Nuha tak bisa tidur karena merasa gelisah padahal seharian dia beraktifitas di kampus. Seharusnya dia merasa letih dan bisa tidur dengan lelap. Nuha adalah sosok pemikir sehingga selalu memikirkan banyak hal. Otaknya seperti sebuah layar yang menampilkan sejumlah memori satu per satu.Di antaranya fakta tentang Darren Dash yang ternyata bukan orang jahat. Nuha pernah menonton film yang mengisahkan tentang seseorang yang dijebak dengan diberi minuman yang berisi obat perangsang maka orang itu akan tak sadarkan diri karena berada dalam pengaruh obat tersebut. Darren Dash di sini bisa jadi korban pula yang dimanfaatkan oleh adik durhakanya.Nuha mulai berpikir jernih.Biasanya kakak-beradik itu memiliki karakter yang mirip. Namun apa yang Nuha lihat mereka terlihat berbeda. Yang satu dewasa dan mandiri sedangkan yang satu lagi kenakan-kanakkan, urakan dan bad boy.Yang membuat Nuha merasa tersentuh ialah saat mengetahui bahwa Darren Dash mengubah keyakinannya demi bisa bertanggung jawab
______________Aruni merasa sangat menyesal karena telah menampar wajah Salwa. Salwa pergi ke kamarnya dan mengurung diri di sana. Dia terisak dan sangat kesal dengan sikap ibunya yang reaksioner. Dia tak sepenuhnya benar dan salah. Dia mungkin terlalu berani dan bersikap lancang, tak bisa menjaga adab saat berbicara dengan sang ibu.Aruni tak kalah kecewa padanya.Aruni duduk di ruang tamu dengan tatapan kosong. “Maafkan Ummi, Nak,” lirih Aruni. Karena terbawa emosi, Aruni menampar wajah putrinya, padahal sebelumnya dia tak pernah melakukan hal sebar-bar itu pada semua anak-anaknya.Aruni membiarkan Salwa merenungi kesalahannya di mana dia dengan begitu mudah berasumsi berdasarkan kenyataan yang dia sendiri tidak tahu. Lalu dia menyalahkan sang ibu atas semua yang terjadi pada sang kakak.Salah Aruni yang senantiasa menutupi rahasia masa lalu.Aruni masih mengingat jelas peristiwa yang dia alami dulu. Namun karena rasa trauma yang begitu mendalam sehingga membuatnya memilih bungkam
Ke tiga pemuda yang tengah berada di ruang tamu menatap kedatangan Darren dan Nuha secara bergantian.“Wow! Selamat malam kakak ipar!” seru Daniel Dash saat menyadari kehadiran sang kakak yang diikuti oleh Nuha di belakangnya. Dia tersenyum miring menatap tajam gadis itu.Di antara ke tiga pemuda tersebut hanya Huda yang merasa iba pada Nuha. Dia merasa sangat menyesal apa yang terjadi padanya. Beruntung dia tidak ikut meniduri gadis itu karena saat malam itu teman mereka mengalami kecelakaan hingga mereka mengurungkan niat mereka.Huda ingin meminta maaf atas apa yang terjadi pada Nuha. Namun dia sungkan karena Nuha pasti tidak akan pernah memaafkannya. Adapun Romi bersikap biasa saja, merasa bukan sebuah dosa mengerjai gadis itu. Mereka bertindak sesuka hati sebab dalam kondisi setengah sadar, mereka ada dalam pengaruh obat-obatan.Saat mendengar sapaan Daniel Dash, Darren Dash langsung menggeser tubuhnya yang tinggi besar, menghalangi keberadaan Nuha yang berada tak jauh dari sisi
Setelah pertemuan pertama dengan sang menantu, Kinan merenung semalaman. Sebenarnya apa rencana Daniel untuk gadis itu dan untuk kakaknya.Daniel pernah mengatakan dia menyukai seorang gadis. Namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Apakah Nuha gadis yang dia maksud? Menurut kabar yang tersebar dari mulut besar teman-temannya, Daniel terlihat tergila-gila pada gadis muslim yang seorang mahasiswi aktif di kampus. Mariyam Nuha namanya. Siapa lagi kalau bukan gadis yang diperistri oleh putra sulungnya.Di antara gadis-gadis yang dibawa padanya dan diperkenalkan padanya sebagai teman dekat, mungkin Nuha adalah gadis yang paling berbeda di mata Daniel.Cantik tak usah ditanya. Dia berbeda karena seorang perempuan agamis.Lantas mengapa Daniel membiarkan kakaknya yang menikahinya?Cinta seperti apa yang dimaksud Daniel pada gadis itu. Kinan mulai curiga dengan sikap Daniel yang seperti memiliki sifat yang sulit ditebak.Masuk akal jika Daniel menjebak sang kakak sebab dirinya pun mengiyakan
_______________Dengan sabar dan telaten Darren mengolesi ke dua telapak tangan Nuha dengan salep khusus untuk luka bakar. Perih dan panas menyatu. Lalu dia membalutnya dengan perban. Nuha terpaksa menerima bantuannya meskipun dalam hati merasa tak rela sebab dia menyentuh tangannya. Darurat.Nuha tak bisa melakukan aktifitas dulu beberapa waktu. Beruntung cepat ditangani sehingga kulit tangannya tak sampai melepuh. Hanya saja untuk tetap menjaga area luka yang terkena air panas maka dibalut perban untuk melembabkan.“Makasih,” cetus Nuha membuat jari jemari Darren berhenti saat melilitkan perban.Nuha berterima kasih pada Darren, murni karena dia sudah menolongnya.“Kau harus istirahat. Nanti juga sembuh soalnya sudah keburu dikasih salep. Kalau butuh apa-apa katakan saja padaku! Aku suamimu!” tekan Darren tanpa canggung, seolah memerintah. Dia harus meyakinkan Nuha bahwa dia serius dengan perkataannya dan janji sucinya pada Tuhan dalam bahtera pernikahan. Darren serius soal menjad
Pagi buta saat fajar baru saja menyingsing di ufuk timur, saat kokok ayam masih terdengar bersahutan dengan bunyi keloneng sapi yang meminta makan, Aruni sudah siap dengan setelah petani, memakai kaos berlapis-lapis sebab udara masih terasa dingin bahkan membuat bulu-bulu di sekujur tubuh berdiri. Meskipun demikian cuaca dingin takkan mampu mematahkan semangat Aruni untuk pergi ke kebun dan ladang miliknya.Berbekal peralatan panen seperti pisau stek, waring sayur dan topi laken yang ditaruh di belakang mobil pickup andalannya, Aruni membuka pintu mobil tersebut yang mengeluarkan derit menjerit saat terdengar, memanaskan mesinnya dan siap-siap berangkat ke kebun yang berada cukup jauh dari rumahnya tetapi masih satu arah dengan lokasi sekolah ke dua anaknya, yang terletak tak begitu berjauhan, berjarak kurang lebih dua kilo meter dari sana.Beberapa kali bunyi klakson memekik, pertanda sebuah seruan untuk memanggil anak-anaknya untuk bergegas ke sekolah. Dari kejauhan tampak Rasyid be
Di sebuah lobi hotel bintang lima, usai acara rapat dengan para investor, Darren Dash tengah duduk dengan gelisah karena telah meninggalkan Nuha. Baru sehari dia merasa tak tenang dan ingin segera pulang melihat kondisinya. Apalagi saat mendengar jika ke dua orang tuanya tak ada di rumah. Dia kepikiran soal teror yang mengusik Nuha. Mungkin Nuha tidak sadar akan teror yang membahayakan tersebut, pikirnya. Darren rutin mengecek rekaman CCTV melalui ponsel pintarnya untuk memastikan Daniel tidak berbuat ulah pada Nuha. Sejauh ini hasil rekaman CCTV tidak menunjukan sama sekali tindakan Daniel yang mengarah ke sana. Namun perasaannya tetap gelisah, seolah ada ikatan batin yang terhubung di antara dirinya dan Nuha.Hujan turun dengan lebat secara merata. Namun Darren tetap ingin pulang. Jodi yang melihat tuannya gelisah menghampirinya.“Pak Darren ada apa?” tanya Jodi melihat seraut wajah Darren dengan penuh tanda tanya. “Saya akan pulang sekarang,” sahut Darren dengan menatap ke arah
Darren sontak terkejut mendengar perkataan Kinan yang mengira jika Darren dan Nuha telah melakukan hubungan layaknya sepasang suami istri. “Mom …”Darren menggeleng pelan dan meringis. Jangankan melakukan hal sesakral tersebut, untuk sekedar berbincang saja Nuha merasa enggan. Bagaimana bisa Kinan berpikir sejauh itu. Kinan tidak mengetahui ihwal trauma yang diderita Nuha. Bagaimana Nuha bisa menerima semua itu saat hati dan pikirannya dihantui rasa takut.“Ah, iya, Nak, tak apa. Wajar ‘kan kalian suami istri,” tukas Kinan sembari tersenyum. Namun Darren malah mengernyitkan dahinya. “Mom, aku berpakaian dulu ya,” Darren menutup pintu kamar lalu memutar kepalanya menengok ke belakang di mana Nuha sedang bersembunyi di balik selimut, memeluk tubuhnya sendiri.Nuha tengah diselimuti rasa takut bercampur was-was. Dia takut sekali karena satu kamar dengan Darren. Darren meminta haknya sebagai seorang suami. Terlihat kini Darren bahkan berani telanjang dada di hadapannya.Adalah hal yang
Setahun kemudian,Yusuf dan Farah kini sudah tinggal terpisah dari keluarganya masing-masing. Sebagai seorang suami yang bertanggung jawab, Yusuf membangun sebuah rumah mewah untuk istrinya. Tak kalah mewah dengan rumah keluarga istrinya.Karena Yusuf seorang yang paham agama sehingga ia meyakini bahwa ia harus memberikan yang terbaik untuk istrinya. Bahkan ia memberikan nafkah terbaik, lebih baik dari apa yang istrinya dapatkan dari ayahnya. Yusuf bekerja keras di perusahaan sang ayah. Ia juga menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di akhir pekan untuk mengamalkan ilmunya dalam ilmu Quran dan hadist. Selain itu, pemuda tampan itu membuat buku dan banyak melakukan seminar dan workshop sebagai seorang penulis dan pendidik.Malam itu, Yusuf pulang terlambat ke rumah. Tepat pukul sembilan malam, ia baru saja memarkirkan kendaraan SUV miliknya di halaman rumahnya yang sangat asri.Rumah itu dibangun di atas lahan hektaran. Pemuda yang visioner itu ingin kelak memiliki banyak
Perlahan, Yusuf pun melepas jilbab Farah dan tersenyum menatapnya. Tangannya dengan lembut melepas ikatan rambut Farah hingga membuat rambutnya terburai. Rambutnya yang hitam nan panjang mencuri atensinya.Tanpa sàdar, Yusuf merengkuh sejumput rambutnya yang halus kemudian menciumnya seraya memejamkan matanya. Farah menatap suaminya dengan tatapan penuh damba. Pemuda tampan itu kita sudah menjadi miliknya seutuhnya.“Yusuf, aku mau mandi,” ucap Farah dengan gugup. Berdekatan dengan Yusuf sungguh membuat tubuhnya panas dingin. Ia butuh waktu untuk beradaptasi dengan suaminya.“Tentu, Sayang,” jawab Yusuf sembari berdiri. Pemuda tampan itu berjalan menuju lemari dan mengambil handuk. Kemudian ia menoleh ke arah Farah yang masih sibuk merapikan aksesoris pengàntin. “Sayang, ini handuknya. Aku taruh di atas nakas.”Dipanggil dengan sebutan sayang, Farah semakin salah tingkah. Ia lantas berpikir nama panggilan untuk suaminya. “Yusuf, aku harus memanggilmu apa? Hum, meskipun kita seumuran, k
Sebulan berlalu. Persiapan pernikahan Farah dan Yusuf sudah rampung. Hari bahagia yang dinantikan itu telah tiba. Setelah melewati berbagai macam ujian dan rintangan dalam kisah cinta mereka, akhirnya, Farah dan Yusuf bisa bersanding di sebuah tempat yang sakral dan suci.Pagi itu, pukul 09.00 WIB Farah dan Yusuf akan melangsungkan akad walimah yang diadakan di ballroom salah satu hotel bintang lima milik sang ayah. Di pelaminan, Yusuf dan sang ayah—Attar serta pamannya sudah bergabung dengan keluarga inti pihak perempuan; Darren Dash, Jonathan Dash yang kini sudah duduk di kursi roda, Naufal Alatas, Daniel Dash, penghulu, dan saksi. Di tempat yang berbeda Farah ditemani sang ibu dan keluarga perempuannya menunggu detik demi detik acara yang sakral itu dimulai. Pernikahan diadakan secara syariat di mana pihak lelaki dan perempuan dipisah.Suara microphone mulai menggema. Seorang MC mulai mengarahkan acara hingga tibalah waktunya Yusuf mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lantang. Set
Darren mendapat telepon dari asistennya yang mengatakan bahwa putrinya mengendarakan mobil mewahnya dengan sangat cepat menuju pantai. Ia terkejut mendengarnya dan langsung berniat menyusul putrinya. Ia memiliki firasat buruk. Semenjak pagi ia merasa tak enak hati. Ia terus memikirkan putrinya.Tak biasanya putrinya pergi bepergian jauh tanpa mengabarinya. Terdengar aneh bukan!Darren Dash semakin tersulut emosi saat ia berada di jalan menuju pantai yang biasa putrinya kunjungi, ia melihat mobil Yusuf berada di depannya. Tak lain tak bukan, pemuda itu juga terlihat akan pergi ke pantai. Bahkan ia melajukan kendaraannya dengan sangat cepat. Sisi lain, Darren Dash memilih memelankan laju kendaraannya karena ingin tahu apa yang mereka lakukan di pantai berduaan. Tak bisa dibiarkan! Farah sudah keterlaluan.Darren berzikir untuk mengendalikan emosinya. Ia pun melihat mobil milik Yusuf sudah terparkir di area parkir yang luas area pantai. Pria dewasa itu terus melangkahkan kakinya, berjal
Setelah kejadian kecelakaan tadi, Yusuf tergesa-gesa mengejar kembali Farah meskipun kendaraannya ketinggalan jauh. Pemuda itu hanya mengkhawatirkan kondisi gadis itu yang tengah kalut. Kabar tentang cerita masa lalu ke dua orang tuanya sungguh melukai batinnya. Saat ini gadis bermanik hazel itu belum menerima fakta mengejutkan itu.“Argh! Farah jangan bertindak bodoh!” geram Yusuf usai membanting ponselnya hingga terbanting ke atas kursi. Beruntung, ponsel itu tidak jatuh ke kolong kursi mobil.Nomor telepon Farah tidaklah aktif. Yusuf hanya bisa menghela nafas berat mengingat karakter Farah yang memang keras kepala.“Allah, lindungilah Farah. Amin,” gumam Yusuf tak henti-hentinya berzikir. Yusuf mengedarkan pandangannya mencari mobil putih milik Farah. Sial, di jalan yang dilewatinya ada banyak mobil putih namun bukan mobil Farah barang tentu. Mobil Farah termasuk mobil mewah.Yusuf pun menepikan mobilnya menuju pom bensin terdekat. Ia akan mengisi bahan bakar terlebih dahulu untuk
Semua orang yang berada di cafe panik saat melihat adegan yang terjadi di antara Farah dan Elia.Tanpa belas kasih, Elia mengambil cangkir kopi dari nampan—yang dibawa pelayan kemudian menumpahkannya pada wajah Farah dengan gerakan yang sangat cepat.Namun, sebuah pertolongan datang. Dengan gerakan yang lihai dan gesit, sosok pemuda tampan maju, berusaha melindungi Farah. Ia memeluk Farah. Meski tidak benar-benar memeluk karena ke dua tangannya tidak menyentuh tubuh gadis itu.Farah hanya memejamkan matanya reflek saat air cipratan itu mengenai pipinya. Namun saat ia membelakan matanya, ia tersentak kaget, karena Yusuf berada di sana melindunginya dari aksi keji Elia. Kini punggung Yusuf yang terkena cipratan kopi yang panas itu.“Yusuf,” imbuh Farah dengan berurai air mata. Entahlah, perasaan Farah berkecamuk. Cerita dari bibir Elia tentang ayahnya dan menatap Yusuf yang selalu saja menjadi garda terdepan dalam menolongnya, membuat lelehan air mata terus menerus menetes.Tatapan Yusuf
Di sebuah ruang keluarga bernuansa mewah, terlihat sepasang suami dan istri yang sedang duduk berdua sembari menikmati tontonan chanel luar negeri—yang tengah menampilkan sebuah destinasi wisata di Eropa.“Mas, indah sekali ya? Aku pengen jalan-jalan lagi sekeluarga. Berkeliling Eropa dan menikmati musim semi yang indah di sana.”Nuha mengungkapkan keinginannya saat tatapannya tertuju pada colosseum Roma yang berdiri pongah.Darren hanya mengangguk pelan. Meskipun raganya berada di sana, namun pikiran Darren terseret pada memori-memori kelam nan buruk yang seringkali menghantuinya.“Mas, ini salad buah yang diminta,” ucap Nuha pada suaminya ketika ART menaruh semangkuk salad untuk menemani waktu rehat mereka. Darren pun melirik pada mangkuk salad kemudian ia berusaha mengambilnya.PrangTiba-tiba saja Darren menjatuhkan mangkuk salad buah itu. Namun dengan sigap, ART sudah langsung membereskan kekacauan yang ada. “Mas, kenapa?”Nuha terkejut saat melihat suaminya yang tampak syok dan
Dua orang wanita cantik berbeda usia sedang mengobrol di sebuah cafe. Suasana terasa tegang saat wanita berusia kepala lima itu mulai bercerita. Sebetulnya, wanita itu enggan bertemu dengannya setelah apa yang terjadi. Namun karena gadis muda itu bersikukuh akhirnya mau tak mau ia pun mengiyakan permintàan.Di sinilah mereka berada. Sebuah rooftop yang terletak di lantai dua sebuah kafe kopi yang berada tak jauh dari rumah sakit di mana gadis itu bertugas.Mereka adalah Farah dan Maesarah. “Jadi … Om Attar itu mantan tunangannya ibuku?”Farah pun menimpali cerita yang baru saja ibunya Yusuf katakan. Gadis bermanik hazel itu bertanya sekedar untuk mengkonfirmasi.Malam itu, Farah tak sengaja mendengar percakapan yang terjadi di antara ibunya dan tantenya. Namun percakapan itu hanya sekilas sehingga ia dilanda penasaran.Jika Farah bertanya pada mereka, ia yakin mereka tidak akan memberikan jawaban apapun yang memuaskan hatinya.Oleh karena itu, Farah berinisiatif bertanya langsung pad
“Mas kenapa sih? Bete begitu!” beo Daniel pada sang kakak yang sedari tadi terlihat tidak fokus dalam bekerja. Daniel Dash sengaja datang ke kantor kakaknya, membawa sejumlah kontrak kerja hingga menjelaskan laporan soal saham perusahaan. Namun Darren Dash hanya terdiam dengan tatapan yang kosong mirip orang kesambet setan.Lama kelamaan Daniel mulai jenuh melihat respon kakaknya—yang seakan tidak menghargai usaha dirinya. Padahal ia sangat sibuk. Namun demi menyampaikan amanat perusahaan ia mengunjungi kantor pusat PT Jonathan Dash Group. “Mas Darren aku pamit pulang! Lain kali saja aku melapor,” ucap Daniel Dash kemudian membereskan berkas penting perusahaan dan memasukannya kembali ke dalam tas miliknya.“Tunggu! Apa? Kau bahas apa tadi? Sorry, Mas lagi banyak pikiran, jadi gak fokus,” imbuh Darren mengklarifikasi. Seharusnya, Darren juga bisa menahan diri untuk tidak melamun saat jam kerja. Namun siang itu seperti siang sebelumnya, ia masih kepikiran soal omongan Attar dan sikap