Ketika melihat suasana bahagia ini, Aryan tak kuasa menghela napas. Alangkah bagusnya kalau rumahnya seramai ini.Aryan memperhatikan Rudi, lalu berkata, "Kamu akhirnya mengganti baju hitammu? Baju merah ini cocok juga denganmu.""Ya, Nona Grace yang kasih. Dia bilang tahun baru harus pakai baju baru.""Apa? Calon menantuku kasih kamu baju baru? Mana punyaku?""Kamu sudah dapat daun teh, 'kan? Daun tehmu lebih mahal dari bajuku. Belajar bersyukur.""Nggak mau. Aku mau daun teh dan baju sekaligus. Dia calon menantuku. Kamu punya putra, 'kan? Suruh menantumu yang belikan untukmu. Cepat lepaskan bajumu. Jangan pakai pemberian calon menantuku."Usai berbicara, Aryan hendak melepas baju Rudi. Grace dan lainnya sontak tertawa melihat ini. Lyla berkata, "Dulu rumah selalu sepi setiap tahun. Sekarang jadi lebih ramai. Ayah sudah lama nggak tertawa seperti ini. Mereka seperti anak kecil saja.""Aku seharusnya belikan baju untuk Paman juga. Aku kira Paman dan Harry sama. Mereka nggak mungkin kek
Mendengar kata-kata itu, ekspresi Grace agak muram. Yuli benar-benar tak bisa melontarkan kata-kata baik.Masalah ini sudah lama berlalu, tetapi Yuli sengaja mengungkitnya lagi tanpa memikirkan tempat atau situasi.Suasana di meja makan yang tadinya sangat harmonis, langsung berubah tegang setelah Yuli berbicara. Ekspresi Harry juga lebih masam.Grace duduk di dekatnya sehingga bisa merasakan aura berat dan menakutkan yang memancar dari tubuh pria itu. Tanpa sadar, Grace menggenggam tangan Harry erat-erat.Harry pun menoleh dan menatapnya sebentar. Grace menggeleng pelan untuk memberi isyarat agar dia tidak bertindak gegabah.Bagaimanapun juga, hari ini adalah hari pertama tahun baru. Mereka sedang makan bersama keluarga besar sehingga tidak perlu merusak suasana.Menahan diri satu kali tidak akan merugikan. Jadi, sebaiknya mereka bersabar untuk saat ini. Bagaimanapun, hari ini memang bukan waktu yang tepat untuk bertengkar.Harry tahu bahwa Grace ingin menjaga keharmonisan keluarga da
Setelah makan malam selesai, Steven pergi lebih dulu karena ada urusan. Itu membuat Grace sedikit lega. Syukurlah mereka sudah pergi. Kalau tidak, makan malam ini pasti terasa tidak nyaman.Grace menatap Harry dengan penasaran, lalu bertanya, "Kamu nggak takut aku kabur atau tiba-tiba suka sama pria manis lain?""Pria manis? Apa maksudmu?" tanya Harry."Maksudku, pria yang sangat perhatian dan lengket sama pacar. Pokoknya tipe pacar yang setia," jelas Grace sambil bercanda."Memangnya aku nggak seperti itu?" balas Harry.Grace meledek, "Pria manis biasanya jauh lebih muda. Paman, umurmu sudah kelewat jauh!"Mendengar ini, ekspresi Harry langsung berubah jadi muram. Dia merasa bingung. Dulu, seingatnya gadis-gadis lebih menyukai pria dewasa.Namun ketika Harry sudah menjadi pria dewasa, kenapa mereka malah lebih suka anak muda? Sepertinya, Harry dan orang-orang sebayanya telah melewatkan masa itu.Dulu, Harry tidak pernah merasa dirinya sudah tua. Sekarang, dia baru berumur 28 tahun. Me
Sekarang, Lyla sudah berusia 26 tahun. Tidak banyak gadis yang mau dengan bodohnya mengikuti seorang pria selama bertahun-tahun, bahkan diam-diam berkorban seperti yang dia lakukan.Lyla tahu dia memang bodoh, tetapi dia tidak peduli. Dia yakin bahwa semua usahanya akan terbayar pada akhirnya.Melihat Robin berdiri di hadapannya dengan jas hitam yang rapi dan tampan, matanya menjadi sedikit berkaca-kaca.Melihatnya seperti itu, Robin segera maju dan memeluknya dengan lembut. Pria itu bertanya, "Kenapa kamu menangis? Apa aku terlihat jelek dengan jas ini?""Nggak, kamu sangat tampan. Aku sendiri yang memilih jas ini dan juga memilih kamu, jadi tentu saja semuanya sempurna. Aku cuma senang bisa melihatmu mengenakan jas formal seperti ini," jawab Lyla.Robin memberi tahu, "Kalau kamu suka, aku akan sering memakainya. Tapi kalau sudah kembali ke barak, aku nggak bisa berpakaian sesantai ini lagi.""Nggak masalah. Nggak peduli pakai baju apa, kamu tetap terlihat tampan," balas Lyla sambil t
Setelah mereka meninggalkan rumah, iring-iringan mobil pengantin terlihat megah dengan dikawal 16 mobil mewah.Pernikahan Lyla jelas luar biasa, bahkan lebih besar dari acara pernikahan Frandy. Ini menunjukkan betapa besar perhatian yang diberikan oleh Aryan kepada anak angkatnya.Sesampainya di gereja, para tamu sudah duduk di tempatnya. Anggota Keluarga Lubis menunggu di pintu masuk.Begitu turun dari mobil, hal pertama yang dilakukan Lyla adalah mencari sosok Robin di tengah kerumunan. Setelah melihat Robin hadir di lokasi sesuai janji, dia merasa lega.Saat itu, waktu yang baik untuk memulai upacara telah tiba. Aryan bersiap untuk mengantar Lyla kepada Robin dengan melewati karpet merah yang panjang.Robin berdiri di samping pendeta sambil menatap ke arah semua tamu. Hanya saja, dia tidak melihat Hannah. Padahal, adiknya seharusnya datang bersama mereka.Ternyata, Hannah meninggalkan hadiah pernikahan di rumah sewa sehingga perlu kembali untuk mengambilnya. Setelah lebih dari satu
Akhirnya, apa yang ditakutkan Lyla terjadi. Dia tidak mampu mencegahnya. Robin berdiri di hadapan Celine dan merebut ponselnya dengan kasar."Robin, apa yang kamu lakukan? Kamu lagi nikah!" seru Celine.Namun, Robin tak mendengar kata-katanya. Dia bertanya kepada orang di ujung telepon dengan cemas, "Apa yang terjadi? Ada apa?""Apa kamu keluarga Hannah?" tanya orang di telepon.Robin membalas, "Ya."Orang itu menjelaskan, "Dia mengalami kecelakaan mobil dan lagi dirawat di Rumah Sakit Nasional. Sekarang, dia butuh dioperasi. Kami memerlukan tanda tangan keluarga. Mohon segera datang ke rumah sakit kota."Mendengar hal ini, jantung Robin berdegup kencang. Hannah mengalami kecelakaan dan butuh dioperasi .... Tanpa ragu, Robin bersiap untuk berlari keluar tetapi Celine malah menahannya.Celine memarahi, "Kamu sudah gila? Apa gunanya kamu pergi? Biar aku yang pergi. Aku juga keluarganya. Aku bisa menandatangani persetujuannya."Harry yang menyaksikan dari kejauhan segera bangkit dan mengg
Lyla memperhatikan para tamu yang perlahan pergi. Mereka melirik ke arahnya sebelum beranjak. Beberapa melempar tatapan mengejek, beberapa mengasihaninya.Pernikahan adalah peristiwa besar, tetapi sang pengantin pria malah kabur. Bisa dimengerti bahwa Robin mengkhawatirkan adiknya. Namun, tidak bisakah dia menunggu hingga mereka selesai bertukar cincin sebelum pergi? Haruskah dia terburu-buru seperti itu?Apa gunanya Robin pergi? Dokter bedah utama dalam operasi tidak bisa diganti secara mendadak, jadi dia juga hanya bisa menunggu.Robin memilih menunggu secara sia-sia, alih-alih pergi setelah mereka bertukar cincin. Sungguh ironis!Lyla-lah yang mencari Gereja dan memilih gaun pengantin serta cincin. Semua tamu di sana, setiap undangan, dan hadiah ditentukan secara pribadi olehnya.Lyla rela memberikan segalanya, bahkan menurunkan egonya tanpa merasa dirugikan. Permintaannya hanya satu, yakni pengantin prianya hadir di upacara pernikahan. Robin memang datang, tetapi ... dia pergi lebi
Hati Harry berdenyut sakit saat mendengar isakan adiknya. Saat ini, kata-katanya terasa begitu tawar. Dia hanya pria kikuk yang tidak tahu cara menghibur seorang gadis yang patah hati.Tidak seperti Grace yang mudah dibujuk, karakter Lyla keras kepala dan tangguh. Hal ini pula yang membuat Harry sedih melihatnya seperti ini. Dia mengelus-elus kepala Lyla, membiarkan sang adik mencurahkan perasaannya.Lyla menangis setengah jam lebih, memenuhi seluruh aula dengan keputusasaan dan kesedihannya. Suaranya sampai serak karena terus menangis. Namun, sang pengantin pria masih belum juga kembali.Lyla perlahan-lahan tenang dan melepas pelukan Harry. Dia melihat jas kakaknya sudah basah oleh air mata dan juga ingusnya."Maaf, Kak ...," ucap Lyla. Dia hendak menyeka jas itu dengan lengan gaunnya. Namun, begitu mengingat bahwa ini adalah gaun pengantin yang dipilihnya dengan teliti, dia merasa enggan.Harry menghentikan Lyla yang buru-buru mencari tisu. Dia menyeka air mata di wajah adiknya deng
Grace menyahut, "Nggak. Aku cuma lewat dan bantu antar mereka ke rumah sakit.""Terima kasih, Bu Grace. Kalau bukan karena kamu, takutnya aku dan anakku ...," ucap menantu pemilik kedai. Sebelum menyelesaikan ucapannya, air matanya mengalir.Grace menghibur, "Jangan menangis, wanita yang baru melahirkan nggak boleh menangis. Nanti aku juga ikut menangis. Dengarkan nasihatku, aku bawa Harry lihat anakmu. Aku akan beri tahu kamu paras anakmu setelah kembali."Bayi menantu pemilik kedai lahir prematur, jadi langsung dimasukkan ke inkubator. Grace membawa Harry untuk melihat bayi itu. Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat kecil dan wajahnya berkerut."Apa semua bayi yang baru lahir begitu jelek?" komentar Grace dengan ekspresi sedih.Harry bertanya, "Kenapa di bokongnya ada lebam?"Grace menjawab, "Konon orang mati yang nggak mau bereinkarnasi akan ditendang oleh Dewa Akhirat untuk turun ke dunia fana. Kamu juga punya tanda seperti itu waktu baru lahir."Harry menanggapi
"Lagi pula, nanti dia juga akan kemari saat nggak bisa menemukanmu. Aku nggak akan khawatir lagi," ucap Robin sambil tersenyum. Dia hendak membawa pemilik kedai untuk diobati, tetapi pemilik kedai menolak.Alasannya karena pemilik kedai tidak punya uang dan tidak ingin meninggalkan kamar bersalin. Keluarga menantunya sangat jauh. Sejak hamil sampai sekarang, keluarganya tidak sempat datang berkunjung.Istri pemilik kedai sudah lama meninggal. Hanya tersisa dia sendiri yang menjaga menantunya. Jika menantunya selesai melahirkan dan tidak melihatnya di sana, dia pasti akan sangat sedih.Grace merasa bahwa pemilik kedai adalah ayah mertua yang baik. Dia sangat peduli pada menantunya. Hal ini membuat Grace teringat pada Aryan. Grace merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang baik."Bos, kamu dan putramu ...," tanya Grace dengan hati-hati."Hais." Begitu mendengar ini, pemilik kedai menghela napas panjang. Dia memukul dadanya sambil mengentakkan kaki. Ekspresinya terlihat sangat meny
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g