Wajah Zaviya tampak masam pagi ini setelah kemarin sehari semalam tidak keluar dari cottage lantaran disekap oleh suaminya sendiri.Apalagi alasannya kalau bukan demi untuk memuaskan hasrat Svarga yang ternyata sangat besar sampai Zaviya kewalahan.Sampai ada satu ronde, Zaviya yang kesal enggan menatap wajah Svarga karena pria itu tidak kenal lelah dan bosan menggempurnya padahal tahu kalau Zaviya sampai tidak bisa jalan lantaran bagian intinya terasa seperti memar dan pria itu seolah tidak peduli.Svarga terus memacu tubuhnya mencari kenikmatan di atas Zaviya.Saat ini, mereka berdua sedang berjalan beriringan menyusuri jalan setapak menuju restoran.Sesekali Svarga melirik Zaviya yang pagi ini tidak terdengar suaranya sama sekali.“Ups ….” Zaviya tersandung batu, nyaris tersungkur dan terjebur ke kolam ikan bila saja Svarga tidak sigap meraih tubuh sintal itu.Namun gerakan cepat Svarga membuat Zaviya berakhir dalam pelukannya.Refleks tangan Zaviya juga melingkari tubuh Svarga lal
Zaviya kesal sekali karena si nenek lampir Gladys malah ikut staycation seperti keluarga yang lain.Padahal dia hanya orang yang kenal dengan keluarga Folke, bukan bagian dari keluarga Folke.Jadi wajah Zaviya memberengut saat dia, Svarga dan para sepupu yang lain serta si outsider Gladys berjalan beriringan menuju sebuah area permainan paintball.Jadi untuk mengisi waktu staycation, mereka memilih permainan simulasi perang atau bermain perang-perangan dengan menggunakan senjata khusus peluru cat, memakai seragam ala tentara, body protektor dan face shield.Dalam permainan ini dibagi menjadi dua tim yang beranggotakan enam orang setiap timnya.Tim A beranggotakan Svarga, Zaviya, Gladys, Reyzio-adik dari Ghazanvar, Shaquelle dan Arumi-anak dari om Kaivan yang nantinya akan melawan Tim B.Tim B terdiri dari Ghazanvar, Reynand-kakak dari Arumi, Aruna-adik bungsu Ghazanvar dan Richard, Enrico, serta Paulina yang merupakan kakak sepupu Svarga dari pihak papa Arjuna.Setiap tim tentunya me
Svarga mengembuskan napas kasar, mengusap wajah lantas menyugar rambut ke belakang.Dia selalu dibuat frustrasi setiap kali menghadapi Zaviya.“Kenapa sih, apa-apa kamu nangis … apa-apa nangis!” Svarga menggeram dengan sorot mata sejuta kesal membuat air mata Zaviya semakin mengalir deras.“Aku … hiks … aku anak bungsu.” Dengan polosnya Zaviya beralasan.Tangisnya terdengar pilu dan dalam memberitahu Svarga kalau sang istri tengah terluka parah padahal dia hanya memintanya duduk di luar area simulasi.Svarga duduk di samping Zaviya, raut wajah garangnya menghadap ke depan.Seorang suami pada umumnya akan memeluk sang istri agar tenang dan berhenti menangis tapi Svarga tidak tahu kalau itu yang harus dilakukannya jadi dia duduk saja di samping Zaviya sampai istrinya itu berhenti menangis.Dia mengorbankan diri tidak ikut bermain lagi dan pasti Shaquelle akan marah-marah karena timnya kekurangan orang lalu kalah karena tidak imbang.Zaviya bergerak mendekat. “Svargaaa …,” panggilnya mer
“Bunda sama ayah pulang duluan ya, ayah diteleponin terus sama sekretarisnya … Bunda juga harus ngurus resto, kasian bude sampai kewalahan.” Bunda Venus memeluk kemudian mengecup kening Zaviya.“Svarga … Ayah titip Zaviya ya.” Ayah berpesan saat bersalaman dengan menantunya.“Iya, Yah.” Svarga menyahut singkat.Hari ini seluruh keluarga dari Indonesia akan bertolak pulang, Svarga dan Zaviya mengantarnya sampai ke Bandara.Momen pernikahan Zaviya ini menjadi moment yang tidak akan mereka lupakan karena bisa menyatukan tiga keluarga besar sekaligus liburan bersama.Zaviya menggendong keponakan-keponakannya dan menciumi membabi buta sebelum mereka naik ke pesawat.Janu malah tantrum karena tidak ingin meninggalkan aunty kesayangannya dan kalau sudah seperti ini, kedua orang tua Janu yang repot.Mereka akhirnya masuk duluan ke dalam pesawat.“Selamat bulan madu ya,” kata Amaranggana menggoda adiknya.Zaviya mengulum senyum, menjatuhkan tatap pada perut Amaranggana yang masih rata.“Sehat
Sisi wajah Zaviya tidak menempel sepenuhnya di tembok karena dilapisi tangan Svarga saat pria itu menarik pinggangnya hingga menungging seksi.Jujur, Zaviya senang bila Svarga selalu menginginkannya karena hal tersebut pertanda kalau dia sudah menaklukan pria itu.Dengan mudah Svarga menurunkan kain berenda sampai melingkari kaki Zaviya di lantai.Setelah itu Svarga menarik turun sleting dan mengeluarkan sesuatu yang telah menyesakan celananya.Svarga tidak langsung masuk, dia belai dulu lubang ‘miliknya’ yang merupakan bagian tubuh Zaviya itu agar tidak terluka saat melakukan penetrasi nanti.“Aaah… Svarga.” Zaviya mendesah, punggungnya menegak karena jemari Svarga sama nikmatnya ketika memanjakannya di bawah sana.Karena pergerakan Zaviya tersebut, Svarga jadi bisa mengecup leher Zaviya, menyesap melibatkan lidah menambah tanda merah di sana.Zaviya tidak menyadarinya, tengah tenggelam dalam kenikmatan yang disungguhkan Svarga.Sampai akhirnya Svarga masuk, Zaviya menarik napas, mat
Hubungan Svarga dengan Zaviya memang memiliki banyak kemajuan terutama soal urusan ranjang tapi karakter Svarga yang cuek, dingin dan ekspresi wajahnya yang sering membuat Zaviya salah paham tidak bisa diubah.Zaviya sedang berusaha menerima karena mau bagaimana lagi—dia sudah menikah dengan Svarga.Meski sesungguhnya Zaviya menginginkan Svarga yang hangat, perhatian, pengertian, romantis seperti Argo.Argo selalu memberi kabar, mengirim pesan singkat atau quick call hanya untuk bertanya Zaviya sedang apa dan di mana.Zaviya jadi merindukan pria itu, atau mungkin sebenarnya Zaviya merindukan diperlakukan layaknya seperti seorang wanita yang dicintai.Hembusan napas terdengar berat keluar dari mulut Zaviya.Dia sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan khusus menjual perabotan dan furniture rumah tangga.Sambil menunggu bangunan restorannya rampung direnovasi dan untuk mengisi waktu luang—Zaviya berbelanja printilan keperluan di restorannya nanti seperti hiasan bunga artifisial, sendo
Svarga tahu kalau Zaviya masih marah, mood Svarga jadi ikut- ikutan buruk.Pria itu yang bayar belanjaan, mendorong troli dan memindahkan barang dari troli ke bagasi sementara itu Zaviya kesal hanya kalimat bercandanya saja.Sungguh keterlaluan.Dia balas menutup bagasi cukup kencang kemudian masuk ke dalam mobil, menyalakan GPS dan mulai mengemudi pulang ke apartemen.Sepanjang jalan tidak ada yang bersuara, Zaviya masih kesal begitu juga Svarga.Hanya karena perkara sepele saja mereka sampai tidak mau bicara satu sama lain.Svarga turun dari dalam mobil setelah memarkirkan mobilnya tanpa menurunkan barang belanjaan yang Zaviya beli, dia berpikir kalau barang-barang itu akan di drop Zaviya di restorannya nanti.Memang benar, barang-barang itu akan Zaviya drop nanti di restoran tapi apa Svarga tidak bisa basa-basi bertanya apakah barang-barang belanjaan tadi mau diturunkan atau tidak?Hati Zaviya jadi panas dan merembet ke kepalanya apalagi saat Svarga meninggalkannya begitu saja tanp
“Selamat datang di rumah, suami.” Zaviya menyambut Svarga pulang dari kantor.Berdiri tidak jauh dari pintu dengan kedua tangan terentang dan senyum lebar yang menambah kecantikannya.Tidak bisa Svarga pungkiri kalau Zaviya memang cantik, apalagi kalau sedang tersenyum.Svarga melangkah pelan mendekat, raut wajahnya datar seperti biasa tapi Zaviya sudah terbiasa.Pria itu berhenti tepat di depan Zaviya sehingga dia bisa memeluknya.Pelukan Zaviya terasa erat sampai Svarga bisa merasakan satu sisi wajah Zaviya menekan dadanya.Kedua tangan Svarga yang penuh membawa jas dan tas tidak bergerak tetap berada di sisi tubuh.Meski sebenarnya dia bisa melakukan effort lebih besar lagi untuk membalas pelukan Zaviya namun Svarga memilih tidak melakukannya karena sedang kecewa karena Zaviya memblokir nomor Gladys.“Aku masak menu baru, kamu cobain ya!” Zaviya yang merasa tidak bersalah apalagi berdosa itu merangkul lengan Svarga menuntunnya ke ruang makan.Mereka sempat berhenti di ruang televi
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be