Selamat membaca❤️°°“Selamat ulang tahun ya, istriku sayang.”“Mas Arka? Hey, kamu ingat dengan hari ulang tahunku? Aku kira kamu melupakannya, ternyata tidak ya?”“Ya tentu saja tidak, sayang. Mana mungkin aku melupakan hari bahagia itu? Hari dimana manusia secantik dan sebaik kamu dilahirkan ke dunia ini.”Wanita mana yang tak tersipu setelah mendapatkan pujian yang begitu manis seperti itu? Terlebih lagi pujian itu sendiri diberikan oleh seseorang yang sangat amat dicintai.Dan, ya, hal itulah yang kini sedang Dahayu rasakan.Setelah sudah mendengar kalimat pujian itu, dengan cepat Dahayu pun langsung menarik tangan Arka dan membawa lelaki itu ke dalam peluk hangatnya, tak lupa pula mencium bibirnya demi untuk menyalurkan rasa bahagia yang ada di dalam dirinya.“Terima kasih banyak ya, Mas! Aku senang,” ucap Dahayu“Iya, sayang. Terima kasih juga ya karena kamu sudah hadir dan mau menemaniku,” balas ArkaSebelumnya — setelah Dahayu sudah dinyatakan sehat dan diperbolehkan ; diizink
Selamat membaca❤️°°“Sudah, Mas. Cukup, ayo kita pulang.”“Ingin pulang sekarang, sayang?”“Ya iya, sekarang juga! Memangnya kamu ingin menunggu sampai kapan lagi?”Tawa Arka pun akhirnya pecah karena dirinya benar-benar sudah merasa tak sanggup untuk menahannya lagi, walau sudah dapat dipastikan pula kalau tawanya itu sendiri tentu akan kembali mengundang satu pukulan gratis dari Dahayu.“Aduh-aduh, aku dipukul lagi. Tega sekali ya istriku ini?”Arka merintih kesakitan, berbeda dengan Dahayu yang lebih memilih untuk terdiam karena sudah tak memiliki niat untuk merespon ucapan Sang suami, yang bahkan wanita itu juga langsung menoleh ke arah jendela.“I love you, Dahayu Ishvara.”Hanya dengan mengucap satu kalimat yang cukup singkat seperti itu pun ternyata sudah berhasil untuk membuat Arka kembali memenangkan permainan mereka, dan score akhir saat itu pun menjadi seimbang — dua sama, yang mana ia sudah berhasil untuk membuat Dahayu kembali melukiskan senyum manis di bibirnya.“Sayang
Selamat membaca❤️°°“Alhamdulillah akhirnya kita sampai juga, sayang.”Setelah sudah berhasil untuk menempuh perjalanan selama hampir 45 menit, kini Arka dan Dahayu pun akhirnya sampai di rumah mewah mereka, yang mana Arka sendiri langsung memasukkan mobilnya ke dalam garasi, setelah itu barulah mereka masuk ke dalam rumah — tentu dengan posisi mata Dahayu yang masih ditutup.“Jalannya hati-hati ya, sayang. Jangan terburu-buru,” pinta Arka sembari menggandeng tangan dan pinggang Dahayu dengan maksud untuk membantunya, “Angkat kakinya, ada tangga.”Arka terus memerintah sembari membantu Dahayu, namun yang diperintah justru memilih untuk menghentikan langkah kakinya.“Mas…”“Iya, sayang? Kenapa berhenti?”“Kita benar-benar sudah sampai di rumah?”“Iya, benar. Tadi kamu sudah mendengar suara Pak satpam saat sedang membukakan pintu gerbang untuk kita, kan?”Dan Dahayu pun menganggukan kepalanya, lalu tiba-tiba saja wanita itu menghela nafasnya dengan kasar sembari melepas tangan Arka dar
Selamat membaca❤️°°“Jadi, bagaimana? Lusa sudah pasti jadi ya, sayang? Sesuai dengan janji yang sudah kita buat tadi karena mau tak mau kita harus cepat-cepat bertemu untuk membahas rencana selanjutnya. Pokoknya rencana kita untuk memisahkan Arka dan wanita itu harus dipersiapkan dengan baik dan matang, jangan sampai rencana itu gagal!”Sungguh, sakit sekali rasanya hati Dahayu saat mendengar kalimat yang sama sekali tidak ia harapkan itu, terlebih lagi kalimat itu sendiri diucapkan oleh Sang Ibu mertua, kalimat panjang yang terasa sangat amat tajam.Ya, hati Dahayu benar-benar terasa sakit seperti tersambar petir, yang bahkan dirinya sendiri pun tak tahu bagaimana cara paling baik untuk menyembuhkannya.“Aku tidak salah dengar, kan? Ternyata Mama benar-benar memiliki rencana untuk memisahkan aku dengan Mas Arka. Tetapi, siapa wanita bernama Damara itu? Kenapa mereka tega dan jahat sekali?” gumam Dahayu, “Ya Allah, Mama... Mama benar-benar tidak mau memaafkanku,” lanjutnya“Baik, kal
Selamat membaca❤️°°“Mas, terima kasih banyak ya. Terima kasih atas kejutannya, aku senang sekali. Dan asal kamu tahu, itu adalah kue ulang tahun tercantik yang pernah aku dapatkan seumur hidupku, ditambah lagi dengan bucket bunga mawarnya yang indah dan harum. Aku benar-benar bahagia, Mas.”“Hey, tidak perlu berterima kasih. Dengar ya, wanita secantik dan sebaik kamu memang pantas dan harus mendapatkan hadiah seperti itu.”Ya, kata demi kata yang begitu manis dan menyentuh hati itu nyatanya berhasil Arka lontarkan kembali sebagai suatu bentuk pujian darinya untuk Sang istri, karena ia sendiri pun berfikir jika wanita cantik bernama lengkap Dahayu Ishvara yang saat itu sedang berdiri tepat di hadapannya memang pantas untuk mendapatkan kebahagiaan.“Tetapi, sayang... Bukankah lelaki sepertiku juga pantas dan harus mendapatkan hadiah ya?” Arka bertanya, dan hal itu sendiri berhasil untuk mengundang tawa Dahayu, “Loh, ada apa? Kenapa kamu tertawa begitu? Memangnya ada yang salah dengan u
Selamat membaca❤️°°“Dahayu, kamu tahu nama itu dari mana?”“Kamu tidak perlu tahu tentang hal itu, Mas. Sekarang tugas kamu hanya harus menjawab pertanyaanku dengan sejujur mungkin tanpa ada yang ditutup-tutupi, aku mohon.”Arka yang mendengar itu pun langsung menghela nafasnya dengan kasar, dan tanpa mau memberikan aba-aba — lagi, dengan cepat ia kembali menindih tubuh Dahayu yang jelas jauh lebih kecil darinya, entah apa yang sebenarnya akan ia lakukan pada wanitanya itu.“Dugaanku sepertinya benar. Ada apa, Mas? Kenapa kamu tidak mau menjawab pertanyaanku? Hubungan apa yang sebenarnya sudah terjadi antara kamu dengan wanita itu? Ayo, cepat katakan yang sejujurnya padaku, Mas!” Dahayu tak berniat untuk memberontak — pasrah, karena tujuannya saat itu hanya satu, yaitu mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahunya“Sayang…” Arka menggelengkan kepalanya, lalu ia kembali membawa kedua tangan Dahayu ke atas kepala layaknya seorang tahanan dan bergerak maju untuk menciumi leher wanitanya i
Selamat membaca❤️°°“Selamat siang, Ibu. Ingin bertemu dengan Pak Arka ya, Bu?”“Hallo, selamat siang. Iya, benar, saya ingin bertemu dengan Pak Arka. Apa beliau memiliki waktu senggang?”Salah satu dari dua orang yang saat itu sedang mengobrol pun dengan cepat langsung mengangkat tangan kirinya — melempar arah tatapnya pada benda kecil berbentuk bulat yang melingkar di pergelangannya, “Mohon maaf, Bu. Untuk saat ini Pak Arka masih memiliki jadwal meeting karena ada pertemuan dengan beberapa CEO dari perusahaan lain.”“Oh, begitu ya?”“Iya, Bu. Dan kemungkinan meetingnya akan berakhir di jam makan siang, sekiranya 1 jam lagi. Tetapi kalau Ibu memang mau menunggu Pak Arka, saya bisa antar Ibu ke ruang kerja beliau, Ibu bisa menunggu di sana agar lebih nyaman.”“Oh, iya, ya sudah, boleh. Kalau begitu tolong antar saya ke ruang kerjanya saja ya, Mba.”“Baik, Bu, mari ikut saya.”Disertai dengan senyum manisnya, wanita cantik yang saat itu sedang membawa satu tas berukuran kecil dan satu
Selamat membaca❤️°°“Ada berapa orang yang datang dalam pertemuan itu? Apa ada laki-lakinya? Atau perempuan semua?”Pertanyaan itu Arka tujukan tepat setelah dirinya mendapati permintaan izin dari Sang istri untuk pergi menghadiri acara reuni bersama dengan beberapa temannya saat SMA, yang mana sebenarnya pula Arka sendiri pun juga tak cukup rela untuk memberikan izin kepada Dahayu — takut, itulah yang bisa Arka rasakan, entah apa penyebabnya.“Aku harap sih perempuan semua ya.”Arka menyindir Dahayu, dan hal itu berhasil membuat yang disindir tertawa karena merasa gemas dengan nada suara dan ekspresinya — lelaki itu benar-benar bertingkah seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Iya, Mas sayang. Teman-temanku perempuan semua kok,” saut Dahayu sembari mencubit kedua pipi Arka, “Boleh, ya? Karena aku benar-benar rindu dengan mereka semua, Mas. Coba saja kamu bayangkan, sudah selama hampir 7 tahun kami tidak bertemu sejak hari kelulusan. Sudah lama sekali, kan?” lanjutnya“Ya sudah, iya
Selamat membaca❤️ °° “Aku dan Jeenara pamit ya, Mas. Terima kasih karena sudah mengantar kami. Oh, iya. Tolong titipkan salamku pada Bu Liana ya, sampaikan juga permintaan maafku padanya—” “Mama sudah tidak ada, Yu. Mama sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu karena jatuh di kamar mandi, dia terpeleset. Dokter berkata kalau Mama mengalami serangan jantung.”Lagi, Dahayu kembali dikejutkan dengan pernyataan Arka, ia benar-benar tak menyangka jikalau ternyata wanita paruh baya yang selalu membencinya itu kini sudah tiada.“Innalillahi, ya Allah. Turut berduka cita ya, Mas. Maaf, a-aku tidak tahu tentang hal itu,” ucap Dahayu“Tidak perlu minta maaf, tidak apa-apa, karena itu memang bukan hal penting yang harus kamu ketahui. Iya, kan?” balas Arka sembari menundukan kepalanya, “Hm... Oh, iya. Ta-tapi ada satu hal penting yang harus kamu ketahui. Tepat sehari sebelum Mama pergi, dia berkata padaku kalau katanya dia rindu kamu, ingin bertemu dan juga minta maaf. Ingin sekali rasanya dia
Selamat membaca❤️ °° 8 Tahun kemudian… “Sayang, kamu dan Jeenara sudah berangkat belum? Sekali lagi aku minta maaf ya karena tidak bisa jemput kalian, ada meeting mendadak sampai jam 12 siang dengan team. Tapi kalian tenang saja ya, aku akan langsung pergi menyusul ke sana setelah meetingnya selesai. Plaza Indonesia, kan?”(Jeenara, dibaca ; Jinara). “Iya, Mas. Tidak apa-apa. Aku dan Jeenara sudah siap, kami hanya tinggal menunggu taksi onlinenya datang, sepertinya sebentar lagi. Oh, iya, Mas. Anakmu ini bawel sekali, katanya sudah tidak sabar untuk bermain di tempat bermain. Sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Papa juga katanya.” “Aduh, manisnya anak Papa. Ya sudah, kalau begitu sampai bertemu nanti ya. Kabari aku terus, Ma.” “Oke, Papa sayang. Sampai bertemu nanti ya! Jeenara and Mama loves you.” “Papa loves you two too, sayang-sayangnya Papa. Hati-hati di jalan ya, see you.” Sambungan telepon keduanya pun berakhir, dan kebetulan pula taksi online yang ditunggu sudah datan
Selamat membaca❤️ °° “Sekarang aku harus apa? Aku merasa seperti tidak memiliki arah dan tujuan. Aku hilang tanpa tahu ingin pergi kemana.” Hampa, itu yang sekiranya sedang dirasakan oleh Arkatama Maheswara. Baginya, semua telah menghilang — semuanya tak lagi sama, tak ada lagi rasa kasih sayang dan cinta tulus yang menyelimuti hatinya. Melindungi dirinya dari kejamnya kenyataan di dunia.Rumahnya itu kini sudah tiada, tempat ternyaman untuknya pulang dan mengadu itu kini sudah pergi meninggalkannya. Hidupnya kini benar-benar terasa sangat sunyi sepi, bahkan ia merasa jikalau dirinya sudah tak lagi berguna untuk siapa pun — termasuk dirinya sendiri.Rasa bersalah yang ada pun sudah berhasil menghantuinya. Namun, ia bisa apa selain pasrah? Semuanya sudah terjadi. Ingin marah? Tentu saja, ingin sekali. Namun dengan siapa?“Kamu marahi saja dirimu sendiri, Arkatama! Apa kamu tak sadar kalau kamu itu bodoh? Bodoh karena sudah melepas wanita yang begitu sempurna seperti Dahayu. Kamu bod
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu benar-benar hamil. Dan pertanyaanku hanya satu, bagaimana nasib hidupnya dengan Sang anak nanti? Tidak mudah kalau mereka hanya harus hidup berdua tanpa ada sosok suami dan juga Ayah yang menemaninya. Wah, lelaki itu memang sangat keterlaluan! Gila dan tidak memiliki hati. Bisa-bisanya dia melakukan hal setega ini pada Dahayu.” Rakyan menghela nafasnya sembari memejamkan mata — untuk mengatur emosi yang saat itu sedang ia rasakan, lalu setelahnya ia menoleh ke belakang, mengarahkan tatapnya ke arah Dahayu yang sedang berbaring di kasur periksa.Lemas, begitulah keadaan Dahayu yang bisa Rakyan lihat.Ya, saat itu Dahayu masih dibiarkan berbaring di atas kasur periksa dengan infus yang tersambung ke tangannya — hal yang memang sengaja dilakukan karena keadaannya saat itu masih lemah, Dokter yang menyuruhnya untuk menjaga kondisi tubuhnya ; agar tidak kembali menurun.“Kandungan Bu Dahayu saat ini sudah memasuki usia enam minggu ya, Pak. Dan alhamdulillah
Selamat membaca❤️ °° “Mas Rakyan, jadi orang yang selalu membersihkan makam Ibu dan menaburkan bunga di atasnya itu kamu?” “Iya, Dahayu. Aku yang melakukannya.” Ya, dia orangnya. Rakyan Pradana.Kalian masih ingat dengan lelaki itu, kan? Jika lupa, sini, biar aku bantu ingatkan kembali.“Terima kasih banyak sebelumnya, Mas. Tetapi saya tidak— Loh? Mas Rakyan? Kamu Rakyan Pradana, kan?”“Iya benar, saya Rakyan. Tunggu, kamu Dahayu ya? Dahayu Ishvara alumni Universitas Indonesia jurusan Sastra, kan?”“I-iya, benar itu aku.”“Wah, kenapa bisa kebetulan begini ya? Setelah sekian lama akhirnya kita bisa bertemu lagi. Omong-omong kamu masih ingat denganku, Yu? Suatu kehormatan besar ini namanya.”“Bisa saja kamu, Mas. Lagi pula ya, sepertinya mustahil kalau aku lupa dengan kamu. Rakyan Pradana. Bayangkan, hanya dengan mendengar namanya saja aku bisa ingat betapa seringnya lelaki itu untuk mencari masalah dengan Pak Yugi karena tidak pernah masuk ke dalam kelasnya. Betul, tidak?”Ya, lel
Selamat membaca❤️ °° “Kamu tidak salah dengar, Mas. Nama lelaki itu Kaivan Daffa, dan dia adalah Kakak sepupuku. Dia yang sudah membantu aku selama beberapa hari terakhir ini, bahkan dia juga yang sudah menolongku dari keterpurukan, menolongku agar aku tetap bangkit dan sembuh dari luka yang cukup membekas. Walau nyatanya tidak mudah, sangat sulit dan menyakitkan hati.” “Dahayu, maaf. A-aku tidak tahu, maaf. Sekarang aku ulangi pertanyaanku, ya? A-apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku? A-apa kamu benar-benar ingin bercerai? Tolong fikirkan itu lagi, Yu. Jangan gegabah, kita hanya butuh waktu untuk bicara dan menenangkan hati serta fikiran.” Nyatanya, Arka kepalang malu. Rasa malu itu sudah berhasil menyelimuti dirinya, pun merasa tak enak hati karena sudah menuduh Dahayu — tanpa bukti. Hingga akhirnya ia kembali mengulang apa yang sudah ditanyakan, dengan harap bisa mendapati jawaban yang berbeda. “Dahayu, coba lihat aku. Me-memangnya kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Kam
Selamat membaca❤️ °° Kaivan Daffa… Ya, Kaivan Daffa — sebuah nama yang memiliki makna pria tampan nan penuh dengan kehangatan, yang mana nama itu sendiri juga benar-benar menjadi doa atas harapan dan permintaan yang terkabul.Sesuai dengan arti dari namanya ; lelaki bernama Kaivan itu sangat tampan, pun juga hangat, sehingga membuat siapa saja yang berada di dekatnya menjadi nyaman — termasuk Dahayu.Namun dalam kisah ini kalian tak boleh salah menyangka — seperti Arka, karena nyatanya lelaki itu adalah Kakak sepupu Dahayu — anak dari Kakak Sang Ibu ; Inka. Umur mereka pun tak jauh dan hanya terpaut usia 2 tahun saja, namun Kaivan sangatlah dewasa dan pantas untuk disebut sebagai Kakak.Dan dialah — lelaki yang bertemu dengan Dahayu di taman dekat rumah sakit.Flashback On Dahayu terus menangis, air mata itu terus mengalir — tanpa henti dan bahkan semakin deras. Sebenarnya Dahayu malu, tapi rasa sesak itu sudah tak mampu untuk ia tahan, hingga tiba-tiba ada seorang lelaki yang dat
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu, apa kamu sudah yakin dengan keputusan itu? Apa kamu benar-benar ingin melakukannya? Tolong fikirkan lagi, Yu. Apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku?” “Iya, Mas Arka. Aku yakin, masih sama yakinnya seperti dulu aku memutuskan untuk menikah dengan kamu, pun di saat aku memutuskan untuk kembali setelah kamu menalak aku. Ini bukan hanya keputusan semata, tetapi aku benar-benar ingin melakukannya.” Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pukul 11.00 WIB. Hari ini — di salah satu tempat yang dapat dikatakan cukup menyeramkan bagi sepasang suami istri, yaitu ; Pengadilan Agama, ada Arka dan juga Dahayu yang nyatanya kembali bertemu setelah hampir melewati hari yang cukup panjang, yang mana saat itu keduanya sedang berada di salah satu lorong kosong yang ada di sekitaran tempat itu.Flashback On “Dahayu, aku tidak bisa hidup tanpamu. Bagaimana ini? Aku tak mau cerai, yang aku mau adalah hidup bahagia dengan kamu. Aku sangat membutuhkan kamu, sayang. Kembal
Selamat membaca❤️ °° Assalamualaikum, Mas Arka sayang… Bersamaan dengan surat ini, aku — Dahayu Ishvara, istrimu, ingin mengucapkan serta mengutarakan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada kamu, suamiku. Terima kasih untuk segalanya ya, Mas. Terima kasih banyak karena kamu sudah pernah hadir ke dalam hidupku. Terima kasih banyak atas tiap-tiap warna nan indah yang sudah kamu goreskan di atas kertas polos kehidupanku. Mas Arka sayang… Mungkin perpisahan ini akan terasa begitu menyakitkan hati dan diri kita, tapi aku yakin akan menjadi lebih menyakitkan lagi kalau kita tetap memaksa untuk terus bersama.Mas, bila nyatanya kita berdua — aku dan atau kamu sudah tak bisa untuk saling mencintai lagi, maka percayalah kalau semua ini hanya akan lebih menyiksa lagi. Dan ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Pasti akan ada waktu dimana orang yang awalnya sabar berubah menjadi jengkel, orang yang awalnya peduli berubah menjadi segan, bahkan orang yang setia akan berubah menjadi khi