Archio mendiamkan Wulan semenjak menjemput di Bandara, bahkan tidak sekalipun dia mengajak Wulan untuk makan.Pria itu menyibukkan diri dengan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda karena beberapa hari terakhir dia harus fokus dan mendahulukan pekerjaan di Jakarta.Dengan sering Archio mendengar hembusan napas bosan Wulan yang tengah menonton televisi membuat bibir Archio menyeringai puas.Archio berharap Wulan pulang kembali ke Surabaya malam ini juga jadi dia bisa menyusul Venus ke Bogor.Wulan bangkit dari sofa, dia berinisiatif memesan makanan di resto hotel melalui sambungan telepon dari kamar.“Kamu mau makan enggak?” Wulan bertanya dengan gagang telepon yang menempel di telinga.“Enggak!” Archio menggelengkan kepala tanpa mengalihkan tatap dari layar iPadnya.Wulan merotasi bola mata malas merespon sikap cuek Archio lantas melanjutkan memesan makanan untuk diantar ke kamar.Tidak lama kemudian bel pintu kamar berbunyi, Wulan berlari membukanya dan kembali ke sofa denga
“Hasil dari tes Sabtu kemarin menunjukkan kalau ada tumor di dalam perut Ibu, tapi belum bisa dipastikan tumor ini jinak atau ganas jadi saya sarankan untuk melakukan Gastroscopy dan Biopsi.” Dokter spesialis Onkologi yang mendatangi Wulan ke kamar rawat berujar demikian.“Ya udah, kita lakukan Gastroscopy sama Biopsi aja, Dok.” Tentu Wulan juga ingin tahu sampai sejauh mana penyakit yang bersarang dalam tubuhnya.Dan hari itu juga, sebelum siang harinya Wulan langsung melakukan saran dokter menjalani serangkaian tes.Ternyata bukan hanya dua tes tadi saja, untuk meyakinkan tumor yang ada dalam perut Wulan apakah ganas atau tidak, dia juga melakukan tes Pencintraan Perut dan memeriksa infeksi Helicobacteri.Sendirian Wulan menjalani banyak tes tersebut hingga tubuhnya yang sudah lemas semakin lemas saja.Sekembalinya ke ruangan usai melakukan tes, Wulan iseng mengirim pesan kepada suaminya.Wulan : Aku udah selesai tes, kamu langsung ke sini nanti beres meeting ya?Sudah lama sejak t
Hari berikutnya sesuai rencana, Archio kembali ke Surabaya bersama Wulan.Mereka meminta dokter agar memberikan rujukan ke rumah sakit di Surabaya berdasarkan diagnosa dari hasil tes yang telah Wulan jalani.Meski dalam keadaan lemah, Wulan memaksakan dirinya kembali ke Surabaya menggunakan pesawat dan dari Bandara—Archio langsung membawa Wulan ke rumah sakit.Seharian itu Archio yang memiliki janji dengan seorang klien pun terpaksa harus dia batalkan karena mengurus istrinya di rumah sakit dibantu ibu yang saat itu langsung datang ke sana.Archio melakukan diskusi panjang dengan dokter spesialis yang akan menangani Wulan kemudian mengurus administrasi untuk rawat inap usai diskusi yang menghasilkan keputusan akan dilakukannya operasi pengangkatan sel kanker di dalam perut Wulan.Ponselnya juga tidak berhenti berdering, selalu menempel di telinga Archio yang terus berkoordinasi dengan orang kantornya untuk urusan pekerjaan.Barulah ketika hari sudah beranjak malam, Archio akhirnya bis
Venus yang tengah menangis sambil membersihkan wajah menggunakan miscellar water di depan meja rias seketika menghentikan tangisnya tatkala mendengar suara pintu apartemen dibuka.Dia bangkit kemudian keluar dari kamar untuk memeriksa.Padahal hanya Altezza yang mengetahui passcode pintu apartemennya tapi tetap saja dia mencari tahu siapa yang membuka pintu.Dan benar dugaan Venus, Altezza yang berada di depan pintu baru menutup benda tersebut.“Sayaaang,” panggilnya dengan suara lembut dan tatapan memohon agar Venus bersedia memaafkannya.Tadi sewaktu di restoran, Altezza terpancing emosi karena merasa telah diabaikan oleh Venus selama beberapa minggu terakhir dan terselip juga prasangka kalau tunangannya berselingkuh jadi Altezza tidak bisa mengontrol diri.Venus mengembuskan napas bersama rotasi mata malas lalu memutar badan hendak kembali ke kamar, malas menanggapi pria itu.Dia terlalu lelah untuk berdebat karena pikirannya terkuras oleh Archio.Sebelumnya dia sempat berpikir kal
