Home / Romansa / Dipaksa Putus Karena Perjodohan / Bab 11. Tikaman di Hati Ada.

Share

Bab 11. Tikaman di Hati Ada.

Author: Menook We
last update Last Updated: 2021-09-20 08:01:06

Langit mulai menggelap, tanpa sinar rembulan maupun sang bintang, karena awan mendung yang bergelayut menutupi keindahan malam di atas hotel bintang lima tempat resepsi pernikahan Satria dan juga Alira di langsungkan.

Di meriahkan alunan musik dan juga lagu yang terdengar merdu, dari suara penyanyi penghibur yang sedang berdiri dan bergoyang santai di atas panggung di samping pelaminan.

Terlihat Alira, begitu cantik dan anggunnya, mengenakan gaun pengantin modern berwarna putih, di penuhi dengan hiasan payet bernuansa silver berdiri tegak di atas pelaminan.

Berdampingan dengan Satria, di temani oleh kedua orang tua dan juga Papa mertuanya yang duduk bersanding di samping kanan dan kiri kursinya.

"Terimakasih Om," jawab Satria, terlihat begitu tampan dengan setelan jas putihnya, senada dengan gaun elegan yang dipakai istrinya mengulaskan senyum tipis di bibirnya.

Beradu pandang dengan salah satu klien perusahaannya, sahabat dari papanya sendiri memberi selamat.

"Selamat ya...," ucap tamu yang lainnya, kembali memberi selamat sebelum pergi dan berganti dengan tamu undangan yang lainnya.

Berjabat tangan dengan Alira dan juga Satria bergantian.

"Terimakasih," jawab Alira, berusaha mengulaskan senyum tipisnya, di atas luka hatinya menjawab ucapan tamu undangan pernikahannya.

Kembali mengulaskan senyum palsunya terus saja menerima jabatan tangan semua tamu bergantian sesuai dengan antrian.

Sebelum menghela nafasnya pelan, merasa lelah dengan tamu undangan yang tak pernah habis setelah lima belas menit berdiri.

"Minum dulu kalau lelah," lirih Satria dengan wajah datarnya menyadari kelelahan istri yang tak ada di hatinya.

Tak membuat Alira bersuara, hanya menatapnya sekilas sebelum menjabat kembali tangan tamu yang lainnya.

Sementara itu di depan hotel, terlihat Adam dan juga Anton, baru turun dari mobil Adam yang terparkir.

Saling melempar tawa karena candaan keduanya, segera mengayunkan langkahnya masuk ke dalam loby hotel menuju resepsi pernikahan CEO baru mereka di lantai tiga.

Karena hati Adam yang begitu bahagia, ingin segera memberi kejutan kepada kekasih hatinya, perihal kepulangannya selepas dari resepsi pernikahan CEO di perusahaannya.

Setelah bunga dan juga kalung emas yang telah di belinya, sebagai hadiah untuk kekasih hatinya, ingin mengungkapkan rasa yang ada dan masih menggebu tepat di tahun ke enam kebersamaannya.

"Kamu nanti balik sendiri ya An? aku mau ke rumah pacarku" ucap Adam.

"Dih! kamu membuangku?" 

"Iya, anggap saja begitu," jawab Adam tertawa, di ikuti dengan tawa Anton masih mengayunkan langkahnya masuk ke dalam loby hotel.

Sebelum berhenti kompak, karena sebuah panggilan.

"Pak Anton," panggil seorang wanita, menggunakan dress panjang berlengan pendek, mengalihkan pandangan Adam dan juga Anton.

"Bu Gladis? hai? baru datang?" jawab Anton, beradu pandang dengan Gladis, Manager HRD yang ada di kantor pusat tempatnya bekerja.

"Iya, masuk barengan ya?" jawab Gladis, sebelum menganggukkan kepalanya pelan menyapa Adam yang tersenyum menatapnya diam.

"Yuk ah, ayuk...," jawab Anton, seraya mengalihkan pandangannya ke arah Adam.

"Sebelumnya kenalin dulu Bu, Ini temanku, sekaligus pegawai kantor cabang yang di pindahkan ke kantor pusat," lanjut Anton memperkenalkan Adam.

"Selamat malam Pak?" sahut Gladis, beradu pandang dengan Adam yang tersenyum menganggukan kepala pelan menjawab pertanyaannya.

"Selamat malam Bu," jawab Adam.

"Lha? tahu lo dia Dam?" timpal Anton.

"Tahulah Pak, kan aku sendiri yang menghubungi dan menemuinya," jawab Gladis.

"Oh iya ya? kamu Hrd ya?" sahut Anton, dengan tawa renyahnya menyadari jabatan Gladis di Perusahaan tempatnya berkerja.

"Ho o...," jawab Gladis tertawa.

"Masuk?" lanjut Gladis.

"Silahkan...," jawab Anton, dengan senyum ramahnya, mempersilahkan Gladis untuk berjalan lebih dulu di depannya.

Sebelum ikut mengayunkan langkahnya, bersama dengan Adam yang berjalan di sampingnya.

Sementara itu, tepat di samping pintu masuk ballroom tempat acara resepsi Satria dan juga Alira berlangsung.

Terlihat suasana ramai dari antrian tamu undangan, menerima souvenir dari beberapa penerima tamu yang berjaga sebelum mengayunkan langkah mereka masuk ke dalam ballroom. 

"Terimakasih," ucap Aksa, mengulaskan senyum tipisnya membantu pernikahan kakak perempuannya sebagai penerima tamu.

Menghilangkan sejenak sikap tengilnya, karena janjinya kepada Ayah dan juga ibunya untuk bersikap baik dan sopan kepada semua tamu di pernikahan kakaknya.

"Astaga... capek sekali! kenapa tamunya nggak habis-habis sih?" gerutu Aksa, menghela nafasnya panjang, sebelum mengulaskan senyumnya kembali menyambut kedatangan beberapa tamu.

Memberikan souvenir berupa tas kecil berisi parfume, dilengkapi dengan nama kedua pengantin, Satria dan juga Alira.

Tak mengetahui keberadaan Adam, baru keluar dari pintu lift di lantai tiga tepat di dekat ballroom.

 Karena kesibukannya untuk tersenyum dan bersikap ramah, di atas rasa lelahnya.

"Masih banyak ya ini?" lirih Aksa, sesaat setelah antrian tamunya berhenti, meregangkan tubuhnya merindukan kasur empuknya.

"Aksa? kok kamu disini?" tanya Adam, sudah berdiri di depan Aksa, dengan perasaan bingungnya mengejutkan adik dari kekasihnya.

"Mas Adam," lirih Aksa, dengan degup jantungnya yang tak karuan, beradu pandang dengan lelaki baik penghuni hati kakaknya.

"Mati kamu Mbak!" batin Aksa, mengedarkan pandangannya, tak bisa menjawab pertanyaan Adam.

"Kenapa kamu disini? kamu ada hubungan kerabat sama istri Pak Satria?" tanya Adam lagi.

"Mampus! harus jawab apa aku ini?" batin Aksa, sebelum menganggukkan kepalanya perlahan, masih beradu pandang dengan Adam yang tersenyum tulus sama seperti biasanya.

"Alira juga disini ya?" tanya Adam lagi, seraya mengedarkan pandangannya mencari keberadaan kekasih hatinya.

Membuat Aksa tak berkutik, hanya terdiam tak mampu menjawab pertanyaan kekasih Kakaknya.

 "Mas Adam, kok disini?" tanya Aksa, tak menjawab pertanyaan, mengalihkan kembali pandangan Adam.

"Mas tamu undangan di sini," jawab Adam.

Mengejutkan kembali hati Aksa, membuatnya terdiam, tak mampu lagi berkata hanya menelan salivanya kasar.

"Kok bisa sih? Mas Adam tamu di disini?" batin Aksa ikut frustasi.

"Mana Alira?" tanya Adam lagi beradu pandang dengan Aksa yang terdiam.

"Emmm," jawab Aksa, segera mengambil salah satu souvenir yang telah di siapkan untuk di berikan kepada Adam.

"Souvenirnya Mas," lirih Aksa, mengulaskan senyum tipisnya cenderung terpaksa.

"Mati kamu Mbak! tamat sudah riwayat kamu!" batin Aksa.

"Souvenir ya? terimakasih ya?" jawab Adam, mengulaskan senyumnya menerima souvenir pemberian Aksa.

