Esok harinya Illarion beserta Putri Hera menggunakan kereta kecil ke desa terpencil itu. Kembali kilasan nostalgia yang nyaris membuat Illarion gila memasuki benaknya.
‘Betapa aku sangat rindu denganmu Amanda.’
Sosok tinggi besar yang penuh kesedihan di hatinya itu masih tak bisa melupakan sosok Amanda. Selama ini Illarion Black berusaha menguasai seluruh Benua Selatan karena satu alasan, ia ingin mati di medan perang, berharap dengan begitu ia bisa menemui Amanda yang sudah tenang di alam sana.
Tapi sepertinya malaikat maut masih enggan menyapa pria bersurai gelap itu, sampai sekarang ia masih sehat, karena itulah Illarion Black akan terus berperang, bukan untuk menguasai, tapi lebih karena ia ingin segera mati di medan perang, dengan terhormat.
Mohon maaf ya atas ketelatan penulis dalam up cerita ini, dan terima kasih telah membaca. Dukung author dengan VOTE ya ^^
Illarion mengamati wanita yang dibawa oleh Mama Dora. Jujur saja Illarion tak ingat apa pun tentang gadis itu kecuali rambutnya berwarna ungu. 'Seperti manik mata Amanda.' Sejenak padangan Illarion berubah sedih melihat surai amethyst milik Kitty, sedangkan Hera menangkap tatapan itu seperti percikan rasa suka. 'Tatapan adikku melunak begitu melihat gadis ini.' Hera langsung menatap Mama Dora. "Siapkan kamar terbaik kalian, dan gadis itu kami akan menyewanya," perintah Hera sambil menunjuk Kitty dengan berjenggit. Sebenarnya putri kedua dari Raja Abraham itu tak ingin anak dari seorang pelacur seperti Kitty yang menjadi penerus kekuasaan di Anarka. Tapi Hera tak punya pilihan lain.
Melihat adik lain ibunya yang hanya berjalan dengan diam dan tatapan hampa, Hera tahu bahwa apa yang mereka lakukan tak berhasil. Sekarang mereka berdua sedang berjalan-jalan di sekitar desa kecil itu tanpa pengawalan. Tentu saja tampilan pria tinggi besar dengan wajah yang sangat tampan itu sangat menarik perhatian. Terlebih di sebelahnya wanita cantik dengan rambut abu-abu gelap terurai panjang. “Aku akan mengangkat seorang anak saja,” usul Illarion tiba-tiba dan langsung melipir menegur seorang anak yang melintas di hadapan mereka. Jika para orang dewasa akan terpesona kalau tidak terintimidasi dengan aura yang dimiliki Illarion Black. Maka pada anak kecil sosok Kaisar Hitam sangat… mengerikan. “Hai…,” sapa Illarion pada segerombolan anak kecil, dan lima dari enam anak kecil itu menangis meraung-raung, sisanya
Rahang pria bersurai hitam itu langsung mengeras. Dengan gerakan secepat kilat sekarang kedua tangan Illarion sudah berada di leher Yurigov. Leher besar bagai beton itu langsung memerah, hal itu memperlihatkan begitu kuatnya Kaisar Hitam mencengkram mantan Jenderal pasukan hitamnya itu.“Kau benar-benar ingin aku mengirimmu lebih cepat ke hadapan malaikat maut?” tanya Illarion begitu gusar mendengar rahasia besar yang Yurigov sembunyikan selama ini padanya.Pria gunung itu sama sekali tak melawan ketika Illarion mencekiknya. ‘Kematian dibawah tangan Kaisar Hitam jauh lebih terhormat daripada menghembuskan napas terakhir akibat sakit tua sialan ini.’ Yurigov menutup matanya, napasnya kian sesak dan terdengar sangat berat. Ia sudah bersiap menemui putrin
‘Di antara riuh rendah sorakan yang mengumpatku berasal dari kerumunan orang, bisik ajakan itu terdengar jelas sekali. Suara dari wanita yang sudah sangat aku kenal sekali.Salah satu bawahan Pangeran Hitam yang sangat pria itu percayai. “Aime!” panggilku sambil balas menggenggam tangannya. “Bagaimana keadaan Tuan?” tanyaku lagi, memastikan kesehatan Illarion Black lebih penting daripada diriku yang sekarang sedang menuju detik-detik kematian. Aku tak bisa melihat wajahnya, karena penutup kain hitam ini. Tapi aku tahu tangannya gemetaran, sangat gemetar. "Pangeran Hitam tidak apa-apa, ia baik-baik saja. Tapi Anda tak boleh menemuinya lagi,” jawabnya dengan cepat dan ter
“Yurigov tak tahu Amanda berada di mana. Tapi surat wasiat dari mendiang anaknya yang menggantikan hukuman mati itu mengatakan kalau ia meminta Amanda pergi dari jauh dari wilayah Kerajaan Anarka,” jelas Illarion sambil menyugar rambutnya. Beberapa butir salju jatuh di atas surai hitam kelam itu.Hera tertawa keras mendengarnya. “Dan gadis itu ada di mana? Seluruh Benua Selatan adalah milik Anarka sekarang, dengan kata lain penguasaan mu terhadap kerajaan-kerajaan lain malah menyingkirkannya dari tempatnya berada.”Illarion menghembuskan napas panjang.“Kau memang selalu menyusahkannya ya? Kau yakin ia benar-benar ingin bertemu denganmu? Kurasa kau hanya menambah penderitaannya saja,” cecar Hera sambil menyibak rambutnya. Cuaca dingin membuat bibir merahnya mulai membiru.
Tiga orang warga desa sedang menunggu di depan sebuah rumah sederhana di tengah hutan. Kediaman yang terpisah cukup jauh dari pemukiman lainnya di daerah itu. Walau begitu, tempat tinggal sederhana itu tak memiliki perbedaan mencolok dari lainnya di wilayah Artias. “Tunggulah sebentar kurasa aku masih punya bahan untuk meracik obat sakit sendi itu,” ujar Amanda setelah mendengar penuturan Mary tentang penyakit ayahnya. “Sebaiknya ayah mu mengurangi pergi ke pantai di malam hari, itu bisa memicu sakit sendinya,” jelas gadis bersurai perak itu. “Terima kasih!” ucap Mary penuh semangat. Sedangkan Jean dan Theresia, teman gadis itu mencoba melongok ke dalam kediaman Amanda. “Peter sedang mengambil kayu bakar di hutan,” jelas gadis bermanik ungu itu sudah mengerti maksud lain kedatangan gadis-gadis itu, selain m
“Tidak,” bohong Amanda.Peter tersenyum mendengarnya. “Biar kubantu, Amanda,” ujar Peter sambil mengambil keranjang yang berada di pelukan Amanda. Keranjang yang berisi rumput laut itu tak terlalu berat, tapi untuk gadis mungil seperti Amanda, ia terlihat kepayahan membawanya.“Ah! Peter, biar aku yang membawanya,” tolak Amanda sambil berusaha mengambil kembali keranjang di tangan Peter.Tapi Peter menarik keranjang itu lagi. “Bolehkah aku membantumu mengurangi bebanmu, Amanda?” tanya pria bersurai merah tembaga itu sambil tersenyum tulus. “Aku akan dengan senang hati memanjakanmu,” lanjutnya sambil berbisik pelan di telinga Amanda dan mengedipkan sebelah matanya.Wanita dengan manik amethyst itu langsung melang
Luka-luka lebam membiru di lengan Max dan bekas darah di pelipis bocah kecil itu baru saja mengering. Sebenarnya hal ini bukan terjadi sekali dua kali, tapi kerap kali setiap pulang sekolah pasti tubuh anak semata wayang Amanda itu selalu dipenuhi bekas pukulan dan tendangan. Namun, bocah kecil itu tak akan pernah menjelaskan itu penyebab semua itu terjadi pada dirinya. Ia akan hanya mengatakan seolah itu bukan hal yang penting. “Aku hanya berkelahi karena anak anak tak tahu sopan itu santun berkata kurang ajar, dan aku memenangkan semua pertarungan itu Bu!” ucap anak kecil itu dengan berani yang membuat hati Amanda semakin teriris. Tapi Amanda tahu persis penyebab semua itu terjadi, karena setiap penduduk di desa ini menyebutnya seperti itu. ‘Wanita jalang’ yang memiliki anak tanpa suami. Mereka memberitah
Awalnya aku selalu melihat ia seperti wanita yang dingin dan tak pernah tersenyum, ekspresinya selalu datar. Ia mirip sepertiku, kecuali satu hal. Gadis berkulit pucat itu selalu gemetar dan terlihat ketakutan. Manik matanya tak pernah benar-benar menatapku, ia selalu menatap kakiku. Entahlah mungkin sepatu kulitku lebih menarik ketimbang parasku, menurutnya. Tapi penampilan yang tak biasa itu cukup menarik perhatianku. Selanjutnya, kupikir untuk membunuh gadis itu secara perlahan. Menyiksanya dulu mungkin? Bagaimanapun ia adalah keluarga wanita iblis itu. “Ma-maaf.” “Maaf, Tuan…” “Maaf.” Itu ucapan yang sering ia lontarkan dari bibir merah cherry dengan tangan gemetar dan tubuh membungkuk. Hanya puncak kepalanya saja ya