Usai pergulatan panas pelepas rindu penuh nafsu tadi, Archio dan Venus belum mengenakan kembali pakaiannya malah berbaring saling berpelukan di atas ranjang dibalut selimut.Mereka berdua melamun selama beberapa lama dari saat jantung keduanya masih berdetak sangat kencang usai mendapatkan pelepasan yang luar biasa nikmat hingga sekarang telinga Venus yang menempel di dada polos Archio bisa mendengar kalau detak jantung pria itu sudah normal sama seperti dirinya sekarang.“Wulan divonis kanker perut,” ujar Archio memecah hening.Venus langsung menjauhkan sisi wajahnya dari dada Archio, menarik selimut mengapitnya di ketiak—dia menegakan tubuhnya demi bisa menatap mata indah pria itu.“Kapan? Kok bisa?” Sorot mata Venus menuntut penjelasan.“Jadi waktu hari Sabtu kemarin dia datang ke Jakarta itu, sorenya ngeluh sakit perut terus aku bawa ke rumah sakit … kondisinya tiba-tiba lemah dan dia melakukan serangkaian tes dan dokter memvonis Wulan mengidap kanker perut ….” Archio menjeda, ne
Keesokan harinya Altezza tampak tidak memiliki dosa, dia bangun dari tidurnya yang begitu nyenyak sekali setelah merenggut keperawanan sang tunangan.Pria itu turun dari atas ranjang kemudian melenggang tanpa busana masuk ke dalam kamar mandi.Venus membuka matanya, dia sudah bangun sedari tadi dan mendapati dirinya kesulitan bergerak selain kepala yang pusing dan kedua pipi yang masih terasa perih.Bagian pangkal paha yang paling sakit dan mengingat kejadian tadi malam, air mata Venus kembali mengalir deras.Meski menit telah berlalu cukup lama tapi Venus belum bisa menghentikan laju air matanya.Dia juga belum bisa bergerak ke mana-mana, tubuhnya terasa remuk redam.Sampai akhirnya pintu kamar mandi terbuka memunculkan sosok Altezza yang dibalut handuk di pinggang.Pandangan Altezza yang langsung menjangkau ranjang ketika keluar dari kamar mandi membuatnya bisa melihat Venus yang tengah mengusap air mata.“Sayaaang,” gumam Altezza lembut lantas duduk di tepi ranjang.Venus yang masi
Abah dan Ambu tidak menyadari dengan perubahan sikap putrinya karena terlalu sibuk menyiapkan pesta pernikahan.Hampir satu kecamatan diundang abah karena beliau ada orang terpandang di desa itu.Venus sendiri yang pulang ke Lembang, Bandung—dua hari sebelum acara pernikahan lebih menyukai mengurung diri di kamar.Para bibi dan sepupu yang biasa mengobrol dan dekat dengan Venus sudah merasa perubahan sikap Venus yang menjadi tertutup.Tapi mereka beranggapan kalau mungkin Venus memang ingin menyendiri saja dan sedang menenangkan diri sebelum hari pernikahan yang akan tertulis dalam sejarah hidupnya.Padahal Venus sedang bingung bagaimana harus lari dari pernikahannya dengan Altezza.Keputusan Venus sudah bulat untuk tidak akan pernah dia menikahi pria kasar seperti Altezza meskipun pria itu telah merenggut sesuatu yang berharga dalam dirinya.Venus lebih memilih hidup menanggung beban kalau dirinya sudah tidak perawan dari pada bersama Altezza yang akan memukulinya setiap hari.Tok …
Kebaya putih membalut tubuh Venus begitu sempurna, memetakan lekukan tubuhnya yang sintal ditambah makeup dan mahkota serta rangkaian bunga melati membuat kadar kecantikan Venus naik seratus persen.Namun raut sendu dari ketidakrelaan hatinya untuk menikah dengan Altezza tidak mampu Venus sembunyikan.Beberapa sepupu perempuan yang akan menjadi bridesmaid menangkap kesan negatif tersebut dari Venus karena mereka melakukan makeup pagi itu di kamar Venus.Diana yang datang tadi malam sudah mendapat banyak informasi dari Venus tentang kekejaman Altezza sehingga tidak aneh melihat ekspresi Venus saat ini.Bahkan tadi malam Venus meminta Diana untuk membantunya kabur tapi tidak mungkin Diana mengabulkan keinginan Venus setelah melihat persiapan pernikahan yang semegah ini.Karena kemarin itu, awalnya Altezza datang ke venue untuk melihat proses akhir dari persiapan pernikahannya dan kebetulan bertemu Venus yang entah kenapa membuat hasratnya terpicu.Altezza ijin kepada abah untuk membawa
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be