"Ini surat permintaan damai yang diberikan oleh kuasa hukum Reza pada kantorku tadi pagi."Pengacara Lutfi, aku dan Husein sedang bertemu di lounge kafe hotel untuk membicarakan masalah Reza yang belum selesai. Tapi untunglah dengan adanya surat ini, berarti untuk menuju tahap akhir sudah terlihat di depan mata."Rupanya mereka sudah sangat ketakutan dengan ancaman pasal pencemaran nama baik yang hukumannya lebih lama dari penculikan, untuk itu mereka sepakat ingin damai dan tuntutan ustadz Husein terkait pasal penganiayaan resmi dicabut.""Alhamdulillah." Aku dan Husein beriringan menyebut kalimat hamdalah karena akhirnya masalah ini resmi selesai.Sekarang, Husein tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan hukum, kita sudah bebas.Meskipun salah satu resikonya adalah si pengecut Reza yang udah nyulik aku juga terbebas dari hukuman, but its oke lah, toh perbuatan dia pasti akan dibayar oleh hukuman lain suatu saat nanti. Aku yakin banget.Karena yang paling terpenting, kita berdua sudah
Sepanjang perjalanan, dari sudut mataku, aku sedikit risih melihat Husein yang selalu menggoyangkan pergelangan tangannya berkali-kali, sambil kadang mengaduh lirih.Kita sudah masuk jalan tol, dan mungkin akan sampai dalam setengah jam kemudian, tapi melihat dia kesakitan begitu juga gak tenang kan pikiran Hayati!"Mas, kenapa sih tangannya? Kalau sakit istirahat dulu lah, jangan dipaksakan!" kataku sambil meraih tangan Husein dan aku pijit pelan-pelan pergelangannya."Maaf ya, saya ganggu konsentrasi kamu. Tadi pas di mushola tangan saya terkilir, dan baru terasa sakitnya. Tapi gak apa-apa kok, nanti juga sembuh. Toh sebentar lagi juga sampai, maaf ya!" Bentar, jawaban apa sih itu? Kenapa dia minta maaf sama aku, kenapa juga dia gak cerita sedari awal kalau tangannya sakit?Dulu, meski Reza seorang pengecut tapi dia selalu cerita sama aku tentang hal-hal kecil, kayak rokoknya hilang satu, handuknya di rumah hilang, beli jajan angsula nya kurang, pokoknya hal-hal sederhana gitu deh.
"Mas, ada Razia dong. Gimana ini?" Mobil yang kita tumpangi udah makin dekat ke jejeran polisi yang sebagian terlihat sedang memeriksa surat kendaraan milik orang lain. Sedangkan aku menepikan mobil ke sebelah kiri."Saya bilang apa tadi, biar saya aja Rey yang bawa mobilnya." Husein memasang wajah yang cukup panik.Mau ganti posisi pun udah gak bisa, soalnya di samping kanan kita sudah ada polisi yang sedang berdiri dan mengetuk kaca pintunya.Aku denger Husein membuang napasnya kasar."Permisi, boleh saya periksa kelengkapan surat-suratnya Pak, Bu?" tanya polisi itu yang sebelumnya memberikan hormat singkat pada kami."Bapak Om Suryo ya?" Aku asal ceplos aja, dan menyebut nama yang terlintas dalam benakku.Husein juga terlihat bingung padaku, dan aku biarkan dia berpikir macam-macam."Iya benar, kok mbak nya tahu?"Tuh kan bener, aku gak salah sebut nama. Kalau begini kita berdua pasti aman!"Om, saya Rey! Sahabatnya Nadine." Yaps! Om Suryo adalah bapaknya Nadine, alias sahabat aku
"Nama panggilan lagi? Memangnya kamu mau dipanggil apa sama saya?""Apa aja deh, asalkan tidak kamu dan kamu gitu."Karena aku sudah memberikan hati aku sepenuhnya untuk Husein, maka aku mau satu tingkat lebih tinggi dari sekedar kamu. Aku merasa pengen memiliki nama panggilan yang lebih istimewa di mata dia, dan nama itu hanya khusus ditunjukkan untukku saja."Kalau Ayang, mau?""Boleh, tapi Mas cuma panggil Ayang ke aku ya, supaya orang-orang bilang Mas itu so sweet!" sahutku.Tapi Husein malah tertawa mendengar lelucon ku, padahal aslinya aku serius ini!"Kok malah ketawa, ya udah lah gak jadi!""Eh, jangan marah dong Ay, maaf, maaf. Saya cuma senang aja mendengar kamu manja sama saya," katanya mencoba menjelaskan maksud dari tertawanya tadi.Sedangkan aku udah gak menggubris hal itu, justru aku malah membuang muka ke arah jendela, dan ngedumel gak jelas di sana."Ay? Jangan marah, dosa loh membuang muka di hadapan suaminya. Sini lihat mana cantiknya?"Malah digombalin, kesemsem
"Ibu, apa kabarnya? Sehat?"Husein mendekat dan meraih tangan ibu, lalu menciumnya. Setelah itu mereka saling berpelukan dengan begitu erat dan penuh kerinduan. Tak lupa tangisan bombay juga mengiringi adegan itu.Aku juga sampai ikut terharu melihatnya. Soalnya aku sendiri gak bisa mengelak bahwa Husein adalah anak yang berbakti pada orang tuanya. Sekali pun ibunya kurang suka sama aku, tapi aku harus tahu diri bahwa keluarga mereka itu adalah keluarga cemara."Alhamdulillah, ibu bahagia melihat kalian kembali pulang dengan sehat, dan selamat. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi ya Nak, pilih-pilih dalam berteman," ucap beliau ketika mendekat dan tak disangka memeluk tubuhku juga."Aamiin bu, aku dan Akang juga mau minta maaf karena sudah bikin bapak dan ibu khawatir.. maafkan kami ya," kataku penuh keharuan.Kapan lagi ye kan pelukan sama ibu mertua tercinta."Duh, ibu hanya berharap kalian baik-baik saja, pulang dengan selamat. Ketika melihat kalian di sini sekarang, ibu sudah
Husein menggiring aku dengan lembut sampai kami tiba di kamar.Rasanya lega, menghirup pewangi ruangan yang aku kenal semenjak dua bulan ini. Ada rasa kangen yang gak bisa diuraikan oleh kata-kata ketika menatap kamar ini. Rada gak nyangka aja, kita berdua bisa kembali dengan selamat dan berakhir di kamar ini lagi.Karena aku pikir, aku bakalan gak selamat setelah diculik dan disiksa oleh Reza.Beruntung Husein pintar dan memilih minta tolong Clara untuk meminta informasi di mana keberadaan aku, hahaha akhirnya nomor perempuan itu ada gunanya juga tersimpan di ponsel Husein.Tapi..Entah kenapa, kata-kata dari ibu masih saja terngiang di telinga aku. Kata-kata tentang rahim kering karena lama menunda kehamilan. Meskipun itu cuma mitos atau katanya orang doang, tapi kan namanya terdengar oleh pengantin baru, agak horor juga kan?Apalagi memang aku sengaja menunda kehamilan karena belum siap sama sekali menjadi seorang ibu.Baru saja aku menerima takdir sebagai seorang wanita yang sud
Di luar sana, banyak pasangan suami-istri yang bercerai hanya gara-gara keturunan. Seperti suaminya ingin segera memiliki anak, tapi sang istri gak kunjung hamil dan akhirnya memilih pergi untuk mencari wanita lain.Padahal, kemandulan itu tidak terjadi pada perempuan saja, seorang laki-laki pun bisa saja memiliki sel sperma yang tidak baik, hingga lemah untuk membuahi sel telur. Tapi kenapa, selalu saja wanita yang jadi patokan kenapa pasangan suami-istri itu belum juga diberi keturunan.Atau ada juga pasangan suami-istri yang santai dan menerima kapan saja Allah memberikan anak pada mereka, tetapi mertuanya selalu saja mendesak untuk segera diberikan cucu, hingga salah satunya ada yang menyerah dan tak tahan, akhirnya memilih berpisah.Bahkan ada juga pasangan yang sudah memiliki anak, namun jenis kelaminnya tak sesuai dengan keinginan keluarga besar, dan akhirnya dipaksa bercerai.Kejadian seperti itu sangat lazim terjadi hingga harus dibicarakan matang-matang oleh pasangan suami-i
Sehabis nge-drama bareng suami di kamar, aku pamit untuk pergi sebentar ke kobong nya Retno, buat ngasih hadiah baju yang udah kita persiapkan dari perjalanan tadi.Sebagai rasa ungkapan terima kasih dari aku karena Retno pernah menjadi teman baik yang menemani hari-hari aku ketika aku merasa gak betah ada di tempat ini. Sekaligus ngasih kabar bahwa aku dalam keadaan baik-baik aja."Assalamualaikum," ucapku sambil mengetuk pintu kamar santri milik mereka."Wassalamu'alaikum, masuk aja!""TARAAA!!! Surprise!" Aku mengangkat kantong belanjaan di depan mereka."Kak Reeeeyyyy!" Astaga, mereka yang lagi dalam keadaan suntuk itu, tiba-tiba langsung cerah dan satu persatu memeluk tubuhku."Kak Rey, apa kabarnya? Aku kangen!""Aku juga, kayanya Kak Reynata diculik orang ya?""Katanya Ustadz Husein juga masuk kantor polisi, terus gimana keadaannya sekarang?""Yang culik pasti si Mbak-mbak sinis itu kan, yang pernah dorong Asri sampai jatuh?"Mereka saling mengoceh mengutarakan isi hatinya ket
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G