"Nyonya.""Ibu ...," panggil Jane dengan suara yang sedikit bergetar. Dia sangat menyayangi, sekaligus membenci ibunya sendiri.Drake mendorong Jane ke ruang kerja, sedangkan ibunya duduk di kursi putar yang mewah sambil menyalakan sebatang rokok. Jane mengernyit dalam-dalam, sementara itu Drake membuka jendela."Ibu pulang lebih cepat kali ini," ucap Jane."Kamu saja sudah bawa orang untuk menginap, tentu saja aku harus pulang untuk melihatnya," balas ibunya dengan nada dingin."Ibu, dia itu cuma teman yang kebetulan kukenal, kuharap Ibu bisa melepaskannya. Dia cuma orang biasa, nggak ada hubungannya dengannya!" timpal Jane buru-buru."Kamu ... lagi memohon untuknya?" Tatapan ibu Jane memicing karena merasa kaget.Jane biasanya tidak peduli dengan nasib orang lain. Bahkan, dia tidak pernah peduli dengan nyawanya sendiri. Lalu, kenapa sekarang malah memohon demi seseorang yang baru dikenalnya selama beberapa hari?Ibu Jane mengingat kembali semua yang diselidikinya. Sejak keluar dari r
Kata-kata itu terdengar begitu berat di telinga Beatrice sehingga membuat tubuhnya gemetar hebat. Dia memandang anak laki-laki di depannya yang tersenyum sinis terhadap dirinya sendiri. Dalam hatinya, Beatrice berharap anak itu benar-benar masih berusia 16 tahun. Meski mengetahui bahwa kakinya lumpuh, setidaknya dia masih optimis dan ceria.Namun seiring waktu, ketika anak itu mulai menyadari kelainan pada pertumbuhan tulangnya, dia mulai menghindari dunia luar, mengurung dirinya di rumah selama berhari-hari, dan menghindari tatapan siapa pun. Senyum yang dulu menghiasi wajahnya menghilang perlahan-lahan dan bahkan hobi menonton televisi tak lagi menarik baginya.Butuh waktu yang lama bagi Jane untuk menerima kenyataan pahit ini. Pada akhirnya, dia memilih untuk terus tampil dengan mengenakan pakaian wanita. Dulu, dia sangat membenci penyamaran ini karena merasa penampilan ini membuatnya tampak lemah dan feminin. Namun, kini dia menerimanya dengan tenang.Hanya dengan menjadi seorang g
"Tapi, Tuan Muda sudah bilang ....""Kamu yang majikan atau aku?" tanya Beatrice dengan nada dingin."Baik," jawab Drake dengan sopan.....Pagi itu, Grace bangun dan melihat di luar sudah turun hujan es. Tiba-tiba dia teringat pada kembang api di halaman yang dilupakannya semalam karena terlalu sibuk. Dengan tergesa-gesa, dia berlari keluar dan melihat bahwa semua kembang api itu telah basah."Aduh, aku ini pelupa sekali!" Grace menepuk kepalanya karena merasa bersalah. Semalam, dia terlalu terpesona menikmati makanan yang belum pernah dicicipinya sebelumnya, sehingga lupa akan rencana menyalakan kembang api.Saat hendak membereskan kembang api yang basah, Grace melihat Jane di dekat pintu belakang yang memandangnya dengan tatapan penuh kekecewaan."Maaf, aku lupa ...."Jane menggeleng dengan perlahan dan menuliskan sesuatu di telapak tangannya.[ Nggak apa-apa, aku juga lupa. Mungkin kita memang nggak jodoh nonton kembang api sama-sama. ]Grace menatap tulisan itu sejenak. Merasakan
