Di sebuah ruangan yang gelap gulita, Grace Lugiman berbaring di atas ranjang. Dia seolah-olah tersihir karena tidak bisa menggerakkan tubuhnya.Malam ini adalah malam pertunangannya dengan seorang pria tua! Grace mendengar suara pintu terbuka. Dia memejamkan matanya rapat-rapat, merasa takut pada hal yang akan terjadi selanjutnya.Menurut rumor, Tuan Ketiga Keluarga Prayogo memiliki wajah buruk rupa serta temperamen aneh, juga terkenal galak. Selain itu, dia sepertinya impoten karena tidak pernah terlihat bersama wanita mana pun.Di seluruh kota, tidak ada yang berani menikahkan putri mereka dengan pria ini sekalipun Keluarga Prayogo kaya raya. Namun, Keluarga Lugiman berani.Keluarga Lugiman membutuhkan uang karena perusahaan mereka berada dalam krisis. Ayah Grace meminjam uang dari rentenir sehingga para preman terus menagih. Mereka pun mengancam akan membunuh ayahnya jika tidak segera membayar.Sang ayah tidak tega mengorbankan kakak Grace, jadi akhirnya memilih untuk mengorbankan G
"Kamu seharusnya tahu kenapa kamu diantar kemari malam ini," ujar pria itu dengan dingin.Grace merinding. Dia bisa merasakan pria ini mulai kehilangan kesabaran karena penolakannya. Dia memang tidak berhak untuk meminta apa pun sekarang. Harapan Grace satu-satunya adalah pria ini bisa memperlakukannya dengan lembut dan tidak menyiksanya seperti maniak seks pada umumnya.Grace akhirnya melepaskan tangannya dan berhenti melawan. Dia mengira pria ini akan langsung melakukannya, tetapi dia malah merasakan selimut menutupi tubuhnya kembali.Grace tentu termangu. Dia mendengar suara yang perlahan-lahan menjauh. "Sekarang kamu masih terlalu muda. Setelah kamu siap, aku pasti akan melakukannya."Ketika Grace membuka mata, pria itu sudah pergi. Dia buru-buru menyalakan lampu, tidak mengerti mengapa pria itu tiba-tiba berubah pikiran.Grace hendak mengejarnya untuk bertanya, tetapi mana mungkin berani. Jadi, dia melirik ke sekitar untuk mengamati. Pria itu tidak meninggalkan apa pun, hanya ada
Grace merasa bangga pada diri sendiri. Bagaimana bisa dia sehebat ini dalam membual, sampai-sampai reporter tidak bisa berkata-kata dibuatnya?Lagi pula, para reporter ini diinstruksi seseorang untuk mewawancarai Grace. Tugas mereka hanya mengajukan pertanyaan sesuai yang diinginkan orang itu. Namun, mereka malah tidak mendapat jawaban yang diinginkan."Sudah dulu, ya. Aku mau pergi dulu, tunanganku akan menjemputku untuk makan malam nanti." Grace tersenyum lebar, lalu melambaikan tangannya sambil pergi.Tiba-tiba, seorang reporter pria berkumis berkata dengan lantang, "Kalau Pak Harry memang sebaik itu, kenapa dia pergi begitu saja tanpa meninggalkan mobil dan sopir untukmu?"Sekujur tubuh Grace menegang. Dia segera memutar otak, lalu menyahut, "Kata siapa nggak ada? Sopirnya bakal sampai 5 menit lagi, masa aku nggak boleh menunggu di depan? Aku sudah bilang padanya, jangan menyuruh orang menjemputku. Dia malah nggak mendengarkanku.""Masa? Kalau begitu, kami akan menunggu di sini ber
Grace ketakutan sampai tidak bisa berjalan. Pada akhirnya, Rudi menyuruh seseorang untuk mendorong Grace masuk.Grace duduk di depan meja makan. Terlihat berbagai hidangan lezat di sana, bahkan ada lilin yang dinyalakan. Ini seperti makan malam romantis.Grace sama sekali tidak berminat. Dia terus terpikir akan berbagai rumor tentang Harry. Menurut rumor, pria ini sudah tua, punya hobi aneh dan temperamen aneh, bahkan berwajah buruk rupa.Usia putra kakak Harry bahkan lebih tua dari Grace. Sementara itu, Harry masih lajang, bahkan dirumorkan impoten. Malam ini, Harry juga tidak melakukan apa-apa padanya. Grace makin yakin bahwa rumor-rumor itu memang benar.Grace akhirnya terbebas dari Harry dan para reporter, tetapi malah akhirnya menggali lubang untuk diri sendiri. Dia ingin sekali menangis dan bunuh diri!Ketika Grace masih merasa gugup, tiba-tiba terdengar suara Rudi. "Tuan Harry, silakan."Harry sudah pulang! Grace terkejut hingga bangkit dari kursinya. Lututnya malah membentur me
Ketika perjalanan pulang semalam, Grace merasa sangat gelisah. Investasi yang dibutuhkan oleh Keluarga Lugiman setidaknya mencapai puluhan miliar. Dia tidak mengorbankan apa pun, tetapi mendapat uang sebanyak itu? Ini tidak sesuai dengan hati nurani Grace.Grace terus teringat pada ucapan Rudi yang mengatakan Harry tidak pernah ingkar janji. Jika Harry adalah orang yang bisa dipercayai, bagaimana dengan dirinya? Keluarga Lugiman yang mengusulkan kesepakatan ini, jadi Grace tidak berhak mengingkari janji.Selain itu, kalau sampai Harry membenci dirinya, kelak pria ini bisa saja menghancurkan Keluarga Lugiman dengan mudah. Grace tidak berani mengambil risiko sebesar ini.Grace menarik napas dalam-dalam, lalu mengepalkan tangan dengan erat dan memutuskan untuk kembali. Hanya saja, dia tidak punya keberanian untuk mengetuk pintu.Begitu teringat dirinya harus melihat wajah menyeramkan yang seperti hantu di film horor itu, Grace pun gemetaran. Pada akhirnya, dia berjongkok di pojok dan keti
Harry tidak percaya bahwa Grace bisa menahan ketakutan ini. Sementara itu, Grace meneruskan, "Kamu nilai saja ketulusanku nanti. Di dunia ini, bukan kamu saja yang bisa membuat keputusan!"Harry merasa lucu melihat tingkah Grace yang begitu percaya diri. Gadis ini benar-benar tidak kenal takut. Berani sekali menantang dirinya. Namun, dia sama sekali tidak keberatan."Mulai hari ini, kamu boleh memanggilku dengan sebutan sayang," ujar Harry sambil memeluk Grace tiba-tiba. Tubuh wanita ini sangat ideal dan tidak kekurusan sehingga Harry merasa sangat nyaman. Dia memeluk Grace dengan hati-hati, seperti takut ada yang hancur.Jarak keduanya seketika menjadi begitu dekat. Grace bisa melihat wajah pria ini dengan jelas. Bekas luka akibat terbakar itu tampak mengerikan. Selain itu, masih ada bekas luka di atas alisnya sehingga membuat tampangnya terlihat makin garang.Dari setengah wajah Harry, yang bisa diterima hanya tatapannya yang tajam serta memikat. Ketika Harry mengangkat alis, pihak l
Rudi bertanya, "Tuan, apa topeng ini perlu disimpan? Nona Grace sudah lolos tes. Dia pasti jatuh cinta kalau melihat wajah tampanmu ini."Bosnya masih lajang sampai sekarang karena topeng ini. Wanita-wanita itu selalu ketakutan hingga melarikan diri saat melihatnya.Grace adalah wanita pertama yang memilih untuk kembali, bahkan menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa dirinya akan menaklukkan rasa takutnya. Wanita ini tulus dan polos seperti anak-anak. Siapa pun yang melihatnya pasti akan menyukainya.Harry merenung menatap topengnya itu. Kemudian, dia mengangguk sambil menyahut, "Seru juga kalau mempermainkan wanita itu. Jangan disimpan dulu. Mana informasi yang kuinginkan?"Sekretaris membalas, "Semua ada di dokumen itu. Nona Grace adalah wanita yang ramah dan baik hati. Dia seharusnya menyukai pria yang baik hati juga. Jadi, bisa dibilang kamu kurang cocok."Rudi turut berbicara, "Benar, semua wanita baik menyukai pria baik. Tuan, kamu kurang cocok dalam aspek ini."Harry mengernyit
"Huh! Kamu kira Grace bakal menikah dengan Harry? Dia masih harus menunggu 2 tahun supaya bisa menikah. Sebelum itu, dia pasti sudah mati karena disiksa Harry. Untuk apa kamu peduli pada senioritas? Asalkan menjadi bagian Keluarga Prayogo, statusmu akan meningkat pesat. Kalaupun dia lebih senior darimu, kamu tetap lebih unggul darinya!" jelas Tashia."Ibu benar. Aku pasti akan berjuang untukmu. Anak haram seperti dia nggak pantas menjadi Nona Keluarga Lugiman. Tenang saja, aku pasti akan menginjak-injaknya dan membuatnya hancur!" sahut Greta.Setelah mendengar semua ini, Grace sungguh tercengang. Meskipun memanggil Tashia sebagai ibu, Tashia bukan ibu kandung Grace. Hingga sekarang, Grace tidak pernah bertemu ibu kandungnya.Menurut Tashia, begitu Grace lahir, ibunya langsung datang dan meminta uang. Jika tidak, ibunya mengancam akan memberi tahu media bahwa ayah mereka punya wanita simpanan.Demi menjaga martabat Keluarga Lugiman, Tashia terpaksa bersabar dan memberikan uang untuk men
Satria mengepalkan tinjunya dan menggerakkan lehernya hingga terdengar suara tulang yang berderak. Suara itu terdengar sangat menakutkan, sehingga membuat atmosfer menjadi tegang.Meskipun gemetaran, Joshua tetap mencoba berdiri di depan Hannah untuk melindunginya. Namun, Hannah mendorong Joshua ke samping dengan tegas."Jangan halangi aku! Mereka sudah mukul kamu sampai begini, hari ini aku akan balas dendam dan buat mereka babak belur! Mereka pikir, dengan badan berlemak gitu bisa menakutiku?" seru Hannah dengan penuh semangat.Hannah yang memang pernah belajar seni bela diri dan teknik penguncian sendi, langsung bersiap menghadapi Satria. Dulunya, dia memohon kepada seorang veteran militer selama berminggu-minggu untuk belajar teknik bela diri sebagai perlindungan diri. Sebagai wanita, dia tahu kekuatan fisik dan ukuran tubuhnya tidak akan sebanding dengan pria, jadi dia mengandalkan kecepatan dan strategi.Dengan lincah, Hannah menghindari pukulan Satria yang berbahaya dan menyeran
Apakah dia datang untuk membalas dendam? Bagaimanapun, tiga pria itu memang mencoba melecehkannya. Hannah mendorong pintu masuk dan resepsionis di depan menyambut dengan senyuman. "Selamat siang, Anda berdua mau belajar Taekwondo?""Nggak, aku mau cari orang. Ronan, Satria, dan Irwan, mereka ada di sini?" tanya Hannah dengan tenang."Oh, ada. Mereka pelatih di sini. Sekarang sepertinya mereka lagi melatih orang di dalam. Anda bisa mencarinya di ruang 2," jawab resepsionis dengan ramah."Baik, terima kasih," ujar Hannah sambil tersenyum. Dia lalu masuk bersama Joshua menuju ruang 2. Ketiga pria itu adalah satu kelompok pelatih yang bertugas mengajar satu kelas, sehingga mereka selalu terlihat bersama.Saat ini waktu istirahat dan mereka sedang duduk santai sambil mengobrol. Tentu saja, topik pembicaraan mereka adalah kejadian tadi malam.Mereka semua tampak menyesal. "Seandainya saja tadi malam kita nggak ribut sama anak itu, pasti sudah selesai urusan. Sayang sekali, tinggal selangkah
"Dulu di rumah sering melakukannya. Kakakku tinggal sendiri, meskipun ada pembantu di rumah, aku tetap nggak tenang. Jadi, sesekali aku ke sana untuk membantu," kata Joshua."Kamu ... bukannya anak sulung Keluarga Wongso, ya?" tanya Hannah. Dia merasa seolah-olah bertemu dengan tuan muda palsu.Setahu Hannah, Keluarga Wongso hanya punya satu putra, yaitu Joshua. Selain itu, dia hanya punya seorang kakak bernama Ellie.Seorang pria dari keluarga kaya yang serba bisa seperti ini? Tidak masuk akal. Bukankah seharusnya dia seperti Harry, sibuk di kantor sepanjang hari dan sama sekali tidak menyentuh pekerjaan rumah?"Memangnya anak sulung keluarga kaya nggak boleh melakukan hal-hal seperti ini?" tanya Joshua kebingungan."Unik sekali ...," gumam Hannah. Dia hanya bisa menemukan kata itu untuk menggambarkan Joshua.Sangat unik."Kamu ... kamu bilang aku ... nggak normal, ya? Lagi pula ....""Tolong jangan lihat aku, terima kasih," potong Hannah sambil memijat pelipisnya."Oh ... oh ...," ja
Astaga! Ternyata dia dan Joshua adalah tetangga?Joshua melihat kondisi apartemen Hannah yang masih berantakan, lalu tersenyum dan berkata, "Kamu baru pindah, ya? Pantas saja tadi malam waktu aku tanya alamat rumah baru kamu, kamu mikir lama tapi nggak ingat. Kemarin siang aku di vila menemani Kezia. Kalau aku pulang lebih awal, mungkin aku bisa bantu kamu pindahan."Hannah berdiri di belakang Joshua, agak tercengang mendengar dia bisa berbicara begitu lancar. Baru sekarang dia sadar, suara Joshua sebenarnya sangat enak didengar. Suaranya sangat berat dan elegan. Nada bariton pria yang sempurna terdengar sangat pas dan merdu di telinganya."Perlu bantuan? Aku ini jago beres-beres, lho," kata Joshua sambil berbalik menatap Hannah."Aku ... aku bisa bantu beresin barang-barang umum. Kalau barang berharga atau pakaian pribadi ... aku nggak, nggak akan sentuh." Hannah melihatnya dengan tak berdaya. Hanya dalam waktu sedetik, Joshua berubah kembali ke asalnya."Makan saja dulu, nanti baru d
"Kamu tadi malam ... langsung tidur tanpa mandi, sekarang pasti masih bau alkohol. Kalau keluar rumah begini, rasanya kurang baik. Kamu ... kamu kan perempuan ...," ujar Joshua dengan ragu."Aku tahu, terima kasih," potong Hannah cepat-cepat sebelum dia melanjutkan.Dia melirik pakaian yang dibawa Joshua. Ada berbagai ukuran, tampaknya Joshua benar-benar tidak tahu ukuran tubuhnya. Ternyata masih ada pria yang tidak tahu ukuran pakaian wanita? Bukannya sekarang kebanyakan pria bisa memperkirakan dengan mata saja?"Eh, soal pakaianku ...," tanya Hannah malu-malu.Dia sudah menduga Joshua yang menggantinya, tapi tetap saja dia ingin memastikan. Siapa tahu ada kemungkinan lain, 'kan?Mendengar pertanyaan itu, wajah Joshua langsung memerah. Dia berdiri dengan kaku di tempat, kedua tangannya di sisi tubuh mengepal erat tanpa sadar. Melihat reaksinya, Hannah segera paham bahwa memang Joshua yang mengganti pakaiannya. Namun, dia tahu Joshua melakukannya dengan niat baik."Eh ... nggak terjadi
Hannah membuka mata yang masih mengantuk dan melihat sekeliling ruangan."Eh?" Dia merasa bingung. Apakah dia sudah pulang? Namun, kenapa tata letak ruangan ini persis seperti apartemennya? Tidak, tidak sama! Selimutnya berbeda, dekorasinya berbeda, bahkan aroma samar-samar mint ini terasa asing.Ini bukan kamarnya. Hannah tiba-tiba terkejut dan segera bangkit dari tempat tidur.Celana masih ada, tetapi atasannya?Kemeja putih? Jelas ini adalah pakaian pria. Ukurannya sangat besar dan terlihat seperti gaun saat dikenakan padanya. Dia masih samar-samar mengingat sedikit kejadian tadi malam, tapi tidak terlalu jelas.Hannah ingat dia pergi ke bar, kemudian naik mobil untuk pulang. Lalu, ada beberapa orang membantunya masuk ke dalam mobil. Apakah mungkin ....Apakah dia telah dilecehkan?Matanya langsung membelalak dan jantungnya berdegup kencang. Dia membuka pintu dengan cepat dengan tangan yang memegang lampu meja dari dekat tempat tidur. Dia harus menghancurkan si bajingan itu menjadi
Joshua memandangi Hannah. Dia seperti anak kecil yang tidak ingin melepaskan mainan kesukaannya. Begitu Joshua memberontak, Hannah bisa merasakannya. Dia mencebik.Joshua berucap, "Bajumu ... belum ...."Joshua sangat gugup sehingga berbicara dengan terbata-bata. Hannah berujar, "Minum ... aku mau minum ...."Joshua menimpali, "Kalau ... kamu nggak ... lepaskan aku dulu, bagaimana ... aku ambilkan air? Aku keluar sebentar, ya?""Cepat kembali," kata Hannah.Joshua menggendong Hannah dan meletakkannya di tempat tidur. Namun, kemeja Hannah belum selesai dikancing. Kulit Hannah yang memerah terlihat, begitu pula bagian dadanya ....Joshua langsung memalingkan wajahnya, lalu menarik napas dalam-dalam. Hanya saja, tubuhnya mulai terasa panas.Kemudian, Joshua mengambilkan air untuk Hannah. Sementara itu, Hannah langsung menghabiskan segelas air itu. Dia lupa untuk menggenggam tangan Joshua lagi. Joshua baru merasa lega.Joshua menyelimuti Hannah. Saat hendak pergi, Hannah tiba-tiba menangis
Sekujur tubuh Joshua terasa sakit. Dia pergi ke kamar mandi untuk becermin. Kondisinya sangat menyedihkan.Kemeja putih Joshua ternodai darah. Wajahnya dipenuhi lebam dan sudut bibirnya berdarah. Joshua melepaskan kemejanya. Di tubuhnya juga terdapat banyak memar.Joshua menghela napas, lalu mulai mandi. Dia hanya mengalami luka ringan sehingga tidak perlu pergi ke rumah sakit. Namun, dia tetap kesakitan.Saat Joshua mandi, tiba-tiba terdengar suara pintu kaca terbuka. Joshua kaget. Dia melihat Hannah berbaring di lantai.Joshua segera berbalik, lalu mengambil jubah mandi dan memakainya. Dia berujar, "Kenapa ... kamu masuk? Kamu harus tahu batasan ...."Wajah Joshua merah padam. Hannah berkata, "Aku mau minum air ... perutku mual. Aku mau ...."Sebelum menyelesaikan ucapannya, Hannah muntah. Lantai menjadi kotor. Hannah baru merasa nyaman setelah muntah.Joshua segera menarik Hannah ke kamar tidur, lalu mulai membersihkan lantai. Sesudah selesai, Joshua memandangi Hannah dengan ekspres
Harry segera memapah Joshua. Dia melihat sekujur tubuh Joshua terluka dan sudut bibirnya berdarah. Harry berujar, "Aku antar kamu ke rumah sakit."Joshua menolak, "Nggak usah, cuma luka ringan. Aku nggak apa-apa, nanti aku obati pakai telur rebus. Aku mau sekalian antar Hannah pulang. Dia lagi mabuk, takutnya dia kenapa-kenapa."Joshua merasa tidak berdaya saat melihat Hannah yang tertidur pulas. Harry mengangguk. Dia juga harus mengurus Grace dan Kezia.Harry berpesan, "Kamu telepon Juan saja kalau butuh bantuan. Aku pulang dulu. Kezia tunggu aku di rumah, aku nggak tenang.""Oh, iya. Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Joshua.Harry menjawab, "Bukan cuma Hannah yang mabuk, Grace juga sama. Aku buru-buru datang ke sini dan kebetulan melihat Hannah. Aku nggak menyangka kamu juga di sini, bahkan kamu dihajar sampai babak belur."Joshua bertanya dengan ekspresi lesu, "Apa aku begitu memalukan?"Bahkan Joshua merasa dirinya sangat memalukan. Awalnya, Joshua masih merasa dia tidak terlalu b