Makin dilihat, anak ini benar-benar mirip boneka. Siapa pun yang melihat pasti tidak akan melupakannya. Apa anak kecil di sini memang cantik-cantik?Grace termangu sesaat. Setelah anak itu menarik lengan bajunya, dia baru bereaksi kembali.Anak itu kedinginan hingga bibirnya memucat. Grace baru teringat bahwa anak ini diejek bisu tadi. Sepertinya dia tidak bisa bicara.Grace memandang ke sekeliling. Setelah menemukan kafe, dia membawa anak itu ke sana. Grace berjongkok dan bertanya dengan sabar, "Kamu bisa dengar aku?"Anak perempuan ini benar-benar cantik. Grace ingin sekali memiliki adik seperti ini. Jika memungkinkan, dia juga ingin punya putri secantik ini!Anak perempuan itu mengangguk. Matanya terlihat jernih. Grace bertanya lagi, "Kamu dingin ya?"Anak itu mengangguk lagi. Grace segera mencari tempat yang dekat dengan penghangat ruangan. Kemudian, dia melepaskan syalnya dan memakaikannya ke leher anak itu. Grace memesan teh susu hangat dan dua potong kue untuknya.Anak ini kelih
"Nggak masalah!" Grace mengiakan dengan senang. Dia tak kuasa mengelus wajah anak itu. Kecantikannya seperti tidak nyata.Sungguh menggemaskan! Baik itu rambut, gaun, ataupun wajahnya, semuanya tiada duanya. Selain itu, bibirnya juga merah muda dan terlihat lembap.Saking terpananya, Grace sampai lupa untuk bertanya. Dia langsung menyentuh bibir gadis kecil itu. Wow! Lembut sekali!Ketika Grace masih larut dalam ketakjubannya, Jane tiba-tiba membuka mulut dan menggigitnya. Rasanya tidak sakit, tetapi gadis itu tidak mau melepas gigitannya."Jangan gigit aku," ujar Grace. Dia bisa merasakan gadis itu menjilat jarinya. Lidahnya sangat hangat dan basah. Ini terasa sangat aneh.Kemudian, Jane membuka mulutnya dan mengambil tisu untuk membantu Grace menyeka. Dia menuliskan sesuatu di tangan Grace.[ Kamu juga cantik. Jarimu manis. ]Grace merasa bingung. Gadis ini memujinya? Apa ini cara orang cantik memuji seseorang? Dia pun bertanya, "Kamu ... memujiku?"Jane mengangguk dengan sungguh-sun
Saat salju berhenti, para pelayan bergegas membersihkannya dengan cekatan. Kali ini Jane cukup beruntung karena berhasil keluar dan berharap bisa menemukan tempat yang bersih. Namun saat melangkah keluar, dia menyadari bahwa dunia di luar juga tidak lagi tertutup salju.Jalanan sudah dibersihkan, hanya menyisakan permukaan tanah yang basah dan kotor. Pemandangan ini jauh berbeda dari salju putih yang dibayangkannya.Namun kini, keinginannya terwujud. Jane merasakan emosi yang membuncah dan segera mendorong kursi rodanya dengan cepat. Seorang pria tua yang berdiri di dekatnya hendak menghampiri, tetapi Grace telah duluan melangkah maju dan mendorong kursi roda Jane keluar dengan lembut."Kamu pernah lihat kembang api? Dulu, di sini sering ada kembang api."Jane menggeleng pelan. Melihatnya, hati Grace tiba-tiba merasa iba. Sesuatu yang begitu biasa dan sering dinikmati orang lain ternyata belum pernah dilihat oleh Jane.Mungkin karena kesehatannya yang buruk, Jane jarang keluar rumah. H
Grace juga merasa agak kecewa karena jarang sekali dia bertemu dengan gadis secantik Jane."Aku bakal kirimin kamu e-mail," kata Grace sambil mengayunkan ponselnya, menunjukkan bahwa dia memiliki beberapa foto mereka berdua.Jane melambaikan tangannya sebagai isyarat dan Drake segera mendorong kursi roda Jane ke bawah. Setelah itu, Drake menggendong Jane ke dalam mobil. Begitu masuk, dia langsung menutup jendela."Nona harus kembali sekarang dan juga harus mulai berpikir lebih jernih. Dunia luar nggak cocok untukmu."[ Kakak sudah pulang?] tanya Jane dengan bahasa isyarat."Sudah pulang. Jadi, Nona harus lebih berhati-hati. Identitas Anda sangat terhormat, jadi tetaplah waspada," jawab Drake sambil mengemudi. Jane memandang ke arah kaca spion, menyaksikan sosok Grace menghilang perlahan-lahan dari pandangannya dengan tatapan penuh kesepian.Jane berharap bisa cepat bertemu kembali dengan Grace. Dia mulai menantikannya. Gadis itu sangat menarik dan ... sangat pintar bicara. Itu hal yang