Setelah kembali ke rumah, pengaruh obat bius itu masih belum hilang. Grace tertidur lelap selama lebih dari setengah jam sebelum akhirnya sadar. Saat bangun, dia memandang balkon dan bertanya-tanya apakah semua yang terjadi adalah sebuah mimpi. Dia tidak bisa membedakan antara kenyataan dan imajinasi.Grace ingat bahwa dia pergi ke rumah Jane, melihat lapangan golf, membuat kue untuk Jane, tidur di sampingnya, dan perasaan kecewa saat melihat kembang api yang basah. Semua itu terasa nyata, tetapi juga seolah-olah seperti sebuah mimpi.Tak lama setelah Grace bangun, Felicia baru pulang dengan tampang kelelahan. Felicia langsung masuk ke kamar untuk tidur siang. Sementara itu, Grace pergi ke dapur karena ingin membuat sesuatu yang unik untuk dikirimkan kepada Jane. Meskipun Jane memiliki koki profesional, Grace merasa bahwa hasil buatannya sendiri terasa lebih istimewa.Grace membuat kotak bento berbentuk onigiri dengan berbagai macam bentuk. Setelah selesai, dia mengambil beberapa foto
Bagaimanapun, aktris yang telah berkarier selama 20 tahun lebih di dunia hiburan memang akan terlihat berbeda. Bak bunga teratai yang tumbuh di tengah-tengah lumpur, Felicia tampak jauh berbeda dari artis-artis kecil yang hanya menarik perhatian dengan berpakaian minim. Kelasnya jauh berada di atas mereka.Kehadirannya mencerminkan kecantikan dan keanggunan wanita timur. Para jurnalis memotretnya dengan bersemangat, sedangkan Felicia tersenyum sambil melambaikan tangan dan berjalan perlahan-lahan di atas karpet merah.'Wah ... jadi begini rasanya jadi megabintang? Keren sekali!' batin Grace yang merasa bangga. Bagaimanapun, orang ini adalah ibu angkatnya!Namun tanpa sepengetahuan mereka, ada seseorang yang mengamati semua ini dengan sinis di antara para jurnalis. Tatapannya terus tertuju pada Felicia dengan kejam. Sepanjang perjalanan, Felicia merasakan tidak nyaman seolah-olah ada mata yang mengawasinya dari belakang.Felicia memeriksa ke sekelilingnya, tetapi tidak menemukan sosok y
Tara telah menjadi manajer Felicia sejak awal kariernya di dunia hiburan. Meskipun pada awalnya hubungan mereka bersifat profesional, bertahun-tahun kebersamaan membuat mereka menjadi seperti saudara.Tara sangat memahami Felicia, termasuk semua aspek kehidupannya, bahkan masa lalu kelam yang selalu ingin dilupakan Felicia."Nggak mungkin! Dia sudah mati! Kami semua melihatnya sendiri!""Ta ... tapi, tadi dia benar-benar telepon aku. Aku kenal suaranya, seram dan aneh. Dia datang untuk balas dendam! Dia ... bakal celakain Jimmy nggak?" tanya Felicia."Fel, jangan nakutin diri sendiri. Acaranya sudah mau dimulai, semua media menyorot dirimu. Kamu nggak boleh sampai buat kesalahan. Kamu ini aktris, harus bisa menutupi emosimu sendiri! Kamu nggak boleh ceroboh sekarang.""Lihat mataku. Dia sudah meninggal. Kalaupun rohnya datang mencarimu, kamu tetap nggak boleh takut. Lagi pula, semua karena ulahnya sendiri, nggak ada hubungannya sama kamu!" timpal Tara."Tapi ...." Felicia masih ingin m
Setelah acara, dimulailah sesi wawancara dengan para wartawan. Felicia memperkenalkan Grace secara resmi kepada media. Saat kamera menyorot ke arah Grace, suara kamera terus terdengar bertubi-tubi.Grace merasa sangat gugup, sampai tidak bisa bersuara. Felicia-lah yang terus memperkenalkannya dengan penuh percaya diri."Putri angkat Anda cantik sekali!""Apa Anda punya rencana mau masuk ke dunia hiburan? Menurutku cocok sekali!""Bu Felicia, penilaianmu memang bagus. Putri angkatmu ini punya karisma seperti kamu dulu!"Pujian dari para wartawan terus berdatangan. Grace hanya bisa tersenyum meskipun dia tahu tidak semua yang mereka katakan bisa dipercaya. Namun, satu hal yang bisa dia percayai adalah ketika mereka memuji penampilannya. Bagaimanapun, dia tahu bahwa wajahnya memang cukup menawan.Acara malam itu berlangsung hingga larut dan setelahnya ada kendaraan khusus yang menjemput mereka untuk menghadiri pesta dari pihak penyelenggara. Lokasinya di sebuah gedung konser terkenal yang
Harry berucap dengan tidak berdaya, "Jangan keluyuran di kota asing seperti ini. Ada banyak hal berbahaya di sini. Paham?""Ya, aku sudah paham." Grace teringat pada Jane. Gadis ini seharusnya berada di tempat berbahaya. Jane tidak senang dengan hidupnya.Karena memikirkan hal lain, Grace tidak memperhatikan tatapan Harry menjadi agak suram. Dia tahu keluarga itu, juga tahu betapa menakutkannya mereka.Hanya saja, Harry tidak ingin memberi tahu Grace karena tidak ingin membuatnya takut. Asal tahu, Madrila adalah medan perang yang paling dibenci Harry.Di wilayah laut sebelah timur, Harry kehilangan kakaknya. Harry tanpa sadar mengepalkan tangan. Napasnya menjadi agak berat."Kamu mau temani aku dansa nggak?""Nggak bisa, soalnya identitasku sebagai pekerja. Kalau aku terlalu mencolok, nanti para selebritas wanita menggangguku. Merepotkan sekali."Ketika mendengarnya, Grace ingin meledek Harry. Namun, dia tidak sengaja melihat banyak wanita mengedipkan mata kepada Harry. Harry benar-ben
Aryan berucap, "Harry, katakan sejujurnya. Aku nggak percaya kamu melakukan itu! Kalau kamu memang ingin membuat Frandy impoten, kenapa kamu harus tunggu sampai sekarang? Pasti bukan kamu.""Hasil penyelidikanku nggak menemukan jejak campur tanganmu. Pelakunya pasti orang lain! Aku tahu semua orang mencurigaimu. Tapi, kalau kamu jujur padaku, aku pasti akan memercayaimu.""Kamu putraku, jadi aku yang paling memahamimu. Biarpun kamu ingin membalaskan dendam Titus, kamu nggak mungkin sekejam itu. Kalau membunuh bisa menyelesaikan masalah, Steven pasti sudah lama mati. Kamu bukan orang seperti itu!" tambah Aryan."Ya, aku berbeda dengan Kak Steven," ucap Harry dengan dingin."Memang bukan aku, tapi aku tahu dan nggak bisa menghentikannya. Jadi, anggap saja aku pelakunya. Apa pun bisa kulakukan untuk membalaskan dendam Kak Titus. Aku janji nggak akan membunuh. Kematian adalah hukuman yang terlalu ringan. Aku mau mereka hidup dan membayar dosa-dosa mereka secara perlahan!""Kak Steven masih
Kakak beradik itu saling menatap dengan tajam. Atmosfer di sekitar seketika berubah mencekam.Meski bersembunyi di tangga, Grace pun bisa merasakan ketegangan di udara. Jantungnya mulai berdebar kencang.Terakhir kali ke sini, Steven begitu angkuh. Seolah-olah dia yakin Harry sudah berada dalam genggamannya.Hanya dalam waktu singkat, kekuatan keduanya sudah berimbang. Kini, Harry bahkan sedikit lebih unggul. Siapa yang akan menang dan kalah sudah bisa terlihat jelas.Hanya saja, Grace kebingungan. Benarkah Harry yang mencelakai Frandy?Mata Steven berkilat tajam saat mendengar kata-kata Harry. Dia menyipitkan matanya dan berucap dengan dingin, "Jangan sembarang fitnah! Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan. Jangan pikir kamu bisa menyalahkanku atas kecelakaan yang menimpamu dan Titus!""Bukti yang kupunya memang nggak lengkap, tapi aku yakin kamu pelakunya. Itu sebabnya aku nggak bisa berbuat banyak padamu. Sama seperti situasimu sekarang. Kalaupun kamu tahu aku yang mencelakai Frand
Juan tidak tahu Alan adalah Jimmy. Dia hanya bergidik melihat tindakan Alan. Semua orang yang diincar Alan pasti tidak punya kesempatan untuk menyelamatkan diri lagi.Mendengar laporan Juan, Harry menyipitkan matanya. Dia mengepalkan tangannya dengan erat. Ternyata Jimmy menepati janjinya dan langsung bertindak kejam.Jimmy tahu Harry membenci Steven. Namun, Harry tidak bisa menghabisi Steven karena memikirkan Aryan. Jadi, Jimmy yang membantu Harry untuk menjadi orang jahat.Awalnya, Harry tidak ingin mendesak Steven dengan cara yang begitu kejam. Jadi, dia mengutus Juan untuk mengikuti Jimmy. Ternyata, Harry tetap gagal menghentikan Jimmy.Jimmy ingin mendesak Harry untuk bertindak kejam. Harry berucap, "Kamu nggak usah urus masalah ini lagi. Aku tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya."Kemudian, Harry mengakhiri panggilan telepon. Jika tidak bisa mundur lagi, Harry akan melanjutkannya.Sementara itu, Grace memotong buah untuk Harry. Biasanya Harry harus bekerja saat malam hari, di
Grace memandang Harry dengan ekspresi kagum. Harry tersenyum, dia benar-benar tidak berdaya menghadapi Grace. Harry berkata, "Sudah malam, saatnya kita pulang. Tempat ini agak jauh dari tempat parkir, biar aku gendong kamu."Harry berjongkok di depan Grace. Sementara itu, Grace juga tidak sungkan lagi. Dia langsung naik ke punggung Harry.Sekarang hampir pukul 12 malam. Suasana di pasar malam lebih tenang. Grace melihat bayangan mereka berdua di bawah cahaya lampu jalan dan tertawa."Kenapa kamu tertawa?" tanya Harry.Grace menyahut, "Tiba-tiba aku merasa kamu nggak seperti pria berusia 29 tahun. Kamu seperti ... anak muda yang lagi pacaran.""Oh, ya? Aku nggak merasa begitu," timpal Harry.Grace membalas, "Aku merasa kamu yang berusia 29 tahun dan aku yang berusia 19 tahun sangat cocok. Kariermu sangat sukses dan kamu sangat dewasa, nggak seperti anak muda yang bertindak gegabah. Kamu juga sangat berprinsip.""Aku baru berusia 19 tahun dan ini masa-masa yang paling indah. Aku masih sa
Hannah meneruskan, "Aku sudah melupakan semua masalah yang menyedihkan itu, kamu juga harus melupakannya. Kamu nggak berutang padaku, aku yang terus mempersulitmu. Aku sudah dewasa, nggak perlu dilindungi kamu lagi. Nantinya pasti ada yang melindungiku."Hannah menambahkan, "Kamu simpan saja perhatianmu untuk orang lain. Aku nggak butuh!"Hannah berusaha menahan air matanya dan mengungkapkan semua kata-kata yang sudah disiapkannya untuk waktu yang lama. Ternyata, rasanya begitu lega setelah memutuskan untuk melepaskan seseorang.Robin berbalik setelah mendengar perkataan Hannah dan tersenyum. Dia tidak melontarkan sepatah kata pun. Robin hanya mengangguk, ekspresinya terlihat lembut.Hannah tahu Robin hanya menunjukkan perhatiannya sebagai seorang kakak. Hannah juga menerimanya. Dia tidak menyesal karena sudah melakukan apa yang dia inginkan. Hannah akan melanjutkan hidupnya dan menemukan pria yang mencintainya."Hati-hati di jalan," pesan Hannah sambil melambaikan tangannya. Dia menga
Pemilik kedai tahu Harry memikirkan kepentingan anaknya. Jadi, dia pun setuju. Harry menemukan anak pemilik kedai, lalu menyerahkannya kepada pihak kepolisian.Saat dipenjara, anak pemilik kedai memarahi Harry suka mencampuri urusan orang lain. Dia juga memaki ayahnya yang bersikap kejam terhadap anak kandung sendiri.Harry berpesan, "Robin, tolong beri tahu temanmu di kantor polisi untuk beri dia pelajaran. Aku nggak senang dengar omongannya tadi."Robin menyahut, "Oke. Harry yang marah baru kelihatan normal."Harry bertanya, "Menurutmu, butuh berapa lama untuk mengubah sifat seseorang?"Robin menjawab, "Untuk orang yang parah begini, setidaknya butuh waktu lebih dari 1 tahun."Harry menimpali, "Kalau begitu, 3 tahun saja. Setiap perbuatan ada konsekuensinya. Aku juga nggak pernah bersikap lunak saat membantu orang."Robin mengangguk, orang yang kecanduan judi selama bertahun-tahun seperti ini harus diawasi untuk waktu yang lama agar tidak berulah lagi."Oh iya, aku sudah mau pergi,"
Grace menyahut, "Nggak. Aku cuma lewat dan bantu antar mereka ke rumah sakit.""Terima kasih, Bu Grace. Kalau bukan karena kamu, takutnya aku dan anakku ...," ucap menantu pemilik kedai. Sebelum menyelesaikan ucapannya, air matanya mengalir.Grace menghibur, "Jangan menangis, wanita yang baru melahirkan nggak boleh menangis. Nanti aku juga ikut menangis. Dengarkan nasihatku, aku bawa Harry lihat anakmu. Aku akan beri tahu kamu paras anakmu setelah kembali."Bayi menantu pemilik kedai lahir prematur, jadi langsung dimasukkan ke inkubator. Grace membawa Harry untuk melihat bayi itu. Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat kecil dan wajahnya berkerut."Apa semua bayi yang baru lahir begitu jelek?" komentar Grace dengan ekspresi sedih.Harry bertanya, "Kenapa di bokongnya ada lebam?"Grace menjawab, "Konon orang mati yang nggak mau bereinkarnasi akan ditendang oleh Dewa Akhirat untuk turun ke dunia fana. Kamu juga punya tanda seperti itu waktu baru lahir."Harry menanggapi
"Lagi pula, nanti dia juga akan kemari saat nggak bisa menemukanmu. Aku nggak akan khawatir lagi," ucap Robin sambil tersenyum. Dia hendak membawa pemilik kedai untuk diobati, tetapi pemilik kedai menolak.Alasannya karena pemilik kedai tidak punya uang dan tidak ingin meninggalkan kamar bersalin. Keluarga menantunya sangat jauh. Sejak hamil sampai sekarang, keluarganya tidak sempat datang berkunjung.Istri pemilik kedai sudah lama meninggal. Hanya tersisa dia sendiri yang menjaga menantunya. Jika menantunya selesai melahirkan dan tidak melihatnya di sana, dia pasti akan sangat sedih.Grace merasa bahwa pemilik kedai adalah ayah mertua yang baik. Dia sangat peduli pada menantunya. Hal ini membuat Grace teringat pada Aryan. Grace merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang baik."Bos, kamu dan putramu ...," tanya Grace dengan hati-hati."Hais." Begitu mendengar ini, pemilik kedai menghela napas panjang. Dia memukul dadanya sambil mengentakkan kaki. Ekspresinya terlihat sangat meny
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita