Grace kesal hingga menginjak kaki Harry. Harry pun mengernyit kesakitan. Grace menegur, "Siapa suruh kamu genit di depan umum! Banyak orang yang lihat! Kamu nggak malu?""Haha. Nona Grace malu!""Kami bukan orang luar kok, Nona. Kami ngerti cara pacaran anak muda zaman sekarang.""Kalian masih membela Harry?" Nada bicara Grace terdengar tidak berdaya."Tentu saja! Ayo, cium lagi! Cium, cium!" sorak para pelayan. Bahkan, Rudi yang berusia 70-an tahun juga ikut."Kali ini bukan aku yang mau, tapi mereka ya. Kalau kamu menolak dicium, gimana aku bisa jadi bos rumah ini?" ucap Harry."Bukannya aku bosnya?" tanya Grace."Ya, kamu bosnya. Aku milikmu," balas Harry."Ya sudah, kali ini aku yang ambil inisiatif.""Oke."Grace berjinjit, lalu mengecup bibir Harry dan berkata, "Sudah, sudah. Waktunya pulang. Aku sudah siapkan hadiah untuk kalian semua.""Masih ada hadiah?"Grace mengeluarkan satu per satu kotak hadiah dan membagikannya kepada semua orang. Namun, Harry tidak dapat apa-apa.Isinya
"Memangnya ini nggak bagus? Aku rasa kamu berubah secara sukarela," goda Rudi.Harry hanya tersenyum tanpa membantah. Benar, dia memang berubah atas kehendaknya sendiri."Aku pergi bantu-bantu dulu. Untung saja, dapur di rumahku besar." Harry berjalan ke dapur.Grace tiba-tiba menginstruksi, "Paman Rudi, bantu aku disinfeksi koin-koin itu. Aku mau bungkus dengan pangsit.""Untuk apa?" Harry tidak paham tujuan Grace."Makan pangsit berisikan koin punya makna yang bagus lho. Aku bakal taruh lebih banyak supaya semua orang kebagian." Grace terkekeh-kekeh.Harry tidak pernah dengar tentang ini. Dia merasa Grace sangat unik. Hari pertama tahun baru harus memakai pakaian baru. Makan pangsit berisikan koin punya makna bagus. Tahun ini menjadi sangat meriah berkat gadis ini.Grace membungkus pangsit dengan cepat dan baik. Dia diam-diam memberi tahu Harry bagaimana caranya membedakan pangsit yang punya koin dan tidak.Grace pun menyuruh Harry mengambil lebih banyak agar rezekinya berlimpah di t
Siapa yang tega membuang baju semahal itu?"Aku tahu kamu nggak kekurangan baju, makanya kubelikan yang lain.""Maksudmu, aku juga dapat hadiah?""Tentu saja, namanya juga tahun baru. Tapi, kamu nggak kekurangan apa pun. Aku juga takut kamu nggak suka pemberianku karena kemurahan. Aku beliin kamu pulpen, tapi bukan yang sangat mahal. Kubeli dengan uangku sendiri lho. Aku simpan dengan susah payah. Aku nggak tahu harus beli apa. Kebetulan, aku lewat toko pulpen ...."Sebelum Grace selesai bicara, Harry sudah mengambil hadiahnya. "Nggak usah beli yang lain. Aku sangat suka hadiah ini."Harry langsung membukanya. Terlihat sebuah pulpen yang sangat indah. Dia merasa sangat puas dengan hadiah ini. Ternyata, dia juga mendapat hadiah dari Grace.Grace merasa lega melihat Harry menyukainya. Padahal, dia sempat khawatir hadiahnya terlalu murahan untuk Harry. Kemudian, Grace menjulurkan tangan dan berkata, "Aku sudah kasih kamu hadiah. Mana hadiahku?""Aku nggak beli apa-apa ...," timpal Harry d
"Aku sudah tua, jadi banyak waktu senggang. Saat keluar belanja, aku sering lihat orang main mahyong. Aku rasa sangat menarik. Dulu aku nggak punya kerjaan pagi, jadi keluar main mahyong. Lagian, aku harus lebih sering menggunakan otakku supaya nggak pikun.""Para wanita tua bisa pergi ke lapangan untuk menari, tapi pria tua sepertiku malu dong. Makanya, aku lihat orang main catur, mahyong, dan poker saja. Aku jago poker lho," jelas Rudi."Hm, sepertinya kamu terlalu senggang belakangan ini," gumam Harry.Eh? Rudi merasa dirinya sudah salah bicara. Dia berdeham dan berkata, "Kita lanjutkan permainan saja."Grace awalnya cukup beruntung, tetapi nasibnya mulai berubah di belakang. Sementara itu, Harry seperti mendapat pencerahan. Dia meraih kemenangan."Harry, jangan-jangan kamu main curang?" tanya Grace dengan agak kesal. Tadi Harry tidak paham apa-apa, tetapi sekarang jadi jago?"Permainan ini mudah saja, ngapain aku main curang?" balas Harry. Grace memantau Harry dengan saksama selama
