Share

Empat

Penulis: diara_di
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-13 18:26:09

Nada ketus Verry sontak membuat Fiani bingung.

“Loh? Itu masih hak kita, Mas! Dealer itu direbut lho, kalo kamu lupa. Kamu terlalu polos apa terlalu baik sih, Mas? Makanya Arsa gampang banget ngambil punya kita," ucap Fiani sembari berpikir, "Ah, iya, cewek tadi bukannya Tina, ya? Sekarang aku percaya, Mas. Berarti beneran Arsa bermuka dua, di depan dia baik, di belakang dia menusukku. Dia pasti kerja sama dengan Tina ya, Mas! Pokoknya, aku nggak terima, Mas.”

“Ya begitu temanmu, Dek. Mas aja yang selalu nutupin keburukannya. Kamu terlalu percaya sama dia. Sekarang nggak usah mikirin itu lagi. Rejeki yang hilang pasti ada gantinya. Kamu fokus kerja.” Verry berhenti di depan rumah berlantai tiga.

Setelah menempuh perjalanan empat puluh lima menit, mereka sampai di kediaman Beny.

Lelaki berkulit putih dengan mata sipit, langsung menyambut kedatangan Verry dengan ramah. “Ini istrimu, Ver?”

“Iya, Ben. Jadwal terbang jam berapa?”

“Malam, Ver. Ini nanti langsung berangkat ke Jakarta dulu. Masuk dulu yuk.”

“Nggak usah, aku langsung pulang aja. Kasian anakku di rumah.”

Beny manggut-manggut. “Ya sudah, cipika-cipiki dulu gih sama istri. Aku tinggal ke dalam dulu, ya. Nanti langsung masuk ya, Fi.” Beny meninggalkan pasangan tersebut.

Sepeninggal Beny, Verry mencium kening Fiani. “Jaga diri baik-baik ya, Dek. Kerja yang bener. Kalo udah gajian jangan lupa kirim. Jangan macam-macam di sana.”

“Tunggu sampe aku berangkat ya, Mas.”

“Mau ngapain? Kayak pengantin baru aja, Dek. Mas mau pulang sekarang aja.”

“Bagus kan Mas kalo kayak pengantin baru terus, artinya kita nggak bosen. Tapi ya udahlah, nggak papa kalo Mas mau langsung pulang. Titip Reni ya, Mas. Nanti kalo Mas pengen itu, tahan ya, inget, jangan merusak rumah tangga kita. Berjuang sama-sama, Mas.” Fiani malu-malu saat mengatakannya. Dia takut Verry tak bisa menahan keinginan bercinta selama tiga tahun.

“Bosen itu wajar lho, Dek, apalagi kalo si istri nggak sempit lagi. Banyak yang gitu, tapi kan Mas nggak nakal. Nanti kamu pergi tiga tahun, pas pulang pasti rapet lagi. Nah, Mas tunggu pas itu aja, ya. Hehe.” Verry cengar-cengir.

“Itu lagi yang dibahas? Ya udah, sana pulang.” Fiani berbalik meninggalkan Verry dengan hati kesal.

“Hati-hati di jalan, Dek.” Setelah mengucap kalimat perpisahan singkat, Verry pun langsung menyalakan mesin motor dan berlalu tanpa meminta maaf ataupun meralat ucapannya yang sudah melukai hati Fiani.

***

Pukul delapan malam, Fiani sudah duduk di dalam pesawat. Menunggu burung besi tersebut lepas landas dan meninggalkan Negara Indonesia.

Usai berdoa, Fiani mencoba memejamkan mata karena dia sedikit merasakan kantuk. Namun, pikirannya justru melayang ke momen-momen di mana Verry menyebut dirinya tak sempit dan tak legit lagi.

'Mas Verry memang agak berubah satu bulan terakhir. Jangan-jangan ... ah, nggak-nggak, aku nggak boleh mikirin hal buruk. Semoga Allah jaga rumah tanggaku dengan Mas Verry.' Fiani berperang dengan batinnya sendiri.

Wanita itu kemudian memejamkan mata hingga mimpi indah menyambutnya.

Melihat kepergian Fiana, Verry bersiul tanpa henti.

Bahagia menyelimuti hati kala sang istri sudah pergi jauh untuk berjuang demi kelangsungan hidup keluarga kecilnya.

Sedikit cerita, awal mula Verry mengenal Fiani kala gadis itu pulang dari TKI.

Saat itu, Fiani mencari rumah kontrakan di sekitar tempat tinggal Verry. Dari sana Verry tahu bahwa Fiani gadis sebatang kara, kebingungan tak punya siapa untuk diajak berkeluh kesah.

Melihat kesempatan, Verry masuk untuk mengisi kehidupan gadis kesepian itu. Dia mengenal Fiani hanya sekitar dua bulan, lalu menikah. Tentu yang dilirik pertama kali adalah harta yang Fiani bawa dari luar negeri. Verry juga tahu bahwa Fiani butuh seseorang dalam hidupnya.

Sengaja dia masuk kehidupan Fiani. Meski hidup Verry tak bermandikan uang, tetapi tarafnya jelas naik. Bisa dikatakan mapan setelah menikahi Fiani. Sandang, pangan, bahkan papan, nyaris semua adalah hasil jerih payah Fiani.

Tak munafik, Verry menikmati pernikahan dengan Fiani. Dia juga memiliki ketertarikan pada istrinya itu.

Fiani gadis yang mempunyai rupa hampir sempurna. Kulit kuning bersih, hidung mancung, manis, dan kalem. Namun, sejak kelahiran Reni, Verry mulai sering bermain dengan wanita lain. Dengan alasan egois dia bilang tak bergairah lagi. Menurut pandangan Verry, fisik Fiani sudah berubah 90 persen pasca melahirkan.

“Sekarang aku bebas main sama Jeni. Hemm, nikmatnya hidupku.” Verry menyeringai, lalu membelokkan motor ke rumah berukuran 6x6.

Seorang wanita cantik membuka pintu sebelum Verry mengetuk. Wanita berkulit kuning Langsat, dan hidung mungil itu, menyambut suami Fiani dengan pakaian minim bahan.

“Sudah, Mas? Aku kangen banget tau?” ujar wanita tersebut, dia bergelayut manja di pelukan Verry.

“Sudah, sayangku. Sekarang kita bebas. Semua berkat ide brilian kamu, Sayang.” Verry mengecup bibir Jeni dan menggendong wanita itu ke dalam.

Mereka menghabiskan waktu bermanja-manja hingga malam hari. Pukul delapan malam, keduanya baru saja selesai mandi. Verry mengajak Jeni jalan-jalan ke luar untuk mencari makanan.

“Aku lapar, Mas. Capek banget nemenin kamu yang nggak bosen-bosen.” Jeni menuang minum ke gelas.

“Kita cari makan keluar yuk. Kamu pake topi sama masker gih, biar nggak ada yang kenal.”

“Gitu doang?” protes Jeni.

“Sayangku ini, cantik banget sih kalo lagi cemberut. Makanya Mas betah banget sama kamu. Nggak ada cerita bosen. Di rumah, Mas juga jarang ngobrol sama Fia. Dia jauh banget kalo dibandingin kamu, Sayang. Kamu lebih segala-galanya.” Verry menciumi wajah Jeni.

“Iih, gombal.”

“Kalo cuma gombal, Mas nggak mungkin sejauh ini, Sayang. Mas serius sama kamu. Makanya tinggalin tunanganmu itu!” ucap Verry agak ketus, lalu melepas pelukan.

“Mas aja punya Mbak Fia, kenapa aku harus tinggalin dia? Aku butuh dia, Mas, tapi nggak bisa juga ninggalin Mas, terlalu cinta.”

“Ya udah, nggak usah mikirin itu. Kita senang-senang aja malam ini. Jangan lupa transfer setengahnya ke rekening Mas, ya?”

“Nah gitu dong Mas, aku butuh hiburan. Capek ngadepin dia yang nggak seru, nggak asik. Masa aku cium pipinya aja nggak mau, katanya nunggu kalo udah nikah. Ketemu juga jarang-jarang, apalagi sekarang tambah jauh. Ah, untung aja ada Mas.”

Mereka memakai masker penutup wajah dan jaket, lalu mengendarai motor berkeliling kecamatan Rancah. Rencana yang awalnya hanya mencari makan, kini berubah. Verry berinisiatif mengajak Jeni ke Pantai Tanjung Putus yang bisa ditempuh dalam waktu dua jam. Bagai gayung bersambut, Jeni menyetujui ide konyol Verry.

Pukul sebelas malam, mereka akhirnya sampai di pantai yang sepi penghuni. Namanya malam hari dan bukan hari besar, jelaslah pantai terkesan horor. Namun, beda bagi mereka.

