Rahang pria bersurai hitam itu langsung mengeras. Dengan gerakan secepat kilat sekarang kedua tangan Illarion sudah berada di leher Yurigov. Leher besar bagai beton itu langsung memerah, hal itu memperlihatkan begitu kuatnya Kaisar Hitam mencengkram mantan Jenderal pasukan hitamnya itu.
“Kau benar-benar ingin aku mengirimmu lebih cepat ke hadapan malaikat maut?” tanya Illarion begitu gusar mendengar rahasia besar yang Yurigov sembunyikan selama ini padanya.
Pria gunung itu sama sekali tak melawan ketika Illarion mencekiknya. ‘Kematian dibawah tangan Kaisar Hitam jauh lebih terhormat daripada menghembuskan napas terakhir akibat sakit tua sialan ini.’ Yurigov menutup matanya, napasnya kian sesak dan terdengar sangat berat. Ia sudah bersiap menemui putrin
‘Di antara riuh rendah sorakan yang mengumpatku berasal dari kerumunan orang, bisik ajakan itu terdengar jelas sekali. Suara dari wanita yang sudah sangat aku kenal sekali.Salah satu bawahan Pangeran Hitam yang sangat pria itu percayai. “Aime!” panggilku sambil balas menggenggam tangannya. “Bagaimana keadaan Tuan?” tanyaku lagi, memastikan kesehatan Illarion Black lebih penting daripada diriku yang sekarang sedang menuju detik-detik kematian. Aku tak bisa melihat wajahnya, karena penutup kain hitam ini. Tapi aku tahu tangannya gemetaran, sangat gemetar. "Pangeran Hitam tidak apa-apa, ia baik-baik saja. Tapi Anda tak boleh menemuinya lagi,” jawabnya dengan cepat dan ter
“Yurigov tak tahu Amanda berada di mana. Tapi surat wasiat dari mendiang anaknya yang menggantikan hukuman mati itu mengatakan kalau ia meminta Amanda pergi dari jauh dari wilayah Kerajaan Anarka,” jelas Illarion sambil menyugar rambutnya. Beberapa butir salju jatuh di atas surai hitam kelam itu.Hera tertawa keras mendengarnya. “Dan gadis itu ada di mana? Seluruh Benua Selatan adalah milik Anarka sekarang, dengan kata lain penguasaan mu terhadap kerajaan-kerajaan lain malah menyingkirkannya dari tempatnya berada.”Illarion menghembuskan napas panjang.“Kau memang selalu menyusahkannya ya? Kau yakin ia benar-benar ingin bertemu denganmu? Kurasa kau hanya menambah penderitaannya saja,” cecar Hera sambil menyibak rambutnya. Cuaca dingin membuat bibir merahnya mulai membiru.
Tiga orang warga desa sedang menunggu di depan sebuah rumah sederhana di tengah hutan. Kediaman yang terpisah cukup jauh dari pemukiman lainnya di daerah itu. Walau begitu, tempat tinggal sederhana itu tak memiliki perbedaan mencolok dari lainnya di wilayah Artias. “Tunggulah sebentar kurasa aku masih punya bahan untuk meracik obat sakit sendi itu,” ujar Amanda setelah mendengar penuturan Mary tentang penyakit ayahnya. “Sebaiknya ayah mu mengurangi pergi ke pantai di malam hari, itu bisa memicu sakit sendinya,” jelas gadis bersurai perak itu. “Terima kasih!” ucap Mary penuh semangat. Sedangkan Jean dan Theresia, teman gadis itu mencoba melongok ke dalam kediaman Amanda. “Peter sedang mengambil kayu bakar di hutan,” jelas gadis bermanik ungu itu sudah mengerti maksud lain kedatangan gadis-gadis itu, selain m
“Tidak,” bohong Amanda.Peter tersenyum mendengarnya. “Biar kubantu, Amanda,” ujar Peter sambil mengambil keranjang yang berada di pelukan Amanda. Keranjang yang berisi rumput laut itu tak terlalu berat, tapi untuk gadis mungil seperti Amanda, ia terlihat kepayahan membawanya.“Ah! Peter, biar aku yang membawanya,” tolak Amanda sambil berusaha mengambil kembali keranjang di tangan Peter.Tapi Peter menarik keranjang itu lagi. “Bolehkah aku membantumu mengurangi bebanmu, Amanda?” tanya pria bersurai merah tembaga itu sambil tersenyum tulus. “Aku akan dengan senang hati memanjakanmu,” lanjutnya sambil berbisik pelan di telinga Amanda dan mengedipkan sebelah matanya.Wanita dengan manik amethyst itu langsung melang
Luka-luka lebam membiru di lengan Max dan bekas darah di pelipis bocah kecil itu baru saja mengering. Sebenarnya hal ini bukan terjadi sekali dua kali, tapi kerap kali setiap pulang sekolah pasti tubuh anak semata wayang Amanda itu selalu dipenuhi bekas pukulan dan tendangan. Namun, bocah kecil itu tak akan pernah menjelaskan itu penyebab semua itu terjadi pada dirinya. Ia akan hanya mengatakan seolah itu bukan hal yang penting. “Aku hanya berkelahi karena anak anak tak tahu sopan itu santun berkata kurang ajar, dan aku memenangkan semua pertarungan itu Bu!” ucap anak kecil itu dengan berani yang membuat hati Amanda semakin teriris. Tapi Amanda tahu persis penyebab semua itu terjadi, karena setiap penduduk di desa ini menyebutnya seperti itu. ‘Wanita jalang’ yang memiliki anak tanpa suami. Mereka memberitah
“Illarion? Illarion bangun…,” ucap Amanda sambil menepuk pipi pria itu. Iris sehitam batu obsidian itu terbuka, sosok yang sangat ia rindukan sekarang duduk di sampingnya. Mereka berada di bawah naungan pohon besar, dan di sekitar hanya ada rerumputan di atas bukit itu. Angin sepoi-sepoi meniup pelan rambut perak gadis yang ia cintai itu. Illarion tak bisa melepaskan pandangannya pada sosok Amanda itu, walau hatinya berbisik. ‘Ini mimpi, mimpi yang menghilangkan mimpi buruk ku tentang ibu yang terbakar di tiang gantungan. Mimpi ini bahkan selalu menemani malam-malamku semenjak delapan tahun lalu.’ “Amanda… kapan kau mengajakku pergi?” Selalu itu yang Illarion tanyakan sambil menyusuri dagu mungil gadis berku
Kali ini wanita tua dengan indra pendengaran yang kurang itu bertanya dengan kesal. Galela selalu meneriakan tiap kalimat yang ia lontarkan karena pendengarannya kurang baik. Amanda masih menggeleng. “Oh tentu saja! Max masih yang tertampan di Artias! Setelah Balton tua meninggal,” tambah Galela dan kembali menepuk-nepuk pipi Max pelan. “Memang siapa yang akan datang sih Madam?” tanya Max tak sabaran ingin mengetahui si ‘tamu besar’. “Kaisar Hitam!” jawab Galela sambil menaikkan kedua tangannya. “Pria yang terkenal sangat berkuasa, kaya-raya, raja di raja dan sangat tampan!” Bruk! Kaki Amanda seketika lemas, mendengar hal itu. Selama ini hanya Kakek Balton dan dirinya
PANG! Nampan besi itu jatuh ke lantai pertemuan dan menimbulkan bunyi berisik yang memekakan telinga. Para artis yang memberi hiburan untuk rombongan Kaisar Hitam sampai berhenti beraksi. Bukan hanya itu saja, seperti tak ada satu orang pun yang berani bersuara kecuali satu orang, Galela. “KAU!!! Si pria kampret! Brengsek!” umpat wanita tua itu sambil menunjuk ke arah Illarion. Mata semua orang terbelalak kaget. Ketua Fang bahkan membuka mulutnya lebar-lebar. ‘Sudah kuduga para wanita dalam keluarga Peter memang biang masalah. Si Amanda walau ia terlihat tenang dan membantu dalam menyembuhkan para penduduk, latar belakangnya sebagai mantan pelacur cukup mengganggu, sedangkan Galela, emosinya yang selalu meledak-ledak suatu saat kupikir akan menjadi masalah. Tapi kenapa h