Setelah sarapan, Illarion dan Amanda berpamitan dengan pemilik rumah. Balton memberi petunjuk jalan sebelum mereka pergi agar tidak tersesat. Ternyata pria tua itu sudah menandakan beberapa pohon yang menunjukkan arah ke kota terdekat.
Hutan hujan tropis yang berada di timur Anarka mempunyai pepohonan dengan daun-daun rimbun nan padat, sehingga membentuk kanopi yang menghalangi sinar matahari. Alhasil hutan itu bernuansa kelam dan damai. Menurut penuturan Balton perjalanan dari rumahnya ke kota memakan waktu setengah hari lebih, dan mereka baru setengah jalan, kemungkinan Amanda dan Illarion akan sampai kota terdekat setelah matahari terbenam.
Karena itu sekarang, mereka memutuskan untuk beristirahat, setelah beberapa jam menaiki kuda ras shire dalam keheningan.
“A-anda tidak apa-apa Tuan?” tanya Amanda set
Dukung penulis dengan VOTE dan bintang 5 ya ⭐⭐⭐⭐⭐ Di tunggu komentarnya kak ^^
Perpaduan aroma maskulin citrus dan sandalwood dengan tubuh kekar berotot, menimbulkan aura seksi mendominasi dari Illarion Black, hal itu semakin membuat Amanda salah tingkah, jantungnya jumpalitan tak keruan. “Ha-hamba takut,” jawab Amanda singkat, mencoba menatap manik malam yang menghunus tajam kepadanya. “Takut sakit jantung dan mati ketika melihat T-tuan...,” lanjut gadis mungil itu yang sekarang tenggelam dalam kungkungan pria menjulang di hadapannya. Tawa Illarion meledak mendengar jawaban polos Amanda. ‘Sakit jantung dan mati katanya?’ Illarion sampai memegang perutnya karena tergelak begitu kencang, ia tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. ‘Ia gadis terlucu yang pernah ia temui sampai saat ini, kenapa menganggunya begitu menyenangkan?’ “Berarti menurutmu ketampananku bisa membunuhmu?” ujar Illarion di sela-sela gelak tawanya.
'Ya, seperti itu namun lebih berbisik dan mendesah. “Tuan … tuan!” ‘Aku ingin ia menjeritkan namaku alih-alih memanggilku ‘tuan’.’ Mata Illarion yang telah dipenuhi kabut nafsu sekarang menatap tajam gadis itu. ‘aku menginginkan dia sekarang.’ “Tuan? Kita lanjutkan perjalanan?” tanya Amanda entah untuk yang keberapa kalinya. ‘Kenapa pria itu terus menatapku tapi tak berkata apapun, ia baik-baik sajakah?’ “Ck! Apa yang kupikirkan!” racau Illarion yang membuat alis Amanda bertaut kebingungan, pria beralis tebal itu kemudian menjawab pertanyaan Amanda dengan sebuah kata singkat. “Ayo.” Selama di perjalanan, gesekan antara tubuhnya dan tubuh Amanda membuat harum vanilla yang berasal dari badan lembab gadis itu mampu me
Hasil tidak terduga itu membuat Illarion sungguh terkejut, sedangkan segerombolan orang yang dari tadi menyaksikan mereka tertawa makin keras. ‘Tidak mungkin’. Sedikit kesal, Illarion melempar lagi belati di tangannya. Lagi-lagi pisau itu tak mengenai sasaran. Pria berbaju kumal tadi terbahak makin kencang. “Hei cantik, tinggalkan saja pria pecundang itu,” ejeknya seraya berdiri dari tempatnya duduk, ingin menyentuh Amanda. Namun, saat jari telunjuknya akan menyentuh pundak gadis itu sebuah pisau belati terbang ke arahnya dan langsung memotong jari pria itu. Trak! Belati dan jari itu jatuh bersamaan dengan bunyi lonceng kecil tanda hadiah utama berhasil di dapatkan. “ARGHH!!!” jerit pria berbaju kumal itu sambil be
'Ciuman,' batin Illarion, tapi ucapan yang keluar di bibirnya malah, "kau mau memberiku apa? terserah, buat aku terkejut." Illarion balik bertanya. Amanda melihat ke sekitar sembari berpikir. “Ah itu! Ayo Tuan,” ajak Amanda sambil menarik tangan Illarion dan memimpin jalan menuju ke sebuah stand yang menjual berbagai macam aksesoris. Kaki Amanda berhenti di depan pajangan yang menjual berbagai macam pin antik untuk jubah pria. ‘Kebanyakan dari bahan perunggu murahan,’ pikir Amanda sambil menyusuri bros itu dengan jari-jarinya. “Anda mencari pin yang seperti apa Nona?” tanya seorang wanita dari belakang meja pajangan. “Ini pin terbaik yang kami miliki,” tawarnya sambil memperlihatkan sebuah pin berbahan perak dengan lambang singa. “Buatan Anarka, harganya dua puluh silver.”