Usai menitipkan motor di salah satu kedai, Verry dan Jeni berjalan menyusuri pantai sembari bergandeng tangan. Romantisnya melebihi pasangan halal. Kesenangan dunia membikin keduanya lupa diri dan menganggap hubungan itu sah. Tanpa memikirkan dosa, karma, juga hati yang sudah terluka karena perselingkuhan tersebut.

“Inget kan, Mas, pertama kali kita ketemu enam bulan lalu?” Jeni bertanya. Dengan bangga dia bergelayut di lengan Verry. Seolah lelaki bertato itu adalah miliknya. Mereka menaruh tas beserta jaket di gazebo, lalu berjalan lagi.

“Mas lupa, ingetnya cuma kejadian manis sebulan lalu. Persis kayak malam ini. Nggak terlalu banyak bintang, bulannya juga bulan sabit. Dalam remang-remang sorotan lampu kedai yang di sana, kita main ombak jam 12 malam. Nah, setelah kelamaan main, kamu kedinginan, terus ... terpaksa Mas menyelamatkan kamu dari hipotermia dengan cara itu.” Wajah bahagia Verry tak begitu terlihat nyata oleh Jeni karena minimnya penerangan.

“Ish, itu sih alibi Mas aja.”

“Ya Mas kan kasihan liat kamu menggigil, Sayang. Terpaksa Mas lakukan itu. Yuk.” Verry tak melanjutkan cerita, malah menarik tangan Jeni, membawa ke dalam gulungan ombak yang tidak terlalu tinggi.

Seakan ingin mengulang kejadian sebulan lalu, Verry sengaja mengajak Jeni bermain air. Padahal dia tahu kalau wanita itu gampang sekali kedinginan. Namun, bukannya menolak, Jeni justru seperti punya keinginan sama. Dia menikmati air laut malam yang sangat dingin, tanpa pusing dengan dirinya yang mudah hipotermia.

“Mas? Udah yuk, dingin banget. Rasanya tulangku kayak beku,” kata Jeni dengan bibir bergetar.

“Baru sebentar, Sayang, masa udahan? Nggak seru.”

“Lihat, badanku sudah menggigil. Aku nggak bisa jalan lagi karena tulangku rasanya kaku. Gendong aku ya, Mas.”

Namanya kucing dilempari ikan, sudah pasti mereka tangkap dan kuliti tanpa sisa.

Mereka menghabiskan malam panjang di tepi pantai. Pukul tiga dini hari, Verry meninggalkan Jeni untuk membeli sepotong pakaian di kedai yang buka 24 jam.

“Kamu pake ini, Sayang.” Verry menyerahkan mini dress untuk Jeni.

“Makasih, Mas.” Jeni langsung memakainya, lalu dia merogoh tas dan menghidupkan ponsel yang sejak sore dimatikan.

“Ngapain dihidupin?”

“Takut Isha nyariin, Mas.”

“Kamu itu lagi sama aku lho, Yang, ngapain mikirin dia? Oke, aku nggak masalah kamu masih pertahankan hubungan sama dia, tapi ... kalo lagi sama aku, jangan sekali-kali kamu sebut namanya.” Verry melempar pakaian basah ke arah Jeni, untunglah Jeni berhasil menghindar.

“Mas, maksudku bukan yang gimana-gimana. Aku cuma mau kasih kabar ke dia.” Jeni mengejar Verry yang pergi meninggalkannya.

“Terserah kamu aja. Sana pergi ke tunanganmu itu.” Verry menepis tangan Jeni.

“Mas, maafin aku. Aku ngaku salah dan nggak akan ngulangin lagi. Aku lebih cinta kamu Mas daripada Isha. Jangan tinggalin aku, Mas!” Jeni berlari sambil menangis, mengejar Verry yang berlari menjauh dan mengambil kendaraan.

Jeni menelepon Verry beberapa kali sampai akhirnya panggilan itu tersambung.

“Mas, aku takut di sini sendiri. Maafin aku, Mas. Jangan marah, ya.”

“Kalo masih nyebut nama dia di depan Mas, nggak cuma Mas tinggal di sini kamu, tapi juga Mas tinggal cari yang lain!” Verry menyeringai, lalu memasukkan ponsel ke saku celana.

Verry geleng-geleng lalu mengendarai motor untuk menjemput Jeni.

“Ah, emang susah kalo punya wajah tampan dan perkasa kayak aku. Cewek-cewek nempel semua nggak mau ditinggal. Ha-ha-ha.” 

diara_di

Ya, ampun! Udah nyebelin, ternyata Verry percaya diri banget lagi! Kira-kira, Fiani curiga gak dengan kelakuan suaminya ini?

| Sukai

Bab terkait

  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   Lima

    Di rumahnya, Reni tak tidur semalaman. Bocah kecil itu hanya menangis mencari ibunya. Baru sehari mengurus Reni, Darmi sudah uring-uringan. Bahkan, Reni dibiarkan sendiri. “Pak, kamu gantian urusin cucumu itu. Capek aku gendong semalaman. Awas aja kalo anakmu nggak bisa bayar mahal. Ogah aku ngurus anak Fia lagi.”“Sudah, urus aja Buk. Aku habis menang togel. Ini buat kamu 500, nanti kalo Verry pulang kamu pergilah senang-senang.”“Mana cukup 500? Lihat, lingkar mataku hitam karena ngurus bocah itu. Ini sih cuma cukup buat ke salon.”Ketika dua orang paruh baya itu sedang meributkan uang, Verry dengan pongahnya pulang. Tepat pukul lima pagi saat orang-orang sedang mendirikan Salat Subuh.“Apa sih, Pak, Buk, pagi-pagi udah rebutan duit?” ucap Verry sambil melepas jaket.“Kamu dari mana aja, Ver? Ibu capek ngurusin anakmu yang rewel dan nyusahin itu.”“Ibumu minta bayar Ver, kasihlah dia duit. Biar dia gantian yang senang-senang, kamu kan sudah puas seharian nggak pulang.”“Emang kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-13
  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   Enam

    “Diam! Bisa diam nggak, sih? Anak nakal, diam nggak? Kalo nggak diam Tante cubit lagi. Mau?” Jeni menarik tangan mungil Reni ke kamar mandi.Reni meredamkan suara cemprengnya. Bocah itu sesenggukan karena tangisnya membikin kulit-kulitnya membiru. Namun, bocah itu pandai juga meski akalnya belum sempurna. Dia selalu mengangguk kala Jeni mengomel, dan ... ketika Jeni lengah, dia berlari keluar rumah tanpa pakaian.“Ante atan ... hu-hu-hu, Ante atan! Nek ... Ante atan!” Reni terus meraung sambil mengatakan kalimat balita. Tidak semua orang mengerti makna kalimat tersebut, tetapi setidaknya banyak orang peduli.Kebetulan pagi itu banyak ibu rumpi sedang jajan sayuran di warung depan rumah Verry. Otomatis semua orang berlari mengejar Reni. Meski tujuan Reni tidak terlalu jauh, tetapi bagi balita sekecil itu sangat berisiko kala berlarian sendiri di jalanan ramai.“Ya Allah ... Reni ... Nak! Eh, kenapa Reni nggak pake baju?” tanya seorang ibu muda saat berhasil menangkap Reni.“Enek ... An

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   Tujuh

    “Bagaimana para saksi? Sah?”“Sah!”Ijab kabul itu dinyatakan sah secara agama usai Verry menjabat tangan tokoh agama di desanya. Jeni menangisi nasibnya. Dia bingung harus bahagia atau bersedih.Ada senang, tetapi lebih banyak ketar-ketirnya. Jeni memang menginginkan sebuah pernikahan. Namun, bukan diawali pernikahan tersembunyi seperti yang tengah diadakan di rumah Verry dan Fiani.“Makanya jangan kumpul kebo kalau nggak mau dipermalukan! Masih untung kami nggak memaksamu mendatangkan keluarga ke sini, kalau iya ... uh, apa nggak tambah runyam hidup kamu,” ucap Bu Ruminah dengan nada sinis.“Dasar perempuan gatal,” sahut Bu Nindi.Selesai menikahkan Verry, warga pulang berjamaah. Pernikahan siri itu tidak dihadiri oleh orang tua Verry. Darmi dan Tono menganggap kelakuan Verry hal lumrah. Mereka juga enggan direpotkan dengan urusan menjadi saksi atau apalah.Verry meremas kertas pernyataan pernikahan siri tersebut. Lalu melemparnya ke wajah Jeni. “Pagi-pagi ... sudah bikin ulah! Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   Rayuan Setan