"Aku masih kuliah, jadi belum butuh terlalu banyak. Kamu yang makan lebih banyak. Kamu harus kerja dan hidupi aku," timpal Grace sambil tersenyum.Ketika melihat senyuman itu, hati Harry luluh. Dia berkata, "Oke, aku akan cari banyak uang untuk menghidupimu."Semua orang merasa sangat senang saat mendapat pangsit yang berisikan koin.Grace ingin menunggu sampai perayaan malam tahun baru di TV berakhir, tetapi dia tidak tahan lagi. Pada akhirnya, Harry menggendongnya untuk membawanya ke kamar.Para pelayan juga sudah tidak tahan. Harry berujar, "Sudah malam. Kalian tidurlah.""Baik, Tuan." Semuanya mengiakan dengan serempak.Ketika Harry hendak membawa Grace pergi, Rudi dan para pelayan tiba-tiba memanggilnya. Mereka bertatapan sesaat, lalu Rudi berkata, "Tuan, sebentar lagi tahun baru. Kami doakan Tuan dan Nona bahagia selalu dan punya banyak keturunan."Hati Harry menghangat mendengarnya. Grace telah memberinya tahun baru yang tak terlupakan. Harry mengangguk dan berucap, "Ya. Paman R
Grace tidur dengan sangat nyenyak. Di mimpinya, dia mendengar sebuah suara. "Grace, aku mencintaimu."Suara siapa ini? Sepertinya suara Harry. Harry lagi-lagi menggombal. Karena tidak tega pada Harry, Grace merespons, "Aku juga mencintaimu."....Keesokan hari, Grace bangun pagi-pagi karena alarmnya. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengirim ucapan tahun baru. Ini hal wajib baginya.Grace merasa pesan di grup sangat membosankan, jadi dia mengetik satu per satu. Lagi pula, Grace tidak mengirim untuk semua orang yang ada di kontaknya. Itu hanya akan membuang-buang waktu dan energinya.Grace mengirim ucapan tahun baru kepada guru dan temannya, termasuk Hannah dan Lyla. Karena tidak punya nomor Aryan, Grace memanggil Harry yang masih di kamar mandi."Kenapa?""Kamu sudah kirim pesan belum?""Pesan apa?""Ucapan tahun baru. Kirim kepada semua orang yang penting bagimu. Setidaknya, kirim pesan atau telepon ayahmu, Kak Ellie, dan Dokter Robin.""Mereka tahu aku nggak merayakan tahun baru.
"Selamat tahun baru, Harry!""Selamat tahun baru.""Angpau! Angpau! Aku mau angpau!"Grace tampak sangat bersemangat. Harry kaya raya. Angpau yang diberikannya pasti setidaknya ratusan ribu!"Aku bagian di bawah saja. Aku sudah siapkan angpau untuk yang lainnya juga.""Oke."Grace sudah tidak sabar. Setibanya di lantai bawah, dia langsung berseru, "Semuanya, kemari! Bos besar mau bagi angpau!"Orang-orang segera berkerumun. Harry membagikan angpau satu per satu. Ketika melihat angpau yang sangat tebal, Grace tampak heran. Berapa isinya? Kenapa bisa tebal sekali?Grace dipenuhi penantian. Setelah semua orang kebagian, akhirnya gilirannya. Namun, kenapa angpaunya jauh lebih tipis?Para pelayan membuka angpau. Isinya adalah 20 juta. Grace hampir muntah darah. Harry sungguh murah hati!"Maaf, semuanya. Angpaunya terlalu kecil, jadi nggak bisa muat banyak. Gaji kalian naik dua kali lipat tahun ini. Suruh Paman Rudi bantu catat.""Hore! Terima kasih, Tuan!"Para pelayan merasa sangat berteri
Ketika melihat suasana bahagia ini, Aryan tak kuasa menghela napas. Alangkah bagusnya kalau rumahnya seramai ini.Aryan memperhatikan Rudi, lalu berkata, "Kamu akhirnya mengganti baju hitammu? Baju merah ini cocok juga denganmu.""Ya, Nona Grace yang kasih. Dia bilang tahun baru harus pakai baju baru.""Apa? Calon menantuku kasih kamu baju baru? Mana punyaku?""Kamu sudah dapat daun teh, 'kan? Daun tehmu lebih mahal dari bajuku. Belajar bersyukur.""Nggak mau. Aku mau daun teh dan baju sekaligus. Dia calon menantuku. Kamu punya putra, 'kan? Suruh menantumu yang belikan untukmu. Cepat lepaskan bajumu. Jangan pakai pemberian calon menantuku."Usai berbicara, Aryan hendak melepas baju Rudi. Grace dan lainnya sontak tertawa melihat ini. Lyla berkata, "Dulu rumah selalu sepi setiap tahun. Sekarang jadi lebih ramai. Ayah sudah lama nggak tertawa seperti ini. Mereka seperti anak kecil saja.""Aku seharusnya belikan baju untuk Paman juga. Aku kira Paman dan Harry sama. Mereka nggak mungkin kek
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa