Karena ciuman tadi, suara Grace menjadi agak manja dan memikat. Harry mengepalkan tangan sambil menyahut, "Ya, aku pergi cuci wajah dulu."Kemudian, Harry langsung pergi ke kamar mandi. Grace merasa agak kesal. Harry lagi-lagi tidak melakukan apa pun padanya.Ketika Grace menunggu Harry, Viktor tiba-tiba meneleponnya. Ternyata Viktor mencarinya di aula. Grace bertanya, "Ayah, ada apa?""Kakakmu nggak mengizinkanmu jadi pendamping pengantin, tapi kamu tetap harus menemaniku berjalan masuk. Hari ini nggak ada reporter, tapi semua yang datang adalah tokoh terkemuka. Kita nggak mungkin menunjukkan kalau keluarga kita nggak harmonis. Orang-orang akan mentertawakan kita nanti," jelas Viktor.Grace merasa lucu mendengarnya. Mereka memang tidak akur. Sejak kecil, Greta selalu menindas Grace dan ayahnya tidak pernah membelanya. Akan tetapi, sekarang ayahnya malah membuat permintaan seperti itu hanya untuk menjaga martabat keluarga."Ya sudah, aku pergi ke ruang rias," sahut Grace.Setelah pangg
Grace duduk di samping, tetapi Viktor tidak memperhatikannya sejak tadi. Tatapan Viktor hanya tertuju pada Greta, seolah-olah hanya Greta putrinya. Bagaimana dengan Grace? Siapa dia?Hati Grace terasa sakit. Dia mengira dia sudah terbiasa dengan situasi ini, tetapi ternyata tidak. Grace telah tinggal di rumah Keluarga Lugiman selama bertahun-tahun dan tahu dirinya tidak dibutuhkan. Namun, sekarang dia baru menyadari bahwa dirinya bukan hanya tidak dibutuhkan, tetapi juga tidak dianggap.Grace merasa getir, tetapi tidak bisa menangis. Dia mengepalkan tangannya dengan erat hingga kuku menusuk telapak tangannya.Setelah ketiga orang itu selesai berbasa-basi, Viktor baru melirik Grace dan berkata, "Rupanya kamu sudah sampai. Kudengar kamu berselisih dengan cucu Keluarga Tedja tadi. Lain kali diam saja kalau bisa. Jangan menyinggung orang. Paham?""Bukan salahku, dia yang ...." Grace belum selesai berbicara, tetapi Viktor sudah menyela, "Aku nggak peduli salah siapa. Keluarga Lugiman dan Ke
"Kamu .... Paman, lihat putrimu. Entah apa yang dia katakan. Kalau orang luar tahu, mereka akan mengira Keluarga Lugiman nggak mendidiknya dengan baik!" ucap Wony.Begitu mendengarnya, ekspresi Viktor menjadi masam. Faktanya, Viktor memang agak takut pada kekuasaan Harry dan suami istri Keluarga Adhitama yang bersikap tidak masuk akal itu.Kini, sebagai kepala keluarga dan seorang ayah, Viktor merasa terprovokasi karena perkataan Grace. Dia merasa dirinya harus mengambil tindakan. Sekalipun Harry mempeributkan masalah ini, Viktor merasa dirinya berhak mendidik putrinya sendiri."Grace!" bentak Viktor sambil menggebrak meja rias hingga terdengar suara benturan yang kuat.Jantung Grace sontak berdetak kencang. Dia menatap Viktor dan bertanya, "Ayah, memangnya yang kukatakan salah? Dia cuma orang luar, apa haknya ikut campur urusan keluarga kita? Memangnya orang tuanya nggak mengajarinya hal sesimpel ini?""Kamu masih berani menyalahkan orang lain? Sepertinya kamu ingin memberontak ya!" V
Bagaimana mungkin tubuh kurus Grace bisa menahan pukulan sekuat itu? Dia terjatuh hingga lututnya membentur lantai. Dia mencoba untuk bangkit, tetapi tidak punya tenaga.Viktor benar-benar memukulnya! Kenapa? Grace mendongak. Matanya memerah, tetapi air matanya tidak bisa menetes. Kini, dia tidak menaruh harapan apa pun lagi pada hubungan keluarga."Kamu tanya kenapa aku begitu pilih kasih? Karena kamu hanya bisa membuatku malu! Cuma Greta kebanggaanku! Sekalipun kamu disokong Harry dan Keluarga Adhitama, aku tetap membencimu!" teriak Viktor.Malu? Kata ini bagaikan pisau yang menikam hati Grace. Berdarah dan sulit diobati. Ternyata dirinya adalah aib di mata Keluarga Lugiman.Orang-orang ini meremehkannya, tetapi Grace tahu dirinya tidak boleh meremehkan diri sendiri. Orang-orang ini membencinya, tetapi Grace harus mencintai diri sendiri!Grace menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan kekuatan untuk berdiri. Dia berucap, "Ayah, aku sudah mengerti. Aku cuma aib Keluarga Lugiman. Itu art
Tashia tidak ingin Grace mempermalukan Keluarga Lugiman. Dia langsung menarik lengan Grace, lalu diam-diam mencubitnya.Grace yang kesakitan pun mengernyit dengan kuat. Wajahnya menjadi agak pucat. Tadi dia dipukul Viktor, sekarang dia terjatuh.Tashia bahkan tidak menghiburnya dan langsung menceramahinya. Grace hanya bisa menggertakkan gigi untuk menahan emosinya.Kemudian, Grace menoleh dan mendapati Wony menatapnya sambil tersenyum, seolah-olah semua itu bukan perbuatannya.Wony bertanya dengan angkuh, "Ngapain kamu menatapku? Kamu mau melahapku ya?"Viktor menoleh dan menegur dengan kesal, "Kamu rasa ini kurang memalukan ya? Tashia, bawa dia pergi."Tashia segera membawa Grace pergi. Sementara itu, di barisan paling depan, duduk para tamu VIP, yaitu Keluarga Prayogo.Karena jarak mereka agak jauh, Harry tidak tahu apa yang terjadi. Dia hanya melihat calon istrinya terjatuh dan orang-orang mentertawakannya.Harry mengepalkan tangannya dengan erat, menahan diri untuk tidak bertindak
Harry melihat semuanya dengan jelas. Mata Grace merah.Lyla menghampiri Harry, lalu tersenyum sambil berucap, "Kak, aku dapat buket. Cepat doakan aku cepat nikah. Mungkin saja, sebentar lagi aku dan Robin bakal nikah. Duh, senangnya!"Lyla memeluk buket itu sambil menciumnya. Ketika melihat Harry tidak merespons, Lyla menatap dengan bingung dan baru menyadari fokus kakaknya tidak berada di sini.Hais .... Pria yang tenggelam dalam lautan cinta benar-benar mengerikan. Harry sampai melupakan adiknya sendiri."Jangan dilihat lagi. Mau lihat sampai besok pun, kamu nggak bakal tahu apa yang terjadi. Tanyakan saja padaku. Mungkin saja aku tahu," ujar Lyla."Dia baik-baik saja waktu keluar dari kamar. Kenapa setelah pergi ke tempat Greta, dia jadi begini?" tanya Harry."Paling-paling ditindas," sahut Lyla."Apa yang terjadi?" Harry mengernyit menatap Lyla. Sepertinya Lyla tahu apa yang terjadi."Aku bahkan tahu kalian bermesra-mesraan di kamar tadi. Kualitas penyuara telinga ini terlalu bagus
Grace merasa tindakannya ini sangat memalukan. Dia hanya bisa menangis dan menangis. Grace menahan diri selama 3 menit dan tidak jadi menangis. Tenggorokannya terasa sakit.Pada akhirnya, Grace menghapus air matanya dan keluar dari gudang. Begitu melangkah keluar, dia langsung dipeluk oleh Harry. Tenaga Harry sangat besar, seolah-olah ingin meremukkan tulang Grace."Aku nggak bisa nangis. Kamu ada di sini, jadi aku merasa malu," ujar Grace dengan kesal."Kalau begitu, jangan nangis. Aku akan membuatmu senang. Oke?" bujuk Harry dengan penuh kasih sayang."Suasana hatiku buruk. Aku mulai lapar. Aku mau makan. Setelah makan, aku akan merasa lebih baik," ujar Grace."Ya sudah. Aku bawa kamu makan." Harry menggenggam tangan Grace dengan erat, lalu membawanya ke ruang istirahat.Grace memakan banyak kue tanpa merasa enek. Dia ingin melampiaskan amarahnya dengan memakan banyak makanan manis. Jika tidak, bagaimana kegetiran dalam hatinya bisa sirna?Grace makan sambil meneteskan air mata. Pada
Viktor mengira dia sudah bisa hidup tenang karena putrinya telah menjadi menantu Steven. Sayangnya, dia terlalu percaya diri."Aku sudah lelah. Aku boleh istirahat di sini nggak? Aku belum ingin turun. Aku turun waktu makan saja ya?" tanya Grace."Oke. Nanti aku yang menjemputmu." Harry membantu Grace menyelimuti tubuhnya, lalu mengecup keningnya dan berkata, "Mimpiin aku ya.""Huh!" Grace mencebik dengan kesal. Harry ini ada-ada saja. Masa dia yang mengatur Grace harus memimpikan apa!Harry mencubit pipi Grace, lalu baru pergi. Dia masih punya urusan penting. Keluarga Lugiman telah menindas tunangannya. Mereka tentu harus diberi pelajaran.Saat ini, Viktor sedang bersenang-senang di aula utama. Semua orang memberinya selamat. Karena minum terlalu banyak, dia mulai mabuk.Harry menghampiri Viktor dengan memegang segelas anggur. Ketika melihat si pendatang, jantung Viktor langsung berdetak kencang. Dia menyadari masalah akan datang. Pasti Grace yang mengadu kepada Harry. Dasar anak kura
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar