Share

Benih-Benih Rasa

"Najwa, aku boleh panggil kamu, sayang?"

Astaga, apa tadi? Kenapa tiba-tiba Bastian bertanya seperti itu? Aku menekan dada yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Membayangkan raut lelaki itu saat bertanya memanaskan pipiku.

'Mbak, airnya udah mendidih."

Suara Hanif menarik kembali kesadaranku. Air yang aku masak sudah meletup-letup. Najwa, Najwa, bisa-bisanya melamun saat memasak.

"Mbak, Mas Bastian nanya kopinya udah mateng belum?"

"Iya, ini Mbak lagi bikin." Aku menuang air mendidih tadi ke dalam gelas yang sudah berisi campuran kopi dan gula. Aku tak tahu rasa kopi seperti apa yang disuka Bastian, saat bertanya dia menjawab apa pun yang aku buat pasti enak. Apa yang merasuki lelaki itu? Aku melihat sisi Bastian yang pintar membuatku kebat-kebit. Sepertinya aku harus menalikan hati kuat-kuat agar tak terlalu cepat jatuh ke dalam pesonanya.

"Kamu antar ke Mas Bastian, ya." Aku meletakkan kopi di atas piring kecil lalu meminta Hanif membawa ke ruang tengah di mana Bastia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status