"Kenapa ada banyak polisi?" tanya Grace."Yang penting kamu nggak berbuat kriminal, 'kan? Ayo, kita turun dan makan," ajak Harry. Dia menggenggam tangan Grace dan membawanya turun.Semua orang di dalam bus sudah hampir turun. Namun, Grace menyadari pasangan tadi belum turun. Suara anak itu sudah berubah serak karena terus menangis. Saat ini dia terlihat terengah-engah, sepertinya karena kesakitan."Kalian nggak turun buat makan? Ada air panas di bawah, jadi kalian bisa membuat susu untuk anak kalian. Kurasa dia juga lapar," ucap Grace."Oh ... se ... sebentar lagi," sahut si istri dengan terbata-bata sambil melirik ke arah suaminya. Mereka berbisik-bisik sebentar, lalu akhirnya turun dari bus dengan enggan.Ketika Grace ingin membeli makanan, wanita tadi tiba-tiba memanggilnya dan bertanya, "Anu ... apa kamu bisa menggendong anakku sebentar? Suamiku pergi ke toilet. Aku ingin mengambil uang, tapi nggak leluasa karena menggendong anakku."Grace memandang ke arah suami wanita itu. Dia me
"Tapi ...," ucap Grace ragu-ragu."Aku nggak akan makan banyak. Kalau rasanya ada yang aneh, aku akan berhenti," kata Harry, berusaha menenangkannya.Grace hanya bisa mengangguk. Tidak ada restoran mewah di sini. Jika mereka tidak makan sesuatu, perjalanan selama beberapa jam ke depan akan terasa berat.Kondisi area istirahat kurang baik. Makin jauh dari pusat kota, tempatnya makin kumuh. Letaknya juga berada di pinggir jalan.Semua meja dan kursi di sini terlihat berminyak. Suasananya berisik, penuh dengan penumpang yang lelah. Grace melihat Harry mengernyit ragu. Namun, pria itu menahan diri dan tetap melangkah masuk.Harry yang mengenakan jas, lengkap dengan dasi dan sepatu mengilapnya terlihat salah alamat di sini. Begitu masuk, semua orang sontak memandang mereka dengan heran.Pada saat itu, seorang anak tiba-tiba menabrak Harry dan menginjak sepatunya. Sekarang sepatu kulitnya sudah tidak mengilap lagi."Maaf, Paman ...," ucap anak itu.Di luar dugaan, sikap Harry pada anak kecil
Satu-satunya petunjuk yang Grace miliki telah membawanya ke sini. Namun, setidaknya dia tidak pulang tanpa hasil. Setidaknya dia tahu bahwa ibunya tidak meninggalkannya dengan sengaja. Sang ibu punya alasannya sendiri.Sejak masih kecil, Grace sering mengeluhkan ibunya. Dia tidak mengerti mengapa sang ibu mau melahirkannya, tetapi tidak mau membesarkannya, bahkan menukarnya dengan uang.Apa ibunya akan merasa bersalah jika tahu kehidupan seperti apa yang Grace jalani selama ini? Namun, sekarang Grace hanya merasa lega.Grace memesan tiket pulang untuk malam itu. Dia pergi dengan hati yang lebih ringan.Tanpa sepengetahuannya, saat mereka meninggalkan kota kecil itu, seseorang berlari mengejarnya. Sayangnya, orang itu gagal mengejar kecepatan bus.Keesokan paginya, mereka tiba di Kota Jimba, lalu melanjutkan perjalanan dengan naik pesawat.Grace pulang ke rumah dan tidur hingga sekitar pukul 3 sore. Begitu terjaga, perutnya langsung keroncongan.Harry tumben sekali membiarkannya beristi
Sekarang, Hannah sama sekali tidak bisa menghentikannya. Dengan perasaan putus asa, dia duduk sambil menatap Grace yang terlihat ketakutan."Maaf, aku dengar kalian pergi bersenang-senang tanpa memberitahuku, jadi aku agak marah. Kamu nggak kaget, 'kan?" tanya Hannah yang merasa sedikit bersalah.Grace menimpali, "Jadi kamu cuma marah? Aku kira kenapa tadi. Kamu kelihatan sangat menakutkan, sampai bikin aku kaget! Sekarang, kamu sudah baik-baik saja, 'kan?""Ya, aku sudah baik-baik saja," ucap Hannah sambil menggeleng pelan. Perasaan tak berdaya menyelimuti hatinya. Apa lagi yang bisa dia lakukan sekarang?Sepanjang makan, Hannah benar-benar kehilangan selera makan. Melihat bahwa sahabatnya tidak bersemangat, Grace berniat untuk menawarkan tumpangan pulang.Sayangnya, Hannah malah menolak. Dia ingin menenangkan pikirannya dan memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya.Hubungan ini harus diputuskan! Meski hatinya masih berat, Hannah tahu kalau terus begini, dia hanya akan membah
Ketika Robin menerima pesan itu, dia menatapnya lama sekali. Setelah beberapa saat, barulah dia menyadari bahwa Hannah sudah meninggalkan ibu kota.Adiknya itu tidak pernah pergi jauh. Sejak kedua orang tuanya mengalami kecelakaan, mereka pindah ke ibu kota dan tinggal bersama paman mereka.Setiap kali Robin pergi jauh, hatinya selalu dipenuhi kerinduan. Sebab, satu-satunya keluarganya yang tersisa berada di ibu kota. Itulah sebabnya dia selalu menantikan liburan setiap tahunnya.Robin sudah terbiasa bepergian sendiri karena dia tahu Hannah akan selalu menunggunya di sini. Namun sekarang, justru Hannah yang pergi, sementara dia tetap di ibu kota.Robin tidak mengejarnya. Sebab, dia tahu Hannah pasti sudah memikirkan keputusan ini matang-matang. Kalau tidak, dia tidak akan pergi. Apakah ini karena masalah psikologisnya? Apakah Hannah ingin menyembuhkan dirinya sendiri?Jika Robin mengejarnya, bukankah itu akan merusak upaya Hannah untuk pulih? Bagaimanapun, kelak yang akan menjaganya bu
Grace merasa agak bersalah sehingga suasana hatinya menjadi buruk. Seharian penuh, dia mengerjakan tugas dengan sangat kacau. Harry yang melihatnya tidak fokus akhirnya mengatur sebuah perjalanan untuknya.Grace menatap undangan dengan mata terbelalak, lalu menunjuk diri sendiri dengan tidak percaya sambil bertanya, "Apa? Aku harus ikut Bibi ke pesta amal di Negara Yusala? Kamu pasti bercanda!""Sebenarnya, awalnya aku nggak mau memberimu undangan ini karena khawatir kamu akan kesulitan menanganinya. Tapi melihat kondisimu sekarang, kurasa kamu butuh sedikit hiburan," jelas Harry.Grace membalas, "Tapi ... aku baru saja ikut denganmu ke Kota Jimba, 'kan?"Harry menjelaskan, "Itu beda. Menghadiri acara ini akan meningkatkan reputasimu. Pesta amal ini diadakan setiap tahun. Cuma orang-orang yang paling berpengaruh dalam kegiatan amal di seluruh dunia yang akan terpilih.""Meskipun acaranya di luar negeri, di dalam negeri tetap mendapat perhatian besar. Tahun ini, Felicia dinominasikan se
Harry menambahkan, "Aku terlalu gampang luluh, itulah yang menghalangi pertumbuhanmu. Jangan pura-pura kasihan lagi. Aku nggak akan termakan rayuanmu.""Pokoknya besok, kamu akan berangkat. Ada pesawat khusus yang menjemputmu dan aku bahkan nggak akan mengantarmu!" jelas Harry."Kamu tega banget!" keluh Grace dengan tidak puas.Harry menjelaskan, "Itu namanya suami tegas, istri jadi lebih berani!"Grace merespons, "Ish nggak tahu malu! Aku belum nikah denganmu! Kalau nggak mau antar, ya sudah. Biar kuberi tahu, di luar negeri ada banyak pemuda tampan. Jadi, lebih baik kamu nggak ikut supaya aku bisa cari pria lain!""Hmph!" Setelah itu, Grace pergi dengan marah. Mendengar kata-katanya, Harry hanya bisa menggeleng. Wanita ini memang sulit dihadapi.Keesokan harinya tiba, benar saja Harry tidak mengantarnya ke bandara. Dia meminta Juan yang mengantar. Bahkan sejak pagi buta, Harry sudah tidak ada di ranjang.Juan mengatakan bahwa Harry takut hatinya melunak sehingga langsung pergi ke kan
"Setiap kali selalu seribet ini," keluh Felicia dengan pasrah. Dia mulai memakan steik dengan anggun menggunakan pisau dan garpu.Pramugari itu hendak berbalik dan pergi, tetapi Grace menghentikannya. Dia bertanya dengan bingung, "Um ... punyaku mana?""Makananmu akan segera datang," jawab pramugari."Hmm? Bukannya aku juga dapat steik dan anggur merah?" tanya Grace lagi."Anggur merah memang ada, tapi steik itu khusus disiapkan oleh Pak Jimmy untuk Bu Felicia. Cuma ada satu," jelas pramugari."Eh, apa nggak ada yang pesan layanan spesial juga untukku?" tanya Grace dengan penuh harapan. Dia berpikir Harry mungkin sudah menyiapkan sesuatu untuknya juga.Pramugari itu menjawab, "Oh ya, ada. Maafkan aku, Nona Grace. Aku hampir lupa. Sebenarnya ada pesan dari Pak Harry.""Sudah kuduga, pasti ada sesuatu darinya!" ucap Grace sambil tersenyum lebar. Dia merasa bangga sambil melirik ke arah Felicia seolah sedang berkata bahwa prianya juga tidak kalah romantis.Tak lama kemudian, pramugari dat
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar