Beranda / Romansa / Disayang Duda Kaya / 54 - BUKAN ORANG BAIK

Share

54 - BUKAN ORANG BAIK

Penulis: Ahgisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lila termenung di depan kaca jendela pantry tempat kerjanya. Matanya menatap kosong gedung-gedung dan jalanan yang mulai padat karena jam sibuk di kota metropolitan itu.

Pikiran Lila sudah jauh berkelana. Apalagi mengingat cerita Banyu tentang Meira. Ia tahu calon suaminya itu hanya bersimpati, tapi ada rasa takut jika calon suaminya itu tiba-tiba meninggalkannya. Entahlah, rasanya trauma masa lalu masih membekas. Ia sangat takut jika pria itu menjalin hubungan di belakangnya, sama dengan apa yang dilakukan mantan suaminya dulu.

“Nggak, Lila! Dia bukan Mas Dimas. Dia Mas Banyu!” ucap Lila sambil menggelengkan kepalanya keras. Ia menarik nafas dalam untuk menenangkan hatinya.

“La?” sapa Theo yang membuat Lila segera menoleh ke s

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Disayang Duda Kaya   55 - SECEPATNYA

    Banyu memegang sebuah map dari rumah sakit terkenal di kota metropolitan itu. Ia tampak ragu dan hanya memandang sampul mapnya saja. Entahlah, Banyu tak yakin. Jauh di dalam hatinya, ia hanya ingin mempercayai bahwa Bara bukanlah anaknya. Attar yang semenjak tadi memang sudah berada di sofa hanya bisa memandangi sahabat karibnya itu dengan tatapan yang ikut sedih. Teman baiknya itu terlalu baik dan rasanya apa yang saat ini terjadi tidak adil untuk Banyu. “Lo gak pengen buka? Gue penasaran juga,” ucap Attar mencoba menguatkan sahabatnya. Banyu menghela nafas sebelum akhirnya membuka mapnya dengan jantung berdebar tak karuan. beberapa menit kemudian tangannya bergetar dengan cukup kentara. “Dia– anak gue, Tar. Dia anak gue?” tanya Banyu yang sebelumnya membuat pernyat

  • Disayang Duda Kaya   56 - CUCU IBU

    Lila berjalan tergesa menuju ruangan Banyu. Suara Elle di telepon membuat Lila khawatir. Apa yang terjadi kali ini dengan Banyu? Saat Lila membuka pintu ruangan Banyu. Ia melihat Banyu yang kembali duduk dengan tegak, senyumnya nampak getir. Pria itu merentangkan tangannya seolah minta dipeluk. Lila awalnya bingung, namun dia mendekat ke arah Banyu dan memeluk pria itu. Mereka pun saling mengeratkan pelukannya satu sama lain. "Janji jangan tinggalin aku ya, La. Temenin aku," ucap Banyu berat. "Aku gak akan pergi kalau kamu gak dorong aku pergi, Mas." Banyu melepaskan pelukannya. Ia beranjak dan memberikan map yang sudah ia baca isinya berulang kali dan tulisannya pun tetap sama.

  • Disayang Duda Kaya   57 - APA IYA?

    Diani menyusul suaminya yang kini sedang menikmati segelas kopi di tangannya sambil memandang halaman belakang rumah. Pria itu tampak dingin dan sepertinya enggan diganggu. Tapi, Diani tidak akan mundur. "Kenapa Mas begitu? Bara itu kan cucu kita. Kenapa Mas kayaknya gak mau gitu sih?" tanya Diani kecewa. Ia berdiri agak jauh dari suaminya. "Alasan apapun yang mau di bawa Meira untuk memaksa anak itu masuk dalam hidup kita. Aku gak bisa terima, Di. Bukannya lebih baik kalau dia gak pernah balik? Sepuluh tahun lebih dia bawa Bara pergi, kamu pikir anak itu akan menerima kita?" jawab Samudera datar. "Itu jadi tugas kita untuk menyambutnya!" "Lakukan, tapi jangan paksa aku." "Mas, gimana kata orang kalau mereka tahu, cucu k

  • Disayang Duda Kaya   58 - BOLEHKAH?

    Wanita paruh baya yang sudah lebih dari setengah abad itu tampak resah. Sesekali ia menatap ke arah luar dan mendesah berat. Matanya melirik ke arah jam dinding besar yang terletak tak jauh darinya. Hatinya makin kacau karena tidak ada tanda-tanda kedatangan anak sulungnya. "Tidurlah, Sayang. Sudah terlalu malam," suara bariton itu terdengar sangat lembut, berbeda dengan beberapa saat lalu yang terdengar dingin. "Aku tidur kalau Banyu sudah datang," ucapnya tanpa melihat si pemilik suara merdu di telinganya. "Dia sudah besar. Tidak perlu khawatir, Di. Ayolah, aku tidak bisa tidur kalau tidak memeluk kamu," rajuk Samudera. "Ini sudah tengah malam. Memangnya Papa gak khawatir sama Banyu?" "Buat apa? Dia lebih jago bela dir

  • Disayang Duda Kaya   59 - TERIMA KASIH CINTA

    Banyu baru saja memasuki rumahnya bersama dengan Lila yang mengekor di belakangnya. Keduanya melihat Diani tengah bersama Raga. Wanita paruh baya itu sedang bernyanyi bersama sebuah lagu anak-anak kesukaan Raga. Anak yang baru saja genap berusia dua tahun itu terdengar bernyanyi riang. Membuat siapa saja yang mendengarnya juga ikut tertawa. "Sore, Bu. Wah, seneng banget Raga ya main sama Oma? Barusan nyanyi ya? Nyanyi apa?" ucap Lila yang kini sudah berjongkok di depan Diani sambil mencubit gemas pipi anaknya. "Nyanyi keleta api, Ma! Naik keleta api dut dut dut!!" ucap Raga yang membuat ketiga orang dewasa itu tertawa geli karena suara kereta api yang diucapkan Raga. "Bara dimana, Bu?" tanya Banyu dengan mata yang menjelajahi seisi ruangan.

  • Disayang Duda Kaya   60 - MANA YANG LEBIH BAIK?

    Bara menatap lekat Lila yang tengah memakai gaun pengantin berwarna putih. Wanita itu sangat cantik dan Bara membandingkan Lila dengan Mamanya. 'Apa Mama gak cantik, jadi Ayah gak suka sama Mama? Kenapa Mama pergi sama Papa padahal Ayah baik?' pikir Bara. Anak kecil itu sendiri sedang terdiam salah satu sudut ruangan. Ia merasa asing dengan kehangatan dalam keluarga ayah kandungnya. Ia kira menjadi orang kaya hanyalah khayalannya. Tapi, ternyata itu terjadi pada Bara. Bisa naik mobil dan makan berbagai macam lauk adalah hal yang tak pernah terbayangkan olehnya. Sementara ia makan sepotong daging, Bara selalu teringat tentang Mamanya yang mungkin saja hanya makan sepotong tahu atau tempe dengan nasi. Mengingat itu membuat Bara sampai saat ini selalu enggan makan.

  • Disayang Duda Kaya   61 - LANGIT

    Pria dengan perawakan tegap dan lengan berotot yang menonjol, membuat setiap wanita yang melewatinya tak bisa berpaling. Wajahnya yang tampan perpaduan khas antara mata asia dengan alis tebal dan hidung mancung membuat pria itu lebih cocok menjadi seorang model. Tatanan rambutnya yang tidak rapi ditambah dengan kaos yang pas ditubuhnya dan celana chinos, membuat pria itu menjadi idola setiap wanita yang berada di sekitarnya saat ini. Banyak dari kaum hawa yang enggan melepaskan tatapannya dari pria bernama Sagara Xavero Adnan. "Om Aga!" teriak balita berumur dua setengah tahun yang berada digendongan calon ayah tirinya. Sagara tersenyum melihat mata cerah Raga. Rasanya Sagara langsung jatuh cinta melihat Raga yang selama ini hanya ditemuinya lewat telepon video. "Hal

  • Disayang Duda Kaya   62 - SELAMANYA

    Samudera masuk ke ruangan Banyu tanpa mengetuk. Pria yang berumur lebih dari setengah abad itu berjalan santai mendekati anak sulungnya yang tampaknya setia menunggu dirinya mendekat tanpa bertanya apapun. Samudera menyodorkan map berwarna merah dan memberikan kode Banyu untuk membukanya. “Apalagi ini? Aku gak suka dikasih map-map gini, Pa! Mending Papa jelasin aja,” tolak Banyu yang akan menyerahkan kembali map itu, tapi tangannya terhenti saat kalimat yang diucapkan Samudera meluncur. “Itu dokumen Papanya Lila.” “Papanya Lila?” Banyu membeo. Ia kemudian membuka berkas itu dan menemukan catatan medis milik Papa Lila. Kertas itu bertuliskan surat keterangan pemeriksaan kesehatan jiwa. Banyu berulang kali membaca surat it

Bab terbaru

  • Disayang Duda Kaya   FINAL CHAPTER - SHEENA - SHANA SPECIAL CHAPTER 3

    Sepuluh Tahun KemudianPerempuan berusia tiga puluh dua tahun itu tampak cantik dengan balutan gaun pesta berwarna merah yang menawan. Rambutnya yang panjang tergerai indah. Penampilannya jelas membuat mata pria manapun menatapnya dengan penuh minat. Muda dan Tua, semuanya menatap wanita bernama Shana Rose Adnan itu dengan tatapan kagum.“Nah ini, anak kami paling bungsu. nantinya Shana yang akan ikut mengembangkan bisnis di bidang ini. Dia lulusan Universitas Teknologi Rhein-Westfalen Aachen,” ucap Banyu bangga pada kolega bisnisnya.“Luar biasa, Jerman! Ich freue mich auf die Zusammenarbeit mit Ihnen,” ucap salah seorang kolega Banyu sambil mengulurkan tangannya.Shana pun tersenyum dan membalas jabat tangan itu. “Ja, ich bin auch gespannt darauf. Lasst uns zusammenarbeiten und Großartiges erreichen!”“Anakmu Luar biasa, Banyu,” puji pria yang lain.Dipuji terus menerus membuat Banyu selalu tersenyum. Ia sangat senang, meskipun seorang wanita, anak perempuannya bisa menunjukkan pad

  • Disayang Duda Kaya   SHEENA - SHANA SPECIAL CHAPTER 2

    Sheena lebih banyak diam setelah kedatangan Rain waktu itu. Ia bahkan lebih banyak mengurung dirinya di kamar. Seperti saat ini, ia lebih memilih untuk duduk dan menatap foto bersama kembarannya ketika kecil. Tak lama, ia memilih untuk menutup foto itu dan membenamkan wajahnya di lututnya yang sudah merapat.“Shen, Lo ngapain?” tanya Shana yang baru saja membuka pintu kamar Sheena tanpa permisi.Sheena tak menjawab. Wanita itu hanya diam, sama sekali tak bersuara.“Shen, Gue mau jalan sama Rain, ayo jalan bertiga. Lo udah lama pengen jalan-jalan ke Kota Tua kan?” ucap Shana yang berjalan mendekat dan kemudian memegang pundak saudara kembarnya. Tak lama gadis itu terkejut karena pundak itu seolah bergetar.“Shen, Lo nangis? Kenapa?” tanya Shana sambil mengguncangkan bahu kembarannya.Sheena dengan kasar menepis tangan Shana. “Lo sengaja kan?”“Sengaja?” tanya Shana bingung. “Sengaja ap–”“Lo– Lo kan saudara Gue Shan. Lo tega sama Gue? Lo tau Gue suka sama Rain. Gue masih berbaik hati s

  • Disayang Duda Kaya   SHEENA - SHANA SPECIAL CHAPTER 1

    Tujuh Tahun KemudianShana masuk ke dalam rumah dengan senyum ceria. Ia juga banyak berceloteh. Entah apa saja yang dia ceritakan, kepada teman lelaki yang mengekor di belakangnya. Lelaki nyatanya tidak memprotes apapun. Ia mendengar dengan seksama, sesekali ikut tertawa dengan cerita Shana.“Shan, sama Rain?” tanya Lila yang baru saja keluar dari kamarnya karena mendengar celoteh ceria salah satu anak gadisnya yang kini sudah masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri bergengsi di kota metropolitan itu. Jurusannya juga tak main-main, anak gadisnya itu memilih untuk mengambil Teknik Mesin.“Iya, Ma.” Shana segera memeluk Mamanya dan mencium punggung tangannya.“Hai, Tante. Rain kesini lagi. Semoga Tante gak bosen ya,” ucap Rain yang kemudian mencium punggung tangan Lila dengan takzim.“Gak akan pernah bosen. Tante malah seneng. Kalian udah makan?” tanya Lila bersemangat.“Belum, Tante. Rain laper,” ucap Rain tapa berbasa-basi. Pria muda itu tampaknya sudah tak sungkan dengan Lila.“G

  • Disayang Duda Kaya   NOAH SPECIAL CHAPTER 3 (END)

    Sudah jatuh, tertimpa tangga. Ungkapan itu sangat cocok untuk Mirea yang terjerembab karena ternyata masih terlalu sakit untuk digunakan berjalan.Rasa sakitnya mungkin bisa dia tahan, tapi rasa malunya terlalu besar saat ini. Ia bahkan hanya bisa menunduk ketika tangan yang sedikit kekar itu kembali mengangkatnya.“Non Mirea,” ucap Satpam yang tergopoh membuka gerbang. Saat pria itu hendak mengambil Mirea, Noah tampak bergeming.“Biar saya yang antar ke dalam rumah. Tolong antar saya,” ucap Noah yang terlihat tenang menggendong Mirea.Satpam itupun mengangguk dan berjalan di depan Noah. Sementara itu Mirea masih setia menutup mukanya karena sangat malu. Kulitnya yang memang tidak terlalu putih itu, tetap saja memerah seperti kepiting rebus jika ia malu.Baru saja melewati pintu rumah, para pekerja di rumah itu sudah histeris melihat luka-luka di tubuh Mirea. Mereka bahkan melupakan siapa yang menggendong Mirea.“Non Mirea, ya ampun Non. Non Mirea kenapa?! Aduh Non–”Mirea sudah tak m

  • Disayang Duda Kaya   NOAH SPECIAL CHAPTER 2

    Semua orang termangu saat Noah dengan cepat membuka baju seragamnya secara paksa, hingga menyisakan undershirt berwarna putih untuk menutupi tubuhnya yang sudah sedikit membentuk.Noah dengan cepat menutup baju putih Mirea yang tersiram sehingga tidak terlihat orang lain. Juga supaya kuah bakso itu ikut menyerap ke bajunya dan sedikit mengurangi rasa terbakar di tubuh Mirea.“Rea, gak apa-apa? Panas ya?”ucap Noah panik.“Aargh, panas..” desis Mirea sambil menahan rasa terbakar di setengah tubuhnya.“Maaf, ya. Gue gak tau. Jalannya nikung,” ucap perempuan yang tadi membawa satu nampan berisi dua mangkok bakso dengan kuah yang masih sangat panas. Meski begitu wajahnya lebih tampak kesal daripada meminta maaf dengan tulus.Tanpa banyak kata, Noah segera mengangkat Mirea saat itu juga. Membuat semua orang yang ada di sana semakin terkejut. Bahkan Clarine yang disamping Mirea memekik tak percaya dengan kejadian itu.Sementara orang yang membawa nampan bakso yang ternyata bernama Reaza itu

  • Disayang Duda Kaya   NOAH SPECIAL CHAPTER 1

    Tiga Tahun KemudianNoah, remaja berumur enam belas tahun itu, adalah atlit basket yang sangat berbakat di sekolahnya. Dengan tinggi badan yang mencolok dan keahlian bermain basket yang luar biasa, Noah telah menjadi pusat perhatian di antara teman-teman sekelasnya. Hari itu, lapangan basket sekolah dipenuhi dengan suara tawa dan semangat.Noah sedang berlatih intensif bersama tim basketnya. Pukulan bola dan derap langkah kaki menggema di udara. Teman-temannya berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik dalam sesi latihan tersebut. Di antara kerumunan pemain basket yang bersemangat, Noah memimpin dengan keterampilan dan ketangkasannya yang luar biasa.Namun, ada sesuatu yang membuat suasana semakin hidup. Para wanita di antara penonton, terutama kelompok teman sekelas Noah, tidak bisa menyembunyikan kekaguman mereka. Mereka berdiri di pinggir lapangan, sorak sorai, dan berteriak memberikan semangat kepada Noah. Seiring dengan setiap tembakan dan aksi spektakuler yang diperlih

  • Disayang Duda Kaya   RAGA SPECIAL CHAPTER 3 (END)

    Lila berjalan bersama dengan suaminya. Dalam hidupnya, ia tak pernah sangat berambisi seperti ini. Mukanya sudah ia buat arogan semenjak turun dari mobil paling mewah yang mereka miliki.“Selamat datang, Bapak dan Ibu. Kepala Sekolah sudah menunggu di ruangannya,” sambut salah satu orang dari sekolah tersebut.Tak ada yang menjawab, mereka hanya mengikuti saja langkah guru tersebut.Sesampainya di ruangan kepala sekolah di sana. Lila disambut hangat oleh kepala sekolah, tapi keduanya bergeming. Tentu saja Ibu Lais memandang remeh Banyu dan Lila melihat sikap mereka yang dingin.“Pantas saja anaknya gak tau sopan santun, ternyata didikannya,” ucap Ibu Lais yang membuat Lila menahan amarahnya dengan tetap duduk tenang, tapi ia mengepalkan tangannya erat-erat.“Saya sebagai–”Banyu segera memutar video yang ada di dalam tabletnya untuk memotong ucapan kepala sekolah itu. Ia menunjukkan pada Ibu Lais dan kepala sekolah. Video itu memperlihatkan bagaimana Lais bersikap. Bukan hanya saat me

  • Disayang Duda Kaya   RAGA SPECIAL CHAPTER 2

    Raga menghempaskan tubuhnya pada kasur empuk berwarna abu-abu. Remaja lelaki itu memandang langit-langit kamarnya sambil menghela nafas panjang.“Apa aku ikut Papa Dimas ya? Tapi di sana ada Mama Feby.”Raga mengalihkan perhatiannya pada sebingkai foto dimana ada fotonya dan ayah kandungnya yang sangat jarang ia temui. Foto yang diambil beberapa tahun lalu itu memperlihatkan kedekatan batin antara keduanya.Meski banyak cerita yang mulai Raga tahu tentang ayah dan ibunya di masa dulu yang kurang menyenangkan, nyatanya keduanya sudah berdamai dengan keadaan. Raga pun memahami kondisi keduanya.Banyu juga ayah yang baik. Dia penyemangat nomor satu bahkan sebelum ibunya. Raga tidak pernah menyesal berada di keluarga ini. Tapi lingkungannya selalu berusaha membuat Raga membenci dirinya.“Aku liburan di sana kali ya. Daripada aku cuma diem-diem aja selama di skors ini. Kayaknya udah lama juga gak pernah ketemu Papa Dimas,” gumam Raga yang kemudian mengambil ponsel di sakunya. Ia hendak men

  • Disayang Duda Kaya   RAGA SPECIAL CHAPTER 1

    Enam Tahun KemudianRaga Dewandra Adnan, itu lah nama seorang remaja yang kini duduk di bangku kelas dua sekolah menengah atas.Anak lelaki itu menunggu jemputan seperti biasanya di taman sekolah sambil memainkan ponselnya sekedar untuk melihat-lihat komik yang episodenya baru saja terbit.Saat tangannya tengah lincah menggulir dan matanya menatap fokus ke arah ponsel keluaran terbaru dari salah satu merek ternama di seluruh dunia, tiba-tiba saja seseorang melemparkan kaleng soda yang sudah kosong dan tepat mengenai dahi Raga.Raga tak bereaksi banyak selain membuang kaleng itu asal. Ia enggan menanggapi remaja laki-laki seumurannya yang terlihat seperti preman.“Anak pungut, Show off! Mamerin apa sih? Oh, hpnya baru. Najis! Norak!” ucap pria bernama Lais itu.Dua orang anak laki-laki yang lain mengekor dan memandang remeh juga pada Raga.Namun, Raga juga tak ambil pusing. Ia lebih memilih untuk kembali menatap ponselnya. Sekedar untuk mengunduh beberapa komik yang ingin ia baca.“Rag

DMCA.com Protection Status