“Aku hanya mengundang orang-orang yang terpilih saja untuk datang ke pesta ulang tahunku,” seru seorang anak gendut dengan leher berlipat. Nyaris seluruh anak di sekolah itu berharap diundang ke pesta cucu Duke Serafin, kakek Samuel yang terkenal kaya itu sangat memanjakan bocah gendut yang sekarang sedang berkacak pinggang dengan sombong. Tapi perhatian anak-anak di kantin dengan interior mewah itu langsung terpecah begitu melihat Maximiliam memasuki cafetaria yang menghubungkan asrama laki-laki dan perempuan itu. Beberapa gadis sedikit menjerit melihat kedatangannya. “Ck!” decak Samuel dengan raut muka tak suka. “Kau tak akan kuundang,” ujarnya sambil menunjuk Max yang melintas di depannya. “Aku juga tidak mengharapkannya,” jawab Max yang duduk meletakkan nampannya di sebelah Niana. Tawa pelan berbisik me
“Berkemaslah, kita langsung balik ke Ibu Kota,” perintah Illarion pada para anak buahnya yang masih masih tergeletak horizontal setelah dua hari menggempur pemberontak di wilayah perbatasan. Sebenarnya Kaisar Hitam enggan keluar dari Ibu Kota, atau lebih tepatnya meninggalkan Amanda. Permaisurinya itu ia tinggalkan setelah nyaris sebulan pernikahan mereka diakui publik. Tapi pemimpin pemberontakan kali ini jauh lebih cerdas dan kuat dibanding sebelumnya, karena itu Illarion Black turun tangan. Setelah Illarion masuk ke dalam tenda hitamnya, erangan pelan keluar dari mulut para prajurit itu. “Astaga Kaisar benar-benar manusia apa seorang monster? Tuan ingin kita segera balik ke ibu kota tanpa membiarkan kita bernapas terlebih dahulu,” keluh seorang prajurit yang baru saja kehilangan tiga gigi depannya karena perkelahian semalam.
Hai, perkenalkan saya penulis cerita ini dengan nama pena missingty.Terima kasih sudah mengikuti kisah Amanda White dan Illarion Black sejauh ini, dan yah, kita sudah berada di chapter terakhir kisah ‘Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam’. Terima kasih untuk support teman-teman pembaca semua, di note ini juga missingty ingin meminta maaf jika tulisan yang missingty buat jauh dari ekspektasi dan keinginan para pembaca sekalian.Sebagai permintaan maaf, mungkin diantara para pembaca masih ada merasa plothole yang mengganjal di novel online ini, atau mungkin penasaran dengan beberapa kisah yang tidak disebutkan di cerita ini. Silahkan komentar di bawah ya, mungkin nanti missingty akan buatkan bab epilog untuk itu.Sekali lagi terima kasih kepada akak-akak pembaca sekalian, salam sayang dari missingty. I* inspirasikuh.