Pacar Harry? Apa maksudnya? Pelakor ini berhasil naik status?"Nggak berani!" jawab mereka dengan ketakutan."Lain kali kalau dia datang cari aku, langsung bawa ke atas saja.""Baik, Pak Harry."Di gedung ini, Harry punya kekuasaan mutlak."Sudah, ayo kita pergi makan. Kamu panggilkan Kak Ellie dulu, aku sudah lapar.""Kalau begitu, tunggu aku di sini. Aku turun sebentar lagi," jawab Harry.Tak lama kemudian, Ellie pun turun. Dia mengenakan sepatu hak tinggi hitam dan setelan jas bergaris, dengan rambut yang diikat tinggi. Penampilannya memancarkan aura profesional sekaligus karismatik.Senyumannya tampak lembut dan anggu. Meskipun di balik kelembutannya, Ellie dikenal sebagai wanita kuat dengan kemampuan yang tidak diragukan lagi. Perpaduan antara kelembutan dan ketegasan ini terlihat begitu alami dalam dirinya.Ellie melangkah mendekat dengan ramah, lalu mengulurkan tangan dan tersenyum."Aku sudah sering dengar Harry bercerita tentangmu. Akhirnya bisa ketemu langsung sekarang. Sulit
Ellie berbicara dengan sangat hati-hati karena takut mengganggu Grace yang sedang tertidur lelap. Harry yang saat itu sedang membelai rambut Grace, tiba-tiba menghentikan gerakannya ketika mendengar ucapan Ellie.Jari-jarinya agak gemetaran dan tubuhnya sempat kaku sejenak. Tatapannya menjadi dalam dan penuh gejolak. Dia menarik napas panjang, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya sudah berlalu, nggak ada yang perlu dibicarakan lagi.""Dulu kamu menyembunyikan identitasmu dan dia nggak tahu kamu masih hidup. Tapi, sekarang kamu sedang berada di puncak karier. Dengan bantuan Keluarga Wongso, kamu bisa melakukan banyak hal di ibu kota.""Tapi, dengan penyebaran informasi yang begitu cepat di dunia ini, suatu hari nanti dia pasti akan menyadari keberadaanmu," lanjut Ellie."Jangan bahas masalah itu lagi, Kak. Diriku yang dulu memang sudah mati. Sekarang, aku hanya Harry," jawabnya dengan dingin dan sorot mata yang kesepian.Ellie menghela napas panjang sambil melihat ke arah kaca spion. M
Di saat Grace masih gemetaran, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Dia terpana melihat orang yang datang. Kenapa malah Jane?Jane tersenyum sekilas, lalu melirik ke arah Drake."Nona Grace, maaf. Karena mempertimbangkan keselamatan Nona yang nggak bisa keluar rumah, kami terpaksa mengundangmu dengan cara seperti ini."Mendengar hal ini, Grace baru merasa lega. Dia tidak tahu apakah dirinya harus marah atau tertawa. Padahal cuma mau mengundang dirinya, tapi kenapa sampai harus membuat kehebohan seperti ini? Grace hampir saja mati ketakutan.Dengan cepat, dia turun dari tempat tidur dan sambil menepuk dadanya, dia berkata, "Kalian hampir membuatku mati ketakutan! Aku pikir aku diculik! Cara kalian mengundang tamu terlalu unik!"Jane menggenggam tangannya dengan lembut dan mulai menulis di telapak tangan Grace.[ Maaf sudah membuatmu takut. Aku baru tahu setelahnya ternyata Paman pakai cara seperti ini. ]Melihat Jane yang cantik meminta maaf padanya, Grace memutuskan untuk tidak memperm
[ Kali ini aku lapar, aku mau makan cake-mu. ]"Bukannya seharusnya kamu yang siapin makanan enak untukku? Kenapa jadi terbalik? Ya sudah, nggak masalah!"Grace mendorong Jane ke dapur dan mulai menguleni adonan. Dengan tangan yang penuh tepung, dia mencolek hidung Jane dengan sedikit tepung. Jane mengernyit, lalu mencoba membalas dengan mengambil sedikit tepung dari meja. Namun karena Jane duduk di kursi roda, dia tidak bisa mencapai wajah Grace. Karena kesal, dia mengoleskan tepung itu ke pakaian Grace."Aku cuci tomat untukmu, biar kamu bisa ngemil dulu," kata Grace sambil mencuci dua buah tomat. Dia memberikan satu untuk Jane dan satu lagi untuk dirinya sendiri, lalu mulai memakan tomat itu dengan gigitan besar.Jane tampak terkejut melihat cara Grace makan. Di rumahnya, makan dengan cara seperti itu dilarang keras. Saat makan, mereka harus mengunyah dengan pelan dan mulut tertutup. Setiap kali saat makan keluarga, suasananya sangat hening dan mencekam.Namun, sekarang ... suasana
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar