Keesokan harinya, Nuha terbangun dan sudah bersedia sarapan yang disediakan oleh perawat. Kondisi lambungnya sudah membaik. Nuha merasa lega saat bangun karena pemuda yang menjadi suami sudah tidak berada di sana, di sofa. Semalam Nuha merasa sedikit terenyuh melihat niat baik suami yang bersedia menungguinya. Namun tatkala ingatannya tersedot pada peristiwa malam itu, amarah Nuha kembali membara. Apa yang dilakukan Darren tak ada apa-apanya dibanding penderitaan Nuha. Darren seharusnya mendekam di penjara. Pukul delapan pagi, seseorang bertamu. Nuha terkejut kedatangan tamunya secara tiba-tiba. “Halo, assalamualaikum, Mbak Nuha!” seru Bik Sumi dengan menyunggingkan senyum hangat pada Nuha, masih berdiri di ambang pintu dengan menjinjing dua tas besar; pakaian dan makanan. “Bik Sum? Ngapain kemari?” Nuha menyahut tanpa menyembunyikan perasaan senangnya dibesuk oleh seseorang. Sebenarnya dia ingin dibesuk oleh Aruni. Sayang, dia tidak tahu cara menyampaikan keinginannya pada D
___________ Sudah tiga hari Nuha dirawat di rumah sakit. Dan, selama itu Darren menginap di sana untuk menjaganya. Kendati Nuha mendiamkannya, dia tetap bersikukuh melakukannya meskipun ada perawat yang dengan sigap menjaganya setiap hari. Darren khawatir Daniel datang tiba-tiba mengganggu Nuha. Dia teringat peristiwa saat di kampus, tak segan Daniel melayangkan tamparan pada Nuha. Setiap malam Darren datang saat Nuha sudah terlelap tidur dan dia berjaga hingga dini hari. Nuha seringkali bangun karena kehausan dan muntah tiba-tiba. Darren berusaha membantunya. Awalnya Nuha menolak tetapi lama kelamaan dia sudah terbiasa saat menerima segelas air hangat dari tangannya dan memakan makanan yang dibawanya. Alasannya Nuha ingin segera sembuh dan tak ingin melihat Darren lagi berada di sisinya. Setiap pagi Darren pulang ke kediamannya dan pergi ke kantor siang hari. Seperti itulah kebiasaan Darren saat Nuha menjalani perawatan di rumah sakit. Nuha kini telah pulang dari rumah sakit kare
Ch-27Rindu tak bertuan_______________________________Darren menatap sebuah rumah kayu bergaya rustic agak lama sebelum kembali ke kediamannya. Halaman rumah tersebut begitu minim pencahayaan. Menambah beberapa lampu string di sana dan sofa akan membuat suasana rumah tersebut lebih hangat dan nyaman. Sebuah hammock bisa dipasang di antara pepohonan.Darren merasa ingin sekali menjejakkan kakinya, singgah di rumah itu, menemui gadis yang belakangan senantiasa mengusik batinnya. Melihat wajahnya kendati hanya sebentar saja. Namun perasaannya seakan runtuh tergantikan logikanya yang menuntunnya untuk pulang. Tak mungkin dia bertamu saat tengah malam di saat penghuni rumah tengah terlelap, seolah tak tahu adab.Sementara itu Nuha mengintip di antara sela-sela jendela berterali besi, mengedarkan pandangannya menuju halaman rumah yang luas dipenuhi aneka tanaman dan pepohonan. Entah mengapa dia merasakan kehadiran seseorang di luar sana.Kemudian Nuha menutup jendela kamar yang terbuka te
Jika seseorang bertanya mengapa Darren menjemput Nuha. Itu karena rasa rindu yang mulai bertunas di pelataran hatinya. Darren sadar tak mudah menyentuh hati seorang Nuha atas semua yang terjadi. Sebagai langkah awal Darren hanya ingin menebus kesalahannya, memperoleh maaf darinya. Jika takdir indah singgah dalam perjalanan bolehkah Darren mengharap hatinya pula.Selain kehilangan kehormatannya, Nuha harus patah hati sebab tidak jadi menikah dengan kekasihnya. Barangkali itu sudah cukup mewakili kemarahan dan kebencian Nuha padanya.Darren yang melihat Nuha kesulitan meraih jemuran yang tersangkut buru-buru menghampirinya tanpa suara dan menyambar dengan begitu mudahnya kaos milik Rasyid.Sontak, Nuha menoleh karena terkejut untuk melihat siapa orang yang membantunya. Kepalanya terbentur pada dada suami. Postur tubuh Nuha hanya sebatas dada Darren.Di mata Darren Nuha adalah seorang gadis kecil dengan keberanian yang luar biasa besar. Darren melihat pertama kalinya Nuha mengikuti demo.
Tengah malam saat semua orang telah terlelap dalam mimpi, Daniel dalam keadaan mabuk berat berjalan sempoyongan menuju kamarnya di lantai dua. Dia kesulitan hanya untuk berjalan menuju pintu lift.Melihat tuan mudanya kesulitan menekan tombol lift, seorang pelayan yang masih muda mendekatinya, bermaksud membantunya. Biasanya Bik Sumi yang bertugas untuk mengawasi putra bungsu majikannya, mengurus segala kebutuhannya sebab dia anak yang sangat manja.Namun malam ini Bik Sumi tidur lebih awal karena rasa letih mengurus segala pekerjaan rumah.“Mas Daniel, biar saya bantu,” ucap seorang pelayan mendekatinya, berupaya menawarkan bantuan. Dia mengukir senyum terbaiknya.Daniel menoleh dengan tersenyum miring. “Pelayan baru? Berapa umurmu?” Daniel terpaku pada wajah gadis berambut pendek yang bertubuh mungil tersebut.Gadis itu hanya manggut-manggut dan menundukan pandangannya sebab merasa malu mendapatkan tatapan intens dari tuan mudanya, yang rupawan pula. Wajahnya mirip karakter salah s
“Aduh, maaf Ummi tidak tahu jika Pak Darren datang. Katanya sakit ya,” Aruni mencoba berbasa-basi pada menantunya. Aruni pulang bersama Salwa dan Rasyid pada siang hari. Kini mereka berbincang di ruang tamu meskipun agak sedikit canggung sebab baik Aruni maupun Darren masih baru saling mengenal dan tak tahu topik apa yang mesti dibahas di antara mertua dan menantunya. Terlebih tak ada Nuha di sana. Nuha sibuk dengan dirinya.“Semalam demam biasa, alergi dingin juga. Untung Nuha memberi obat dan merawat saya dengan baik.”Darren menjelaskan dengan sedikit rikuh. Aruni sempat tertegun kala mendengar cerita Darren. Sudah ada kemajuan dalam hubungan mereka. Nuha mungkin semalam terpaksa merawat Darren.Mungkin seiring waktu jika Nuha hidup bersama dengan Darren maka perasaan cinta dan sayang akan mulai tumbuh di hati masing-masing. Terutama Nuha yang terlihat begitu membenci Darren. Aruni memakluminya.Nuha lupa jika seorang pendosa yang bertaubat lebih baik derajatnya daripada seorang
Alwi mencak-mencak saat Salwa terus menekannya agar mau membeberkan rahasia sang ibu yang disembunyikan sejak lama. Jika Salwa semakin dilarang maka dia akan semakin memberontak tak ubahnya mirip ibunya, keras kepala.Kondisi Alwi kini seperti seekor kerbau yang dicocok hidungnya. Jika dia tidak segera bertindak maka Salwa akan memberikan fotonya bersama mantan istrinya pada Sarah, barangkali rumah tangga Alwi akan berantakkan. Hal tersebut jauh lebih buruk apalagi Sarah, istrinya tengah hamil muda.Di masjid sekolah, Alwi mendatangi Salwa usai shalat dzuhur. Dia memilih masjid sebagai tempat yang aman untuk bicara empat mata dengannya. Tepatnya halaman masjid yang begitu luas. Alwi menunggu Salwa di teras masjid.“Salwa,” seru Alwi memberanikan diri setelah diberi waktu beberapa hari untuk menjawab pertanyaan Salwa. Salwa menghampirinya.“Aku siap mendengarkan Om,” sahut Salwa menghela nafas panjang. Pasti tak mudah untuk menerima sebuah rahasia yang tersembunyi selama bertahun-tahun
Setelah memboyong Nuha pulang kembali ke kediaman keluarga besarnya, Darren Dash pergi ke tempat gym untuk menghabiskan waktu weekend, di sana ada personal trainer yang mengajarinya. Adapun tempat gym di rumah lebih sering dikuasai oleh Daniel dan teman-teman yang dibawanya.Awalnya Darren ingin makan siang bersama dengan Nuha. Sayang, Nuha tak kunjung turun dari kamarnya. Dia pun makan siang di luar sekalian pergi ke tempat gym bersama Jodi dan Anggara.Menjelang malam Darren baru pulang. Dia begitu bersemangat pulang sebab ada seorang gadis yang tinggal di rumahnya sekarang. Di kamarnya.Saat kakinya mendarat di halaman rumah, Mata Darren mendongak menatap lantai tiga yang dihuni Nuha. Seketika senyum terukir dari wajahnya. Dia penasaran dengan gadisnya, apa yang sedang dia lakukan di kamarnya.Perasaan Darren saat ini seperti seorang anak remaja yang tengah kasmaran.“Bik Sum, Nuha sudah makan belum? Makan malam?”Darren menghampiri Bik Sumi yang tengah memeriksa satu per satu piri