Sebelum terdiam, karena dirinya yang terkejut membaca nama yang terukir indah di souvernir.

Bersebelahan dengan Anton dan juga Gladis yang sejak tadi berdiri di sampingnya sudah menerima souvenir sama seperti dirinya.

"Aku duluan ya Pak?" pamit Gladis.

"Ah Iya," jawab Anton, sebelum mengalihkan kembali pandangannya ke arah Adam.

"Satria dan Alira?" gumam Adam, dengan degup jantungnya yang tak karuan, mengalihkan pandangannya ke arah Aksa yang terdiam.

"Ayo Dam," ajak Anton.

"Kenapa ada nama Alira disini?" tanya Adam, mengacuhkan ajakan Anton, kembali beradu pandang dengan Aksa.

"Anu Mas...," jawab Aksa, menggaruk tengkuknya yang tak gatal tak mengalihkan pandangannya.

"Aksa, aku tanya, Mas Adam tanya, kenapa ada nama Alira disini?" tanya Adam lagi, dengan perasaannya yang mulai tak enak, sebelum tersentak dengan sahutan  Anton yang menjawab pertanyaannya.

"Apa kamu bodoh Dam? Alira kan pengantin wanitanya? ya jelaslah namanya ada di situ," ucap Anton.

"Jangan ngomong sembarang kamu An!" sentak Adam, dengan matanya yang membulat menemani deru nafasnya yang tersenggal.

Karena dirinya yang tak bisa terima, bagaimana bisa? sungguh nggak mungkin kekasih hatinya, wanita yang begitu dicintainya menjadi pengantin lelaki lain.

Saat hubungannya baik-baik saja, saat hubungannya tak ada masalah, terlebih tepat di hari jadinya yang ke enam tahun.

Menyentakkan hati Anton dan juga Aksa, tak terkecuali beberapa orang yang ada di luar pintu masuk ballroom kompak menoleh dan melihat ke arahnya.

"Aksa! sekali lagi aku tanya!" lanjut Adam, dengan deru nafasnya yang memburu, menemani degup jantungnya yang tak karuan.

Menatap lekat manik mata Aksa yang terdiam, masih menutup mulutnya rapat-rapat. 

"Alira? kenapa, kenapa nama Alira ada disini?" tanya Adam lagi, dengan suaranya yang tercekat, menahan gejolak rasa tak percayanya.

Memaksa dirinya, ingin mendengar langsung dari Aksa, meskipun hatinya tak mampu, dan tak sanggup mendengar jawaban yang sudah bisa di tebaknya. 

"Karena...,ka...karena...," jawab Aksa terbata, karena hatinya yang tak tega, tak ingin melihat lelaki yang ada di depannya terluka.

 Setelah kebaikan Adam, setelah kasih sayang Adam yang tak hanya mencintai kakaknya, tapi juga mencintainya dan keluarganya, menciptakan buliran bening di balik pelupuk matanya membuang pandangannya ke samping.

"Mbak Alira pengantinnya Mas," jawab Aksa akhirnya, menundukkan kepalanya tak mampu menatap Adam kekasih hati Kakaknya.

"Hahaha, kamu bercanda kan Sa? nggak mungkin Al...," jawab Adam terpotong.

Mengulaskan senyum getirnya membuang pandangannya ke arah Anton.

"Kenapa sih Dam?" tanya Anton, dengan rasa penasarannya yang meninggi, beradu pandang dengan mata merah Adam  yang berair.

Tak membuat Adam bersuara, hanya terdiam memejamkan matanya dalam, menarik nafasnya panjang sebelum menghembuskannya perlahan.

Dengan usahanya yang begitu keras, hanya untuk berdiri tegak di atas kakinya yang gemetar.

Sebelum mengepalkan tangannya kuat-kuat, meremas botol parfume di tangannya dan...

Pyarrrr

Souvenir Parfume yang dibawanya terjatuh, pecah membasahi lantai di balik tas kain berwarna silver.

"Adam," panggil Anton, masih tak membuat Adam bersuara, karena hatinya yang terluka tak bisa percaya dengan kenyataan yang ada di depan matanya.

Kembali mengulaskan senyum getirnya, tak mampu mengalihkan pandangannya dari pintu masuk ballroom yang di penuhi bunga.

Begitu indah, namun menusuk hatinya dalam, sangat dalam hingga membuatnya terluka, dengan rasa sakit yang begitu kuat menyayat perasaannya.

"Hahaha," tawa pilu Adam, sebelum memukul pelan dadanya yang terasa sesak.

"Kenapa sesak begini An? kenapa dadaku sangat sesak," ucap Adam, menahan rasa sakit di hatinya, begitu sakit, sangat sakit, perih sekali.

"Minum dulu Mas," ucap Aksa, sesaat setelah berdiri di depan Adam mengulurkan sebotol air mineral ke depan Adam.

"Aku nggak mau minum," ucap Adam, menepis tangan adik dari Alira, sebelum terdiam menatap Anton yang terlihat khawatir menahan tubuhnya yang lemas.

"Kita masuk sekarang An, aku kenalin kamu sama pacarku," lirih Adam, dengan sisa kekuatannya menatap dalam temannya.

"Pacar?" 

"Iya Pacar An, pacar yang akan aku temui setelah pulang dari sini, pacar yang terus dan selalu aku banggakan di depan kamu meskipun kamu tak mengenalnya," jawab Adam, tak mampu lagi menahan buliran bening di matanya.

"Alira? pacar kamu namanya Alira, dan ini?" sahut Anton, mengalihkan pandangannya membaca nama Alira di banyaknya souvenir yang tersedia.

Sebelum membulatkan matanya penuh, mengalihkan kembali pandangannya menatap Adam.

"Alira? istri Pak Satria pacar kamu?" tanya Anton.

Memecahkan tawa Adam, sebuah tawa pilu penuh luka, menertawakan kisah cintanya sendiri bersama dengan wanita yang sangat di cintainya, wanita yang selalu di jaganya namun mengkhianatinya.

Menikah dengan lelaki lain di belakangnya, menciptakan luka yang begitu dalam mengoyak perasannya, karena tikaman Alira, begitu kuat menusuk tepat di hatinya.

Membuatnya terlihat pilu dan memprihatinkan di depan beberapa tamu undangan di depan ballroom.

Memperhatikannya dengan kasak kusuk yang terdengar membicarakannya.

Bersambung.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Artini Lase29
Cerita yang menarik ............
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 12. Hancur Sudah

    "Alira? istri Pak Satria pacar kamu?" tanya Anton.Memecahkan tawa Adam, sebuah tawa pilu penuh luka, menertawakan kisah cintanya sendiri bersama dengan wanita yang sangat di cintainya, wanita yang selalu di jaganya namun mengkhianatinya.Menikah dengan lelaki lain di belakangnya, menciptakan luka yang begitu dalam mengoyak perasannya, karena tikaman Alira, begitu kuat menusuk tepat di hatinya.Membuatnya terlihat pilu, begitu memprihatinkan di depan beberapa tamu undangan di depan ballroom.Memperhatikannya dengan kasak kusuk yang terdengar membicarakannya."Kita pulang saja Dam," tawar Anton, masih menahan tubuh temannya.Beradu pandang dengan Adam, menggeleng cepat tak menyetujui kalimatnya."Aku harus memperkenalkan kamu sama Alira An! kamu harus berkenalan sama dia," jawab Adam, berusaha menegakkan kakinya yang gemetar.Menahan rasa s

    Last Updated : 2021-09-20
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 13. Berusaha Menjelaskan

    Langit menggelap tanpa bintang dan rembulan, karena guyuran hujan, begitu derasnya membasahi halaman hotel yang telihat ramai oleh motor dan juga mobil di area parkiran.Terlihat Alira, si pengantin perempuan yang harusnya berbahagia, namun terluka oleh pernikahan paksa yang membuatnya merana.Hanya menangis, mengangkat gaun panjang yang di pakainya, berlari semampunya."Aku bisa jelasin semuanya Dam, ini nggak seperti yang kamu pikirkan," gumamnya pelan, masih berlari mengacuhkan semua orang yang melihatnya.Karena hatinya, begitu sakit oleh bayangan kemarahan Adam yang terus saja berputar di kepalanya.Membuatnya pilu dengan tangisannya yang terisak, terus berlari, hendak menerobos derasnya hujan namun tertahan.Oleh gerakan tangan Satria, mencekal lengan tangannya menghentikan langkahnya."Apa kamu buta? lihat hujannya deras begini!" sentak Satria

    Last Updated : 2021-09-20
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 14. Pulang Ke Rumah Alira

    "Nggak usah nangis!" ucap Satria, sudah duduk di kursi belakang mobilnya menuju ke apartemennya, bersebelahan dengan Alira yang menangis membelakanginya.Tak membuat Alira bersuara, hanya terdiam meratapi kisah cintanya yang begitu ironis, mencintai dan di cintai, tapi tak bisa bersanding di atas pelaminan karena perjodohan, pernikahan atas nama hutang budi yang dilakukan orang tuanya sendiri.Flashback di apartement Adam."Lebih baik kamu pulang sekarang Ra, biarkan aku sendiri, aku masih belum bisa menerima dan percaya sama semua ini," ucap Adam, meletakkan kembali ponsel Satria di atas ranjang, sesaat setelah membaca isi yang ada di dalam foto kontrak pernikahan."Kamu harus percaya Dam, pernikahan ini hanya kontrak, setahun lagi kami akan bercerai!" ucap Alira, menyeka air matanya kasar, mencoba meyakinkan hati Adam yang terdiam menatapnya sendu."Kita tetap

    Last Updated : 2021-09-22
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 15. Lelaki Dingin Tak Punya Hati

    Semilirnya angin malam, begitu dingin menerobos masuk ke dalam jendela kamar Alira yang belum tertutup sempurna.Terlihat Alira, masuk ke dalam kamarnya, sambil membawa dua porsi nasi diatas nampan yang di bawanya.Mengayunkan langkahnya, mendekati nakas sebelum meletakkan nampan di atasnya.Masih dengan wajah murungnya, harus melayani Satria, karena statusnya sebagai seorang istri di dalam permainan pernikahan yang sedang di jalaninya.Sebelum mengayunkan kembali langkahnya, membuka jendela kamarnya, untuk berdiri, terdiam dan menyendekapkan kedua tangannya di atas dada.Menikmati gelapnya malam, terlihat begitu kelabu tanpa bintang, karena mendung yang bergelayut sama seperti suasana hatinya yang begitu sendu.Kembali mengingat kemarahan Adam, air mata Adam di dalam sorot mata kecewa kekasihnya.Menciptakan rasa sesak yang menyeruak, me

    Last Updated : 2021-09-22
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 16. Mulai Tinggal Bersama

    Sang surya beranjak naik, tepat dia atas kepala dengan sinarnya yang begitu terik tak lagi hangat dan bersahabat.Terlihat Alira, baru keluar dari dalam lift, mengayunkan langkahnya di belakang Satria, sambil menarik koper hitam berisi barang barangnya, melewati lorong gedung Apartement, menuju unit apartement suaminya di lantai sepuluh.Tak bersuara, hanya membisu menekuk wajah cantiknya, karena beban di hatinya tak ingin meninggalkan rumah orang tuanya untuk tinggal bersama dengan lelaki dingin yang baru saja menikahinya.Segera menghentikan langkahnya, menatap diam Satria yang bersuara, memerintahkannya berjalan cepat."Kenapa berhenti? ayo cepat!" ucap Satria, ikut menghentikan langkahnya, membiarkan istrinya membawa koper tak berniat untuk membantunya.Menciptakan helaan nafas kasar di bibir Alira, segera membuang pandangannya ke sembarang arah tak menyukai sikap Satria.Kembali mengayunkan langkahnya

    Last Updated : 2021-09-22
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 17. Di Maafkan Adam

    "Duduk," titah Satria, mengedikkan dagunya ke arah kursi yang ada di seberangnya tak mengurangi kewibawaannya.Masih tak membuat Adam bersuara, hanya terdiam dan membisu, kembali mengayunkan langkahnya hendak duduk di atas kursi.Sesuai dengan perintah Satria tak mengalihkan pandangannya."Gimana hari pertama kamu kerja disini?" tanya Satria, mengawali pembicaraannya mengerutkan kening Adam."Nggak ada masalah, karena pekerjaan manager sebelumnya sangat rapi, jadi saya tinggal membaca dan mempelajarinya saja," jawab Adam.Menekan kuat ego di hatinya, berusaha bersikap biasa di atas amarah yang masih menguasai dan mengungkungnya."Aku tahu, yang aku tanyakan bukan pekerjaan kamu, tapi perasaan kamu,""Apa maksud anda?""Bagaimana rasanya bekerja di bawah kendaliku? suami dari Alira kekasih kamu?" lanjut Satria.

    Last Updated : 2021-09-30
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 18. Janji Alira

    "Papa?" refleknya, membulatkan matanya, sesaat setelah membuka pintu utamanya, beradu pandang dengan Papa Bagaskara.Yang berdiri tegak di balik pintu utamanya yang terbuka."Ngapain kesini?" tanya Satria."Kenapa? Papa dilarang kesini?" jawab Papa Bagaskara, mengayunkan langkahnya, masuk ke dalam rumah memanggil Alira menantunya."M*mpus!" Batin Satria memejamkan matanya dalam. Sebelum membalikkan badannya, ikut mengayunkan langkahnya mengikuti Papanya."Mana istri kamu kok nggak ada?" tanya Papa Bagaskara akhirnya, karena panggilannya, tak membuat Alira keluar untuk menemuinya."Alira lagi keluar Pa, lagi jalan sama temannya," jawab Satria, berusaha bersikap tenang, masih mengayunkan langkahnya hendak duduk di atas sofa.Sebelum meraih sebungkus rokok yang ada di atas meja, mengambil sebatang rokok untuk di bakar dan di hisapnya.

    Last Updated : 2021-09-30
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 19. Kemarahan Satria

    Langit semakin menggelap, hampir menuju ke tengah malam, tepat di saat jam dinding yang menggantung di apartement Satria sudah menunjuk ke pukul 23:30.Terlihat Satria, menahan rasa geram di hatinya, menunggu kedatangan istri yang tak di dicintainya.Demi sebuah nama tanggung jawab yang harus di embannya, karena Alira, yang di nilainya begitu kurang ajarnya, tak tahu waktu pulang saat kencan, bersama dengan kekasih, Adam, pegawainya sendiri."Apa dia gila? bagaimana bisa? sudah jam segini masih belum pulang juga!" gerutunya sendiri.Dengan gerakan kakinya, berjalan mondar mandir di ruang tamu, kembali menggeser layar ponselnya.Kembali berusaha, untuk menghubungi nomor ponsel Alira, namun tak kunjung di jawab, membuatnya semakin marah dan emosi."Sialan!" umpatnya kasar, meremas dengan keras ponselnya sendiri, merasa tak di hargai.Sebelum mengalihkan pandangannya, masih dengan tatapan

    Last Updated : 2021-09-30

Latest chapter

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 98. Mencintai Seutuhnya, Bersama Selamanyay

    Kebahagiaan yang sudah menyelimuti, merasa saling membutuhkan dan terlebih lagi mencintai. Setelah kehilangan yang begitu sangat menyakiti hati, dan di tambah lagi dengan kesalahpahaman yang menyesakkan, menyayat perih luka hati yang sudah saling mencintai.Setelah dua Minggu berlalu, Alira yang kini telah menyadari untuk siapa sebenarnya hatinya di labuhkan, setelah dilema panjang yang menderanya, dan masih belum bisa melupakan Adam secara sempurna.Tapi kali ini, dirinya sudah memantapkan nya, memilih untuk mencintai sepenuh hati. Satria, sang suami, pendamping hidupnya pemilik hatinya.Tanpa bayang bayang Adam yang membayangi, tanpa bayangan dari kisah cinta lamanya yang telah ia lepaskan seutuhnya."Mas," panggil Alira suatu sore, tepat di hari minggu di ruang tengah di dalam apartemennya.Mengalihkan pandangan Satria, yang sedang menikmati buah apel hasil irisan tangannya, m

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 97. Penghinaan Untuk Azkia

    Kemarahan yang menguasai, membuat Satria tak lagi bisa mengontrol diri. Sudah berada di dalam perjalanan, sedang mencoba menelepon mantan kekasihnya."Dimana?" sengit Satria, dengan sorot mata tajamnya. Duduk di kursi depan di mobilnya yang di kemudikan Adi."Di kafe, kenapa? mau kesini?" jawab Azkia, dengan suaranya yang terdengar biasa, sama sekali tak mengetahui gemuruh di dalam dada Satria."Share lokasi, aku kesana sekarang,""Jadi ngajak ketemu terus ya sekarang? goda Azkia terdengar senang. "Apa mungkin kamu sudah mulai..."Mengembangkan amarah di hati Satria, segera mematikan panggilan teleponnya spontan. Karena dirinya yang merasa tak sabar, untuk memberikan mantan kekasihnya itu pelajaran."Ke kafe Memory," suara Satria, sesaat setelah menerima pesan dari Azkia.Dan tak membuat sahabatnya itu bersuara, hanya menginjak gas mobil

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 96. Pembalasan Satria

    Keheningan menyelimuti, di antara Alira dan juga Satria yang saling diam, membisu tak ada yang bersuara di dalam ruang rawat Alira.Sudah duduk berdampingan di atas sofa, dengan pandangan keduanya yang menatap lurus ke depan."Azkia yang memasang penyadap di apartemen kita," suara Satria Akhirnya, setelah membisu beberapa saat tak mengalihkan pandangan Alira."Aku kesana untuk menyelesaikan semuanya, untuk menanyakan alasan kenapa dan apa maksudnya dia melakukan hal gila seperti itu.""Aku sudah berniat untuk menemuinya di apartemennya, tapi dia memintaku untuk menemuinya di Super Land.""Dan aku juga sudah menolak untuk bermain bersama dengan dia, tapi dia menarikku, memaksaku untuk bermain bersama." Berusaha untuk menjelaskan semuanya, dengan harapan di hatinya, semoga istrinya itu mengerti."Aku minta maaf," lanjut Satria lagi, hendak menyentuh punggung tangan istrinya namun tak bisa. Karena Alira yang

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 95. Berbaikan

    Keheningan menyelimuti, di antara Alira dan juga Satria yang saling diam, membisu tak ada yang bersuara di dalam ruang rawat Alira.Sudah duduk berdampingan di atas sofa, dengan pandangan keduanya yang menatap lurus ke depan."Azkia yang memasang penyadap di apartemen kita," suara Satria Akhirnya, setelah membisu beberapa saat tak mengalihkan pandangan Alira."Aku kesana untuk menyelesaikan semuanya, untuk menanyakan alasan kenapa dan apa maksudnya dia melakukan hal gila seperti itu.""Aku sudah berniat untuk menemuinya di apartemennya, tapi dia memintaku untuk menemuinya di Super Land.""Dan aku juga sudah menolak untuk bermain bersama dengan dia, tapi dia menarikku, memaksaku untuk bermain bersama." Berusaha untuk menjelaskan semuanya, dengan harapan di hatinya, semoga istrinya itu mengerti."Aku minta maaf," lanjut Satria lagi, hendak menyentuh punggung tangan istrinya namun tak bisa. Karena Alira yang

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 94. Rasa Rindu di Sela Rasa Marah

    "Gila kamu Sat," lirih Adi, sesaat setelah mendengarkan cerita dari Satria, mengenai situasi yang sebenarnya sama sekali tak menyangka. "Bodoh sekali kamu,""Aku tahu," sahut Satria, semakin sendu membuang pandangan. "Dan aku menyesalinya.""Apa kamu tahu apa yang sudah aku katakan kemarin ke Alira saat kamu pergi menemui Azkia dalam keadaan marah?"Mengalihkan pandangan Satria menatapnya diam."Jangan panik Ra, Satria lebih tahu apa yang harus di lakukannya, dia hanya sedang menjaga dan melindungi kamu," menirukan ucapannya sendiri mencebikkan bibirnya."Dan aku benar benar malu dengan kalimatku itu Sat, kamu nggak sebaik yang aku kira, kamu nggak tahu apa yang harus kamu lakukan, bukannya menjaga istri kamu, kamu malah... ck," berdecak kesal."Lebih baik kamu masuk ke dalam sekarang Di! lihat kondisinya Alira, daripada terus menyalahkan ku dan semakin membu

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 93. Cari Tahu dan Bawa Kesini

    Suasana dingin yang menguasai, menambahkan aura ketegangan yang terjadi antara Papa Bagaskara dan juga Satria, saling membisu, sudah duduk di atas sofa yang ada di dalam ruang tamu saling membuang pandangan.Setelah melakukan pembicaraan sengit, saling berdebat. Papa Bagaskara yang terus saja menyalahkan putranya, dan Satria yang tetap kekeh dengan pembelaan atas dirinya.Sudah menjelaskan semuanya, mengenai penyadap yang di temukannya di Apartemen, hingga berakhir di sebuah pertemuannya dengan Azkia dan berujung ke kesalahpahaman.Tak terkecuali rasa curiga yang ada di dalam pikirannya, sudah memerintahkan Adi untuk mencari tahu kenapa istrinya itu bisa tertabrak.Membuat keduanya seperti ini, saling diam dan membisu, tak ada lagi yang bersuara demi untuk bisa mengendalikan rasa di hati yang berkecamuk tak karuan, menghela nafas kompak."Bodoh sekali kamu Sat! bodoh! benar benar Bodoh!" umpat Papa Bagaskara, t

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 92. Tamparan Papa Bagaskara

    Suasana dingin yang menguasai, menambahkan aura ketegangan yang terjadi antara Papa Bagaskara dan juga Satria, saling membisu, sudah duduk di atas sofa yang ada di dalam ruang tamu saling membuang pandangan.Setelah melakukan pembicaraan sengit, saling berdebat. Papa Bagaskara yang terus saja menyalahkan putranya, dan Satria yang tetap kekeh dengan pembelaan atas dirinya.Sudah menjelaskan semuanya, mengenai penyadap yang di temukannya di Apartemen, hingga berakhir di sebuah pertemuannya dengan Azkia dan berujung ke kesalahpahaman.Tak terkecuali rasa curiga yang ada di dalam pikirannya, sudah memerintahkan Adi untuk mencari tahu kenapa istrinya itu bisa tertabrak.Membuat keduanya seperti ini, saling diam dan membisu, tak ada lagi yang bersuara demi untuk bisa mengendalikan rasa di hati yang berkecamuk tak karuan, menghela nafas kompak."Bodoh sekali kamu Sat! bodoh! benar benar Bodoh!" umpat Papa Bagaskara, t

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 91. Tamparan Papa Bagaskara

    "Apa maksud kamu Ra?" tanya Bu Rani.Membisukan Alira, menyadari kalimatnya yang tak terkontrol membuang pandangan."Alira, bisa jelaskan ke Ibu maksudnya apa? surat perjanjian? surat perjanjian Apa?" semakin tak sabar menuntut jawaban."Pernikahan," menelan salivanya pelan menundukkan kepalanya.Tak mengetahui sorot mata terkejut di netra Ibunya, semakin tersentak dengan jawabannya tak percaya."Sewaktu makan malam dulu, saat pertama kalinya aku ke rumah Papa untuk menghadiri undangan makan malam dari Papa. Ibu mengingatnya?"Menganggukkan lemah kepala Bu Rani. "Kenapa dengan makam malamnya?""Mas Satria memberikanku surat perjanjian pernikahan."Semakin mempercepat degup jantung Bu Rani membekap mulutnya sendiri. "Ya Allah" gumamnya lirih.Sama sekali tak menyangka dengan apa yang baru di dengar

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 90. Membenci Satria?

    Flashback sebelum pertemuan Satria dan Azkia."Selamat siang, Antariksa Group di sini, ada yang bisa saya bantu?" suara wanita, terdengar begitu sopan dari dalam layar ponsel Azkia yang menyala."Selamat siang, bisa bicara dengan Alira?""Bu Alira di bagian apa Bu?""Keuangan," bagian Alira yang diketahuinya dari alat penyadap yang di pasangnya."Maaf dengan Ibu siapa saya berbicara?" Membisukan Azkia, mengingat nama salah satu teman Alira yang sudah meyerang nya menyembunyikan identitasnya. "Rani,"Dan terdiam, menunggu teleponnya yang sedang di sambungkan, mendengar alunan musik sebagai nada tunggunya."Halo Ran, kok tumben telepon kantor?" terdengar suara Alira, menciptakan seulas senyum seringai di bibir Azkia."Hai, apa kabar?"

DMCA.com Protection Status