“Saya Abdullah, Om. Kebetulan saya ketua kelas IX-J. Mohon maaf, saya menjenguk Farah mewakili teman-teman. Ya … teman-teman. Kebetulan wali kelas belum bisa jenguk soalnya beliau juga sakit.”Yusuf tak kehabisan akal memberikan seribu alasan pada pria berwajah dingin di depannya. Bagaimanapun caranya, ia harus bertemu Farah hari itu. Lautan akan disebrangi. Gunung akan didaki. Darren Dash akan dibuat mengerti. Begitulah Yusuf yang tak mengenal menyerah.‘Ternyata Om Darren gak kenal aku,’ batin Yusuf.Dalam hitungan tahun Yusuf mengalami perubahan secara fisik untuk anak remaja sehingga tak dikenali Darren Dash. Tubuhnya terlihat tinggi untuk anak seusianya. Pun, suaranya mulai membesar sehingga terdengar deep voice khas anak remaja lelaki. Selain itu karena Yusuf masih keturunan Mesir sehingga rambutnya tampak tebal untuk ukuran anak lelaki. Sialnya, penampilan fisiknya lebih terlihat seperti anak SMA ketimbang anak SMP.Darren Dash terlihat menaikkan alisnya sebelah lalu berkata,
“Bagaimana kau bersedia menjadi pacarku?” Seorang remaja lelaki berwajah oriental menembak seorang anak gadis di taman sekolah. Ia duduk bersimpuh dengan satu kaki menekuk di rerumputan. Ke dua tangannya memegang setangkai bunga dan satu batang coklat.“Sorry gak bisa!!” jawab anak gadis itu dengan tegas dan tanpa tedeng aling-aling. Ia mendengus kasar lalu memalingkan wajahnya dari anak lelaki di hadapannya. Bagaimana bisa anak lelaki yang dulu seringkali jahil padanya tiba-tiba mengatakan cinta.‘Aneh! Kepala anak itu sepertinya kejedot tiang bendera.’“Kenapa kau menolakku? Apa kau masih marah padaku? Kalau kau masih marah padaku, aku minta maaf. Sungguh, aku menyukaimu dari dulu. Hanya saja, aku … caraku mendekatimu memang tak biasa.”Anak remaja tampan itu mendekati gadis itu yang terlihat kesal.Mendengar kata-kata remaja lelaki itu membuat si gadis memutar lehernya dan menatap wajahnya.“Sadar diri rupanya!” ocehnya dengan menaikkan sebelah alisnya.“Forgive me and give me a c
Saat ini ke tiga pria dewasa tengah mendengar cerita kepala sekolah panjang lebar di ruangannya tentang perilaku anak-anak mereka yang telah membuat kegaduhan. Sementara itu, anak-anak mereka berada di ruang BK dengan harap-harap cemas. Jika kepala sekolah tengah menceramahi ke tiga wali siswa. Maka guru BK tengah menceramahi ke tiga siswa tersebut.Satu-satunya cara untuk membuktikan siapa yang berkata benar dan salah, kepala sekolah memanggil saksi mata dan melihat rekaman CCTV yang rupanya terpasang di taman sekolah itu berdekatan dengan lampu taman.Ke tiga remaja itu tidak menyadari akan sosok alat monitoring yang terpasang di sana. Kepala sekolah juga tidak ingin gegabah menghukum siswa yang membuat kegaduhan itu.Sempat terjadi ketegangan di antara ke tiga pria dewasa itu ketika mereka mempertanyakan tindakan kepala sekolah yang memanggil mereka ke sana. Masing-masing orang tua tidak percaya akan sikap anak-anak mereka yang biasa menjadi anak baik lalu berubah menjadi anak yang
Sepanjang perjalanan menuju pulang, Yusuf memilih diam tak bersuara. Ia sungguh merasa sangat bersalah kepada ke dua orang tuanya. Ia telah melakukan kesalahan fatal yang menyebabkan sang ayah yang begitu dihormatinya harus menyempatkan waktu sibuknya ke sekolah karena kasus yang diperbuatnya.Attar pun tak berniat membahas perilaku putranya yang impulsif saat ini. Ia membiarkan putranya menyesali perbuatannya dengan cara mendiamkannya.Hingga tak terasa mobil Hummer berwarna hitam mengkilap itu berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah.Attar lebih dulu turun dari mobil kemudian Yusuf mengekori langkahnya. Ia berjalan di belakang sang ayah dengan mencangklongkan tas ranselnya ke balik punggungnya.Maesarah menyambut kepulangan suami dan putra sulungnya dengan senyum yang mengembang seperti biasa. Ia menyalami suami lalu menerima uluran tangan putranya yang menyalaminya.“Mas, mau mandi atau makan dulu?” tawar Maesarah mengambil jaket yang dilepas Attar. Attar duduk di atas sofa ruan
“Grandma!!”Dari kejauhan seorang gadis periang berlari menuju neneknya yang sedang berdiri dengan wajah tegang.“Farah, di mana yang lain? Grandma sudah menunggu kalian dari tadi. Seketika raut wajah Kinanti berubah ceria tatkala mendapat pelukan cucunya. Ia mencium cucunya dengan gemas. “Farah kok jadi kurus sih,”“Mbak Farah baru sembuh, Grandma. Sekarang pemulihan tapi Mbak Farah makannya jelek.”Asyraf menyusul menghampiri Kinan. Lalu di belakang mereka muncul dua anak lelaki tampan lainnya. Farrel dan Daffa menghambur memeluk nenek mereka.“Kata Ayah, ada Sally and Uncle Daniel?” tanya Farrel tak sabar ingin bertemu dengan om dan tantenya.“Ada, Sayang! Masuklah! Bangunin juga Grandpa sekalian. Grandpa pasti langsung sehat melihat kalian datang.”Kinanti mengusap satu per satu kepala cucunya bergantian.“Di mana Dipta, Grandma?” tanya Farah menatap sebuah bola yang menggelinding tepat ke arah kakinya. Sebuah bola sepak yang sudah kotor dengan lumpur.Seorang bocah lelaki tertawa
Cahaya keemasan menjilat-jilat kayu bakar hingga berubah menjadi arang. Aroma malam dan abu yang hangus menguap dan menyatu di sebuah pekarangan yang luas dengan hamparan rumput gajah yang membentang bak permadani.Sebuah keluarga harmoni tampak sedang berkumpul mengelilingi api unggun yang menyala benderang di tengahnya. Mereka duduk berpasang-pasangan.Nuha, wanita berhati lembut itu tengah menekurkan kepalanya pada pundak suaminya. Setelah beberapa jam yang lalu, sedikit perseteruan di antara mereka, mereka kembali berdamai. Nuha bersedia mengikuti suaminya menyusul anak-anak mereka menginap di mansion Jonathan. Kini mereka tampak seperti pasangan normal yang akur.Tangan Darren menggenggam tangan istrinya erat. Seolah tak mengijinkannya beranjak sedikitpun dari sisinya. Perasaan bersalah masih menyusup di dalam hatinya. Ia merasa seperti orang yang bodoh karena cemburu pada masa lalu istrinya. Padahal ia sendiri yang telah merebutnya dari mantan kekasihnya seandainya ia ingat akan
“Ayah, kenapa membenci Yusuf? Yusuf tidak berbuat salah padaku.”Sedari tadi Farah merasa gatal untuk bertanya pada ayahnya ketika melihat sikap ayahnya yang terlihat tidak senang saat melihat Yusuf berjalan bersamanya.Tangan Darren semakin mencengkram stir mobil yang dikemudikannya tatkala ia mendengar keluhan putrinya. Ia mengatur nafasnya pelan.“Mbak Farah, kata siapa Ayah benci sama anak itu? Mbak Farah jangan ngarang dan suudzon sama Ayah,” tukas Darren dengan tenang. Setelah ia berpikir ulang ia harus bisa menahan diri agar tidak memperlihatkan amarah itu di depan Farah. Farah anak yang kritis, mungkin ia akan mencari tahu mengapa dirinya sampai membenci Attar dan putra sulungnya. Jika anak-anaknya sampai mengetahuinya maka tindakan cerobohnya akan membuka luka lama.Di bangku ke dua, Asyraf dan Farrel saling lirik namun mereka tidak berkomentar. Mereka tidak terlalu ambil pusing.“Mbak Farah kalau bisa tidak terlalu dekat dengan anak lelaki, Baby!” imbuh Darren hati-hati.Mend
“Tante siapa?”Nuha menoleh pada putranya setelah mendengar celotehannya.Glek,Darren Dash menelan es krim yang kini tak terasa manis. Es krim rasa coklat yang berpadu dengan stroberi itu menjadi kecut, asam, pahit, hambar dan segala hal yang tak menyenangkan.Semoga Farrel tidak mengadu yang tidak-tidak. Toh, ia juga tak terlalu merespon mantannya. Hanya, sebuah kebetulan mereka bisa berpapasan di kedai es krim setelah sekian lama.Nuha mengambil sejumput tisu lalu mengusap bibirnya yang basàh terkena lumeran coklat berasal dari es krim. Ditaruhnya cup berisi es krim yang belum selesai dimakannya di atas meja. Tatapannya tertuju pada wajah Farrel. Tatapan elang yang seakan mencari tahu. Di antara ke empat anaknya, Farrel dan Daffa paling banyak bicara.Di sisi lain, Farah dan Asyraf saling lirik penuh arti. Mereka mempertanyakan reaksi ayah dan ibunya yang tampak terkejut setelah mendengar nama Tania.Siapakah Tante cantik itu? Jika hanya teman kuliah atau teman sekolah mungkin rea