    "Ya Allah ... " Tangannya gemetar, dia menekan tombol telepon.Seseorang di seberang langsung mengadukan kejadian menyedihkan. “Fi ... ini lho, Reni jalan sendiri sampai perempatan dusun 5. Untung saja tetanggaku ada yang sedikit ingat kalau Reni ini ponakanku. Coba kamu telepon Verry, tadi aku antar ke sana, tapi rumah kosong, tempat Buklek Darmi juga tutup.”“Ya Allah, Mbak ... Reni sampai dusun 5? Astagfirullah. Fia juga sudah empat hari menghubungi Mas Verry, tapi belum dibalas, telepon nggak diangkat. Tolong jaga Reni dulu ya, Mbak, Fia coba telepon Mas Verry dulu. Terima kasih banyak ya, Mbak. Sekali lagi terima kasih.”“Jangan seperti itu, Fi, kita ini saudara. Ya sudah kamu telepon ... eh, sebentar ... sudah, Fi. Itu, Verry datang.”Marah, sedih, murka, semua bercampur aduk seperti air bergejolak dalam kemasan samudera. Namun, ledakan amarah harus ditahan dalam-dalam oleh Fiani, karena waktu istirahatnya tidak akan cukup jika digunakan untuk mengomel pada Verry.Usai menyudahi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   Surprise

    Seminggu berlalu dari kejadian Reni pergi sendiri dari rumah. Sudah tanggal delapan, tetapi Fiani menahan diri untuk tidak buru-buru mengirim uang bulanan. Dia berusaha kuat, dan terus berdoa pada Sang Kuasa agar Reni selalu dilindungi.Saat itu Fiani marah besar pada Verry, tetapi lelaki itu justru malah menantang Fiani untuk tidak menafkahi sang anak.“Ya Allah ... maafkan aku, semoga Mas Verry nggak menelantarkan Reni. Orang tua kayak Ibu sama Bapak memang agak ngeri. Pasti Mas Verry selalu dibujuk untuk foya-foya pakai uang kirimanku. Hufh, astagfirullah ... mau bagaimanapun mereka tetap mertuaku. Sabar, Fi ... sabar.” Fiani menenangkan dirinya sendiri.Dia sedang mengetikkan pesan untuk dikirim ke Verry. Ingin sekali mengalah, tetapi tampak sangat lemah jika Fiani terus-terusan mengalah. Dia cuma mau bertanya keadaan Reni, bukan menyinggung perihal uang. Bersikap masa bodo pada suami adalah hal menyakitkan bagi Fiani.Ting! Satu balasan masuk.[Pakai skype-mu sekarang. Lihat anak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   10. KEBERUNTUNGAN

    Fiani masih menatap laptop di depannya, dia mulai khawatir dengan sang mertua yang kerap mengganggu rumah tangganya. Dia juga kasihan pada Verry, harus menggantikan perannya mengurus Reni. Di saat seperti itu, ingin sekali dia punya kantong ajaib, dan pulang ke Indonesia dalam kedipan mata.Air matanya menetes lagi ketika bayangan Reni begitu lahap makan mi instan. Bocah itu tampak seperti anak kurang makan.“Ya Allah, amit-amit. Jangan sampe Reni kekurangan, apalagi kurang makan,” gumam Fiani. Dia langsung menyambar ponsel, lalu mengirim uang melalui SMS ke rekening Verry. Alhamdulillah, sudah dari seminggu lalu Fiani memutasi uangnya ke tabungan Indonesia.Ketika hendak menutup laptop, Fiani malah ingat Arsa. Walaupun mengantuk, dia tetap berkutat di sana. Dia membuka tautan Yahoo untuk berkirim surat elektronik ke Arsa. Tidak ada lagi cara lain, harapannya Arsa sedang bekerja, dan bisa cepat membalas emailnya. Bak pelangi setelah hujan, Fiani masih punya harapan, email ke Arsa terk

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   11. MEMANCING

    Sejak dituding sebagai pelaku kecurangan, Arsa mulai mawas diri. Sibuk membikin dia banyak kehilangan informasi. Semua dilakukan demi meraup rupiah agar bisa menikahi Tina. Namun, dari pertemuannya seminggu lalu, Arsa agak ragu.Dia sudah berjanji pada Fiani akan mengumpulkan bukti-bukti dalam kasus itu. Arsa akan kesampingkan persiapan pernikahannya dulu. Sasaran utama adalah Verry, suami dari Fiani. Bisa-bisanya Arsa yang tidak tahu apa-apa menjadi kambing hitam.Hari itu, Arsa sengaja bekerja setengah hari, lalu dia bertukar mobil dengan Bob Ali sepupunya. Arsa menceritakan detail masalah penggelapan itu. Aura tampan di wajahnya berubah suram, rasa tidak terima difitnah melukai hatinya. Padahal Arsa tengah berusaha berpikir positif pada suami Fiani. Kenyataannya, Verry tetap menjadi Verry. Arsa tahu bagaimana orang-orang menjuluki Verry dengan versi mereka masing-masing.“Wah, ini sudah masuk kasus penggelapan, Ar. Kita harus melaporkan ke polisi. Aku bisa bantu kamu untuk urus sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   12. KOBRA

    Di luar dugaan, Arsa melihat fakta yang jauh dari praduganya. Matanya memerah menahan gelombang panas. Darahnya seakan mendidih mendapati dua manusia bertopeng. Perut Arsa tiba-tiba mual melihat wajah perempuan itu.Entah sudah berapa kali dia meninju setir mobil, sampai ingat kalau dia bukan pemilik kendaraan tersebut.“Et ... et ... eh, untung aja nggak copot ini setirnya. Kalo rusak bisa berabe. Rugi banyak Akang, Dek.” Arsa mengelus dada. Rupanya dia lebih takut kalau mobil Ali sampai lecet, daripada kehilangan perempuan murahan itu.Arsa menekan tombol telepon, tetapi cepat dia matikan lagi. Dia menahan dulu keinginan memberi kabar Fiani. Gegabah akan membikin dirinya rendah.Menuduh tanpa bukti tentu cuma akan menjadi omong kosong saja. Arsa menghindari hal seperti itu. Dia ingin kepercayaan Fiani kembali untuknya. Jadi, sebisa mungkin dia harus memiliki bukti-bukti akurat.Arsa memutar otak lagi, apakah saksi akan cukup menyelamatkan dia dari fitnah? Akhirnya dia menelepon Ali

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-28

Bab terbaru

  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   55. MURAHAN

    Reni dibawa kabur oleh seorang perempuan. Fiani panik, dia teriak kencang sambil tangannya merogoh dompet dan menarik selembar uang, kemudian memberikannya ke Mang Es Krim. Ponsel dia masukkan saku celana, lalu berlari mengejar anaknya."Al ... Ali, Reni ... !" Fiani mengguncang lengan Ali, tangan kirinya menunjuk ke arah jalan raya. Lama direspn, Fiani berpaling. Rasanya tidak ada guna mengharap pertolongan Ali. Reni adalah anaknya, dia harus berusaha sendiri untuk dirinya."Tunggu." Fiani ditahan oleh Ali."Aku nggak punya waktu.""Tunggu dulu, ada apa sebenarnya?" Ali bertanya seolah dia tidak melihat kepanikan perempuan di depannya."Reni dibawa seseorang dan kamu malah bertanya ada apa?" Fiani geleng-geleng, dia menghempas tangan Ali yang mencengkeram pergelangannya.Akan tetapi, Ali kembali menangkap pergelangan tangan Fiani dan berkata, "Tenang, bisa jadi kamu salah lihat.""Kamu gila!" Fiani menginjak kaki Ali, dan mendorong tubuh pria tersebut cukup keras. Namun, usahanya ter

  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   54. KABUR

    Satu bulan bukanlah waktu yang panjang untuk seseorang menunggu dengan keresahan. Sejak Ali melamarnya, dia enggan melihat detik jam berputar, begitu juga untuk melihat matahari di luar, Fiani malas."Ibu ... ayo beli jajan, Eni mau jajan, Bu." Reni menggoyang tangan Fiani yang sedang diam menatap televisi. Siang itu dia merasa bosan, dan mencoba menyalakan televisi. Namun, ternyata saluran pertama yang tayang adalah berita. Pembawa acara menyebutkan hari dan tanggal saat itu. Fiani kaget, dia sejenak diam dan menghitung berapa lama dia mengurung diri di rumah itu. Hingga suara rengekan Reni menyadarkan keegoisan dan nyalinya yang ciut. Harusnya dia berpikir bagaimana cara keluar dari tempat mengerikan tersebut, bukan malah meratapi hal yang baru direncanakan.Bukankah Tuhan penentu segala kejadian? Apakah imannya mulai lemah dengan berbagai ujian yang Tuhan berikan? Fiani terus berpikir, tidak sepantasnya dia menyerah dengan keadaan. Apa gunanya Tuhan memberi akal jika didiamkan."Bu

  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   53. MERINTIH

    “Jaw ... .”“Tidak bisa!”Ali berdiri, meninggalkan Fiani.Fiani berlari, mengejar Ali yang melangkah lebar menuju lantai atas. Perempuan itu menarik tangan Ali. “Nggak bisa gimana? Kamu itu yang nggak bisa menghalangi orang mengambil keputusan! Aku mau tinggal berdua sama Reni, tanpa bayang-bayangmu lagi.”“Kita akan menikah.”“Menikah adalah hal besar, nggak bisa kamu asal ngomong, terus semua tercapai. Menikah itu kesepakatan, Li. Aku nggak akan pernah mau me ... ni ... kah, sama kamu!” Emosi Fiani mulai meledak-ledak.Fiani yakin kebaikan Ali memang tidak beres. Sekarang dia tertahan di sana, dengan orang yang sulit dipahami.“Masih ada waktu, satu bulan. Jadi belajarlah menerima semua ini. Kita akan menikah bulan depan.”Plak ... !Kesabaran Fiani habis, dia paling benci pria mempermainkan pernikahan. Kegagalannya di pernikahan terdahulu, bikin Fiani mawas diri. Tidak terbersit sedikit pun bahwa dia akan dinikahi oleh Ali.Tamparan di pipi Ali, membikin pria itu tersenyum. Detik

  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   52. CALON ISTRI

    Pagi-pagi sekali, Fiani bangun dari tidur nyamannya. Itu adalah hari pertama menjalani kerja di tempat baru dengan orang lama. Masih bersama Ali, pria kaku dengan segudang rahasia. Itu hanya pandangan Fiani.Sebelum beraktivitas, Fiani berjalan ke ruang tamu – menyibak sedikit vitrase yang menutup jendela kaca. Menatap bangunan berlantai tiga di depan rumah kecil yang dia tinggali sekarang. Rumah mungil dengan ruang tamu ukuran 3x3, kamar + kamar mandi 6x6, dan dapur 3x4. Sangat nyaman bagi Fiani. Rumah itu memang diperuntukkan bagi asisten Ali.Cukup takjub dengan pencapaian Ali saat itu. Di usia muda, Ali sudah bisa membangun usaha sendiri. Namun, kadang terbersit rasa penasaran akan usaha-usaha milik Ali. Tentunya selain bergelut di hukum, Fiani yakin, Ali punya banyak bisnis mengular lainnya. Rasanya jika dipikir, kalau hanya dari satu sumber, tidak masuk akal Ali bisa sekaya itu.“Astaga, apa-apaan sih aku ini. Pagi-pagi udah ngurusin harta orang.” Fiani menutup vitrase. Dia masu

  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   51. BAIK-BAIK SAJA

    Hubungan yang telah terjalin lama, mendadak harus rusak gara-gara satu pihak menganggap pihak lain sepele. Suatu hubungan tidak akan awet ketika komitmen yang terjalin diabaikan.Komitmen? Fiani mengusap air mata, dia terlalu pusing memikirkan kesalahan fatalnya. Persahabatan yang terjalin dengan Arsa murni tanpa syarat. Bahkan sejauh itu, dia bingung dengan letak kesalahannya. Tamparan kemarin, Fiani rasa sangat pelan. Malah seingatnya dia pernah menampar Arsa lebih kuat.Di dalam mobil, Fiani terus berpikir keras. Sampai dia tidak menyadari mobil yang dikendarai oleh Ali berhenti di sebuah rumah makan.Fiani mendongak, dia agak terkejut ketika seseorang memberikan sapu tangan.“Bersihkan air matamu, setelah itu kita makan dulu.”“Aku nggak laper.”Ali memutar tubuh, dia menghadap Fiani yang tengah membersihkan wajahnya. “Saya tahu, tapi pikirkan kesehatanmu. Katanya mau merawat Reni sendiri.”Fiani semakin terisak. Mendengar nama Reni, dia ingat kebaikan Mama Lina, artinya semua ber

  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   50. LULUH LAGI

    Ali menahan tangan Fiani, dia tidak membiarkan Fiani pergi bersama Arsa. Namun, Arsa murka. Pria berkulit kuning langsat tersebut, khawatir pada nasib Fiani jika harus kembali ke rumah yang berdekatan dengan rumah Verry, mantan suaminya.Sekalipun hanya semalam, Arsa tetap tidak rela. Dia tahu bagaimana Verry. Tabiat Verry sudah dihafal oleh Arsa. Pun dengan Fiani. Terlebih posisi Ali memang bukan siapa-siapa. Masalah hutang Budi, atau Fiani masih memiliki sangkutan dan tanggungan pembayaran jasa pengacara terhadap Ali, dia siap melunasi semua. Asal jangan berbuat semena-mena pada Fiani. Kalau dia bisa menjamin keselamatan Fiani sih, Arsa akan tenang. Namun, kenyataannya Fiani terancam celaka gara-gara Ali.Arsa berbalik, maju dua langkah. Matanya menatap Ali tanpa berkedip beberapa detik. Kemudian, dia mendorong bahunya, sampai Ali terhuyung hampir jatuh. Arsa melangkah lagi, dia mengangkat kepalan tangan, mengayunnya ke udara hendak dihempaskan ke wajah Ali. Akan tetapi, sebelum tin

  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   49. DRAMA ILUSI

    Bau minyak angin menyeruak di hidung pria berkulit sawo matang tersebut. Aromanya sungguh mengganggu, rasanya sampai di tenggorokan. Memaksa dia untuk membuka matanya.Rupanya cahaya bohlam warna putih, dengan watt besar – mengganggu pandangan. Arsa membuka kelopak mata lamban. Cuma dua detik, dia memejam lagi. Bukan hanya silau, tetapi dia ingat kejadian nahas ketika Verry menghujani dia dengan beragam tinjuan. Dia takut, lampu terang benderang yang baru saja dilihat adalah cahaya surga.“Sa ... bangun!” Fiani menepuk pipi Arsa.Suara Fiani terdengar jelas di telinga Arsa. Namun, pria itu takut semua hanya khayalan.‘Andai aku bisa menghindar, pasti kuhindari. Tapi setiap kematian akan dihadapkan dengan malaikat. Mau nggak mau aku harus menerima kenyataan ini. Ya Allah, ampuni aku.’ Arsa membatin.Kemudian dia berkata pelan. “Kenapa suara Fia yang selalu aku dengar Ya Allah.”“Kamu ngomong, Sa? Astagfirullah, buka matamu, Sa. Terus kamu mau denger suara siapa? Cuma aku sama Ali di si

  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   48. TERKAPAR

    Sret ... !Plak!Tangan kekar yang dulu pernah menyentuh pipi Fiani lembut, tiba-tiba mencengkeram tangannya kasar. Perempuan berkaus putih itu terkejut bukan main. Bagaimana bisa? Beragam tanya menyelundup ke kepala, sebelum curiga, dan prasangka buruk datang.“Tunggu.”Telinga Fiani mendengar suara Ali. Namun, kesadaran dirinya seakan terbelenggu, sampai dia tidak bisa berkata-kata lagi. Verry terus menarik Fiani menjauhi rumah Ali.Bugh!Cekalan Verry terlepas setelah Ali melayangkan tinju ke bahu pria berambut gondrong tersebut. Di situlah, Fiani seolah tersadar bahwa dia sedang berada di dunia nyata.“Bajingan! Diam atau tubuhmu hancur di tanganku.” Verry menatap Ali tajam. Wajahnya berubah lebih dari 50%. Wajah yang dulu bersih, sekarang dipenuhi jambang. Padahal jika dihitung, Fiani baru berapa bulan tidak bertemu dengan Verry. Kulit bersihnya sirna, berganti jadi kusam. Tubuh proporsional Verry juga lenyap. Tampak perutnya mengembang nyata di balik kaus biru tua.“Pergi dari s

  • Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI   47. MALU

    Rumah sederhana tanpa teras. Bangunan tahun 85’an. Kurang lebih sudah dua puluh tahun berdiri. Namun, masih tampak cantik dengan paduan cat warna biru muda dan putih. Fiani menyisir pandangan ke semua arah. Rumah yang sama ketika dirinya dibawa ke sana beberapa bulan lalu, tetapi catnya sudah berubah.Ada segumpal nyeri ketika mengingat kejadiannya. Tubuhnya mulai mengeluarkan keringat berlebih. Fiani coba menarik napas berkali-kali, mencari ketenangan.“Eh.” Dia terkejut dengan tangan yang tiba-tiba menggenggam, dan menariknya.Rupanya Ali. Fiani terenyak seketika. Rasa takut masih membelenggu jiwa rapuhnya. Sekalipun Reni sudah berada di tempat aman. Mama Lina begitu bahagia saat Reni dibawa ke sana, bahkan tidak boleh diajak Fiani pergi. Fiani bersyukur mempunyai orang-orang baik di sekitarnya.“Loh, Fi ... !”Kaki Fiani terhenti di depan pintu. Kepalanya menoleh, tubuhnya kemudian berbalik. Seutas senyum dia lempar dengan berat hati pada seseorang di tepi jalan. Wanita paruh baya

DMCA.com Protection Status