merasa sangat kesal."Sesuai dengan tugasnya, Leo itu pastinya memprioritaskan keselamatan kamu, meski di sisi lain dia pun peduli dengan suamimu. Buktinya dia balik lagi ke restoran itu, kan? Meskipun kedatangannya sudah terlambat," ujar Hanna. Dia tahu putrinya kesal, tapi Zakia harus menyadari tugas dan kewajiban Leo. Hendrik dan lainnya memang digaji oleh Arkan, tetapi khus