“Hei, pasangan yang di sana. Ayo ikut menari!” ajak sepasang pria dan wanita lainnya pada Illarion dan Amanda. Setelah saling menatap dengan canggung, mereka berdua tersenyum. "Ayo, kita juga harus menikmati malam ini!" seru Illarion dan menarik Amanda untuk bergabung dengan muda-mudi lainnya dan mulai menari berkelompok. Itu adalah tarian khas Anarka, lelaki dan perempuan saling bergandengan kemudian sambil melangkah, mereka berputar menyanyikan lagu penuh keceriaan. Sungguh sebuah pesta rakyat yang sangat menyenangkan! Bagi Amanda, terkadang ia mulai melupakan saat-saat bahagia dalam hidupnya, terutama hari-hari ketika ibundanya masih hidup. Tapi hari ini sungguh berbeda. 'Syukurlah aku masih hidup dan bisa melihat senyuman di wajah tampan itu. Tuhan! Rasa-rasanya aku bisa hidup seribu tahun lagi,
“Ayo ke penginapan,” ujar Illarion mengakhiri pesta mereka. Kamar tersedia di penginapan yang ada, hanya sebuah bilik sempit dengan tempat tidur tingkat, sedangkan penginapan lain sudah penuh. Tampaknya banyak pendatang yang turut menikmati perhelatan akbar yang diadakan sekali setahun di Kerajaan Anaraka. Illarion mengurut pelipisnya, ‘harum vanilla dan sebuah kamar sempit bukanlah perpaduan yang bagus’. “Aku keluar dulu, jika kau mengantuk tidurlah duluan,” pamit Illarion, meninggalkan Amanda sendirian di penginapan tanpa sempat gadis itu bertanya. Sepertinya ini kali pertama Illarion Black tak bisa menahan hasratnya, libidonya semakin meningkat saat bayangan gadis itu terus menari di kepalanya. ‘
Alih-alih menjawab, Illarion tertegun melihat surai ungu lembut itu. 'Apa si mata amethyst sudah tidur?' batinnya. Melihat pria di depannya tak menolak, Kitty serasa mendapat angin segar untuk merayu 'Tuan' barunya. Ditariknya pria itu ke sebuah sofa dalam ruangan yang hanya diberi penyekat kain. "Minumlah, anggap saja ucapan selamat datang," ucap Kitty seraya menyodorkan segelas minum keras. Illarion malah memerintah wanita itu balik. "Minum." “Ah sungguh mendominasi … hhh ,” ujar Kitty mendesah-desah, gadis itu kemudian minum dengan gaya yang terkesan sangat dibuat-buat, tujuannya sudah tentu untuk merayu Pangeran Hitam. ‘
Illarion masih terlelap. Terakhir kali ia tertidur nyenyak seperti saat ini ketika ia belum genap berumur sepuluh tahun. Benar-benar nyenyak hingga tak menyadari saat ‘teman tidurnya’ sudah terbangun sedari tadi dan menangis dalam hening. Tak lama Amanda bangkit dari ranjang itu, dan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Inti tubuhnya masih perih, Illarion bermain sangat kasar padanya semalam. Isak tangis dan derai air mata Amanda semalam tak diindahkan Illarion Black. Tak ada bedanya dengan pertama kali ia melakukannya dulu. Tapi kali ini lebih menyakitkan Amanda, karena hatinya ikut hancur berkeping-keping. Jika dahulu Amanda melakukannya karena ‘kewajiban’ semata, tanpa tahu anggapan suami sahnya itu padanya. Sekarang ia tahu, dirinya hanya seorang ‘pelac
Awalnya aku selalu melihat ia seperti wanita yang dingin dan tak pernah tersenyum, ekspresinya selalu datar. Ia mirip sepertiku, kecuali satu hal. Gadis berkulit pucat itu selalu gemetar dan terlihat ketakutan. Manik matanya tak pernah benar-benar menatapku, ia selalu menatap kakiku. Entahlah mungkin sepatu kulitku lebih menarik ketimbang parasku, menurutnya. Tapi penampilan yang tak biasa itu cukup menarik perhatianku. Selanjutnya, kupikir untuk membunuh gadis itu secara perlahan. Menyiksanya dulu mungkin? Bagaimanapun ia adalah keluarga wanita iblis itu. “Ma-maaf.” “Maaf, Tuan…” “Maaf.” Itu ucapan yang sering ia lontarkan dari bibir merah cherry dengan tangan gemetar dan tubuh membungkuk. Hanya puncak kepalanya saja ya
“Aku hanya mengundang orang-orang yang terpilih saja untuk datang ke pesta ulang tahunku,” seru seorang anak gendut dengan leher berlipat. Nyaris seluruh anak di sekolah itu berharap diundang ke pesta cucu Duke Serafin, kakek Samuel yang terkenal kaya itu sangat memanjakan bocah gendut yang sekarang sedang berkacak pinggang dengan sombong. Tapi perhatian anak-anak di kantin dengan interior mewah itu langsung terpecah begitu melihat Maximiliam memasuki cafetaria yang menghubungkan asrama laki-laki dan perempuan itu. Beberapa gadis sedikit menjerit melihat kedatangannya. “Ck!” decak Samuel dengan raut muka tak suka. “Kau tak akan kuundang,” ujarnya sambil menunjuk Max yang melintas di depannya. “Aku juga tidak mengharapkannya,” jawab Max yang duduk meletakkan nampannya di sebelah Niana. Tawa pelan berbisik me
“Berkemaslah, kita langsung balik ke Ibu Kota,” perintah Illarion pada para anak buahnya yang masih masih tergeletak horizontal setelah dua hari menggempur pemberontak di wilayah perbatasan. Sebenarnya Kaisar Hitam enggan keluar dari Ibu Kota, atau lebih tepatnya meninggalkan Amanda. Permaisurinya itu ia tinggalkan setelah nyaris sebulan pernikahan mereka diakui publik. Tapi pemimpin pemberontakan kali ini jauh lebih cerdas dan kuat dibanding sebelumnya, karena itu Illarion Black turun tangan. Setelah Illarion masuk ke dalam tenda hitamnya, erangan pelan keluar dari mulut para prajurit itu. “Astaga Kaisar benar-benar manusia apa seorang monster? Tuan ingin kita segera balik ke ibu kota tanpa membiarkan kita bernapas terlebih dahulu,” keluh seorang prajurit yang baru saja kehilangan tiga gigi depannya karena perkelahian semalam.
Hai, perkenalkan saya penulis cerita ini dengan nama pena missingty.Terima kasih sudah mengikuti kisah Amanda White dan Illarion Black sejauh ini, dan yah, kita sudah berada di chapter terakhir kisah ‘Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam’. Terima kasih untuk support teman-teman pembaca semua, di note ini juga missingty ingin meminta maaf jika tulisan yang missingty buat jauh dari ekspektasi dan keinginan para pembaca sekalian.Sebagai permintaan maaf, mungkin diantara para pembaca masih ada merasa plothole yang mengganjal di novel online ini, atau mungkin penasaran dengan beberapa kisah yang tidak disebutkan di cerita ini. Silahkan komentar di bawah ya, mungkin nanti missingty akan buatkan bab epilog untuk itu.Sekali lagi terima kasih kepada akak-akak pembaca sekalian, salam sayang dari missingty. I* inspirasikuh.
Ekspresi menyedihkan yang Illarion tampilkan setelah mendengar perkataan Amanda itu membuat Karak kembali menggaungkan tawanya di ruang bawah tanah itu. “Karma! Kau dengar! Itu Karmamu Illarion!” ucap pria tua itu di sela sela tawanya yang tampak mengerikan.“Jangan tinggalkan aku lagi Amanda,” pinta Illarion terdengar lemah mengikuti langkah gadis itu menuju pintu.Amanda mempercepat langkahnya sembari berurai air mata. Perpisahan dan pergi sejauh mungkin dari Illarion Black adalah pikiran Amanda saat ini.“Galela!” teriak lelaki bertubuh tinggi besar yang hanya beberapa langkah dibelakangnya itu.Amanda menghentikan langkahnya mendengar Illarion mengeluarkan nama lain dari mulutnya.“Kau tak ingin memaksanya memintamu untuk kembali padaku kan Amanda?” tanya Illarion dengan suara lirih seakan penuh kesedihan, tapi tatapan mata dari iris kelam itu terlihat sangat dingin.“Apa maksudmu?” tanya Amanda mengabaikan asas kesopanan den
Mata ungu Amanda langsung terbelalak mendengar nama itu. Karak adalah nama pria yang meracuni Illarion saat pesta dansa di ulang tahun baginda Raja Abraham dahulu. Saat itulah mereka bertemu Galela dan Balton yang menyelamatkan Illarion dan memberikan penawar racun itu.‘Apa karena itu, Illarion menyiksa pria ini? Karena ia pernah diracuni olehnya?’“Kau sepertinya mengenalku?” tebak Karak sembari menyipitkan matanya. Rantai-rantai di punggungnya ikut berderak. “Ah kemampuanku memang luar biasa.”‘Aku tak perlu ikut campur hal ini, sebaiknya aku pergi saja.’“Hei, apa kau tak menyimpan dendam pada pria itu?”Amanda yang bersiap balik kembali menghentikan langkahnya. “Karena?”“Mengorbankanmu.”“Apa maksudmu?” tanya Amanda.Karak kembali terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Amanda. “Kau kira siapa yang meracuni Raja? Raja terdahulu.”“Ha?” gumam Amanda tampak bingung. ‘Selama ini aku memang penasar
Wajah Putri Hera langsung pucat pasi. “Tentu saja warna musim semi itu yang paling pas seperti warna daun yang berguguran,” ujar Amanda sambil tersenyum dan menepuk lengan kakak iparnya itu.“Ah iya ten-tentu saja,” balas Putri Hera dengan senyum kaku.“Kami membahas warna gaun yang pas di musim semi, Tuan.”“Oh,” gumam Illarion kemudian naik ke dalam kereta kuda itu. “Kakakku akan berhenti di Istana Utama, ia akan tinggal sementara waktu di sana untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita,” jelas Illarion pada Amanda.“Ah! Terima kasih, Putri Hera. Kuharap aku tidak merepotkanmu.”“Oh tentu saja tidak, aku senang akhirnya melakukan ini setelah sepuluh tahun menanti pernikahan kaisar,” balas Putri Hera tampak tertawa. Tapi hal itu malah membuat Amanda menautkan keningnya. ‘Kenapa Putri Hera terlihat sangat tidak nyaman di sebelah adiknya sendiri?’Akhirnya Amanda White dan Illarion Black sampai di is
Ancaman Illarion barusan membuat Putri Hera tercekat, matanya yang berkaca-kaca akibat tamparan di pipi barusan masih menatap tajam adik tirinya itu.“Tuan? Putri Hera?” panggilan lembut dari arah belakang Illarion Black memecahkan suasana tegang diantara dua kakak beradik lain ibu itu.Putri Hera langsung balik berlalu tanpa pamit pada Amanda sambil memegang pipinya yang memerah.“Putri Hera,” panggil Amanda pelan, kemudian balik menatap Illarion. “Putri tidak apa-apa?”Illarion kembali tersenyum manis dihadapan istrinya. “Ia tidak apa-apa, sepertinya kakakku terlalu mabuk di pesta dansa barusan.”Amanda menggumam pelan. “Aku akan membuatkan teh pereda pengar untuknya.”Namun, Illarion malah menggendong ala pengantin si gadis berkulit pucat yang sekarang mengenakan pakaian dengan warna senada rambutnya itu. Sama-sama merah muda.“Tak perlu, biarkan para pelayan yang mengurusnya. Malam ini kau hanya perlu mengurus diriku saja,” ti
‘Harusnya aku menyuruh orang untuk menjemputnya,’ batin Illarion sambil mencari-cari Amanda di antara ratusan tamu undangan yang hadir. Hingga lengkungan di wajahnya terbentuk lebar ketika melihat sosok berkulit seputih salju melewati pintu masuk utama aula tempat diadakan pesta dansa itu. Semua mata kembali mengikuti arah langkah Illarion Black sembari berdecak kagum melihat kesempurnaan fisik milik pemimpin pasukan paling mematikan di seantero Benua Hitam itu, hingga napas mereka tertahan ketika Kaisar Hitam berlutut di hadapan seorang wanita. “Siapa dia?” “Kudengar ia putri Duke Gree, bukannya ia sakit-sakitan dan memiliki anak diluar nikah?” Pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir dalam nada rendah tak berani meny