Ekspresi menyedihkan yang Illarion tampilkan setelah mendengar perkataan Amanda itu membuat Karak kembali menggaungkan tawanya di ruang bawah tanah itu. “Karma! Kau dengar! Itu Karmamu Illarion!” ucap pria tua itu di sela sela tawanya yang tampak mengerikan.“Jangan tinggalkan aku lagi Amanda,” pinta Illarion terdengar lemah mengikuti langkah gadis itu menuju pintu.Amanda mempercepat langkahnya sembari berurai air mata. Perpisahan dan pergi sejauh mungkin dari Illarion Black adalah pikiran Amanda saat ini.“Galela!” teriak lelaki bertubuh tinggi besar yang hanya beberapa langkah dibelakangnya itu.Amanda menghentikan langkahnya mendengar Illarion mengeluarkan nama lain dari mulutnya.“Kau tak ingin memaksanya memintamu untuk kembali padaku kan Amanda?” tanya Illarion dengan suara lirih seakan penuh kesedihan, tapi tatapan mata dari iris kelam itu terlihat sangat dingin.“Apa maksudmu?” tanya Amanda mengabaikan asas kesopanan den
Mata ungu Amanda langsung terbelalak mendengar nama itu. Karak adalah nama pria yang meracuni Illarion saat pesta dansa di ulang tahun baginda Raja Abraham dahulu. Saat itulah mereka bertemu Galela dan Balton yang menyelamatkan Illarion dan memberikan penawar racun itu.‘Apa karena itu, Illarion menyiksa pria ini? Karena ia pernah diracuni olehnya?’“Kau sepertinya mengenalku?” tebak Karak sembari menyipitkan matanya. Rantai-rantai di punggungnya ikut berderak. “Ah kemampuanku memang luar biasa.”‘Aku tak perlu ikut campur hal ini, sebaiknya aku pergi saja.’“Hei, apa kau tak menyimpan dendam pada pria itu?”Amanda yang bersiap balik kembali menghentikan langkahnya. “Karena?”“Mengorbankanmu.”“Apa maksudmu?” tanya Amanda.Karak kembali terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Amanda. “Kau kira siapa yang meracuni Raja? Raja terdahulu.”“Ha?” gumam Amanda tampak bingung. ‘Selama ini aku memang penasar
Wajah Putri Hera langsung pucat pasi. “Tentu saja warna musim semi itu yang paling pas seperti warna daun yang berguguran,” ujar Amanda sambil tersenyum dan menepuk lengan kakak iparnya itu.“Ah iya ten-tentu saja,” balas Putri Hera dengan senyum kaku.“Kami membahas warna gaun yang pas di musim semi, Tuan.”“Oh,” gumam Illarion kemudian naik ke dalam kereta kuda itu. “Kakakku akan berhenti di Istana Utama, ia akan tinggal sementara waktu di sana untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita,” jelas Illarion pada Amanda.“Ah! Terima kasih, Putri Hera. Kuharap aku tidak merepotkanmu.”“Oh tentu saja tidak, aku senang akhirnya melakukan ini setelah sepuluh tahun menanti pernikahan kaisar,” balas Putri Hera tampak tertawa. Tapi hal itu malah membuat Amanda menautkan keningnya. ‘Kenapa Putri Hera terlihat sangat tidak nyaman di sebelah adiknya sendiri?’Akhirnya Amanda White dan Illarion Black sampai di is
Ancaman Illarion barusan membuat Putri Hera tercekat, matanya yang berkaca-kaca akibat tamparan di pipi barusan masih menatap tajam adik tirinya itu.“Tuan? Putri Hera?” panggilan lembut dari arah belakang Illarion Black memecahkan suasana tegang diantara dua kakak beradik lain ibu itu.Putri Hera langsung balik berlalu tanpa pamit pada Amanda sambil memegang pipinya yang memerah.“Putri Hera,” panggil Amanda pelan, kemudian balik menatap Illarion. “Putri tidak apa-apa?”Illarion kembali tersenyum manis dihadapan istrinya. “Ia tidak apa-apa, sepertinya kakakku terlalu mabuk di pesta dansa barusan.”Amanda menggumam pelan. “Aku akan membuatkan teh pereda pengar untuknya.”Namun, Illarion malah menggendong ala pengantin si gadis berkulit pucat yang sekarang mengenakan pakaian dengan warna senada rambutnya itu. Sama-sama merah muda.“Tak perlu, biarkan para pelayan yang mengurusnya. Malam ini kau hanya perlu mengurus diriku saja,” ti
‘Harusnya aku menyuruh orang untuk menjemputnya,’ batin Illarion sambil mencari-cari Amanda di antara ratusan tamu undangan yang hadir. Hingga lengkungan di wajahnya terbentuk lebar ketika melihat sosok berkulit seputih salju melewati pintu masuk utama aula tempat diadakan pesta dansa itu. Semua mata kembali mengikuti arah langkah Illarion Black sembari berdecak kagum melihat kesempurnaan fisik milik pemimpin pasukan paling mematikan di seantero Benua Hitam itu, hingga napas mereka tertahan ketika Kaisar Hitam berlutut di hadapan seorang wanita. “Siapa dia?” “Kudengar ia putri Duke Gree, bukannya ia sakit-sakitan dan memiliki anak diluar nikah?” Pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir dalam nada rendah tak berani meny