Share

Bekal dari Ibu

Author: Cahaya Asa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku antar!"

"Nggak perlu."

"Mau membantah suami?"

Diana menghembuskan nafas lelah. Ia binggung dengan sikap suaminya yang mirip bunglon. Berubah-ubah.

Di dalam mobil, keduanya hanya diam. Diana memilih untuk menatap jendela, sementara Desta fokus menyetir. Suasana seperti ini membuat keduanya kembali canggung seperti awal pernikahan.

Bunyi dering HP mengalihkan fokus Desta. Menggunakan satu tangan untuk menyetir, satu tangan lainnya untuk membuka gawainya yang terus menjerit minta diangkat.

Belum sempat ia mengucap salam, orang di seberang telepon sudah memberondong dengan berbagai pertanyaan. Pria itu tampak gusar. Alisnya mengernyit dengan rahang terkatup rapat seperti sedang menahan emosi.

"Sudahlah, Met. Nanti aku jelaskan. Sekarang aku sedang menyetir. Tutup dulu telponnya."

[...]

"Ya. Aku bersamanya." Ekor mata pria itu melirik ke samping.

Diana tahu siapa yang sedang menghubungi suaminya. Bahkan ia yang resmi bergelar istri saja tak memiliki waktu lebih lama dengan suamin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dinikahi Calon Ipar   Bukan Aku Pelakunya

    Meski panik, Diana harus bertindak cepat. Ketiga anak ini harus segera dilarikan ke rumah sakit jika tak ingin terjadi apa-apa. Dia segera meminta tolong salah satu siswa yang ada di kantin untuk mencari pak Sukri, sopir sekolah yang biasa mengoperasikan mobil inventaris. Ia juga memerintahkan murid lain untuk ke ruang guru mengabarkan hal ini. Hatinya diliputi rasa was-was melihat kondisi muridnya sudak tak bergerak. Ia sendiri tiba-tiba merasa pusing dan mual. Namun sekuat tenaga ia menahannya. Saat ini yang terpenting adalah nasib ketiga siswa ini. Sepuluh menit kemudian beberapa guru tergopoh-gopoh mendatangi lokasi. Puluhan siswa juga sudah berkerumun di sekitar mereka. "Apa yang terjadi, Bu Diana?" tanya Pak Seno, kepala sekolah. "Nggak tahu, Pak. Kami makan bersama, tapi tiba-tiba mereka mengeluh pusing dan akhirnya pingsan.""Apa yang mereka makan?""Mereka makan bekal dari rumah masing-masing ditambah bekal punya saya," lirih Diana. Tidak mungkin kan, mereka pingsan gara

  • Dinikahi Calon Ipar   Negosiasi

    "Berapa uang jaminan yang Bapak minta, akan saya berikan. Tapi tolong bebaskan dia. Kasihan dia sedang hamil muda," ucap Daniel saat tiba di kantor polisi. Ia segera menemui petugas untuk melakukan negosiasi. "Simpan saja uangmu, Pak. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Nyawa tiga siswa dalam bahaya, dan kau malah kasihan pada penjahat itu?" Polisi tampak geram melihat Daniel yang berusaha membujuknya. Tatapan tajamnya menghunjam langsung pada manik kelam Daniel. "Dari pada menghamburkan uang, lebih baik cari pengacara saja untuk membelanya. Dan jangan lupa bawa bukti-bukti kalau dia memang tidak bersalah. Hukum akan berlaku adil kalau memang dia terbukti bersih dari kasus ini."Menghembuskan nafas panjang, Daniel berusaha tetap tenang. Benar kata polisi. Percuma ia bersikeras kalau ia tak memiliki bukti apapun. "Kalau begitu, bolehkah saya menemuinya sebentar, Pak?""Lima belas menit. Waktumu hanya lima belas menit saja."Keduanya berjalan menuju ruangan yang terdapat s

  • Dinikahi Calon Ipar   Ditindas

    "Lihatlah, penghuni baru ini begitu pendiam!" ucap wanita bertubuh gempal yang sedang dikerumuni wanita lain sambil dipijat. "Hei, penghuni baru! Kenalan dulu, dong! Kita semua sama di sel ini, penjahat, ha ha ha ...." Diana tak menggubris ucapan wanita itu. Sejak sejam yang lalu, ia dipindahkan ke ruangan ini. Berbagi tempat dengan delapan tahanan lain yang tampaknya mereka tak ingin membuat Diana tenang. "Heh, sombong sekali kamu! Nggak usah sok suci! Penampilan seperti malaikat tapi ternyata berhati iblis! Nggak nyangka seorang guru tega meracuni anak didiknya sendiri," ucapnya lagi diikuti derai tawa yang lain. Telinga Diana sudah sangat panas mendengarnya. Namun ia mencoba bergeming. Pura-pura tak dengar karena tak mau bermasalah dengan penghuni lain. "Eh, ternyata selain jahat, dia juga tuli, Gaes!" Lagi-lagi derai tawa menggema mengejek Diana. Hanya satu yang diminta wanita hamil ini, segera bebas dari tempat ini. Jika terus-menerus di sini, ia khawatir mentalnya nggak aka

  • Dinikahi Calon Ipar   Bebas

    Lelaki berwibawa itu mengangguk. Lalu menatap sang menantu dengan tatapan iba. Sudah berusaha bernegosiasi dengan pihak polisi tapi sama seperti Daniel. Mereka harus membawa bukti kalau Diana nggak bersalah, baru bisa dibebaskan. Uang jaminan tak bisa membuatnya keluar dari sini berapapun jumlahnya. "Sabar ya, Nak. Daddy sedang berusaha mencari cara agar kamu segera bebas.""Iya, Dad. Maaf, Diana sudah menyusahkan kalian." Wanita itu menunduk sedih. Tangannya mengelus perut yang tiba-tiba bergerak. Ya, bayinya berubah aktif semenjak ia dipenjara. "Ini, Mommy bawakan bayak buah untukmu. Kamu harus makan banyak supaya calon cucu Mommy tumbuh dengan sehat." Wanita berpenampilan modis itu menyodorkan parsel buah kepada menantunya. "Waktu kalian sudah habis! Silahkan keluar dari ruangan ini!" ucap sipir penjara menginterupsi mereka. Sebelum keluar, Marini memeluk erat menantunya sekali lagi. Menghujani ciuman di pipi dan dahinya bertubi-tubi. Sesaat setelahnya, Diana dibawa masuk kemba

  • Dinikahi Calon Ipar   Kangen Diana

    "Abang!" Pria itu menoleh. Matanya membola melihat sang adik sudah berdiri di belakangnya. "Loh, Diana?"Wanita itu tak mengindahkan keterkejutan abangnya. Ia langsung menubruk tubuh kejar itu dengan perasaan haru. "Makasih, Bang. Makasih sudah berjuang untuk membebaskanku. Aku yakin Abang pasti bisa mengumpulkan bukti-bukti."Daniel menjauhkan wajahnya. Meraih bahu adiknya dan menjatuhkan tatapan penuh tanya. "Bebas? Kamu beneran bebas?""Iya, Bang ... dan ini semua berkat Abang! Makasih, ya. Aku sayang banget sama Abang." Diana kemali memeluk Daniel. Rasa bahagianya tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Bahkan melebihi bahagianya mendapat hadiah dari bapak saat ia mendapat juara satu waktu sekolah dulu. "Tapi ... Abang belum melakukan apa-apa untukmu. Ini baru saja mau diskusi sama pengacara. Tapi kamu sudah bebas saja."Ucapan Daniel sukses membuat Diana melepaskan diri dari pelukan hangat sang kakak. Kalau bukan abangnya, lalu pria yang dimaksud pak polisi tadi siapa? Diana

  • Dinikahi Calon Ipar   Menantuku Pulang

    Mata Bik Ijah membelalak lebar dengan mulut menganga kala melihat siapa yang ada di hadapannya. Untuk sesaat, bik Ijah lupa caranya berkedip. Tangannya mencubit lengannya sendiri. Sakit. Berarti ini nyata. Bukan mimpi. "Non! Non Diana? Benar ini Non Diana?" ucap Bik Ijah ekspresif. Wanita itu tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk istri majikannya itu. Lalu ia menoleh ke belakang seolah memberi tahu pada nyonya besar kalau menantu tercintanya sudah kembali. Namun tak ada kata yang bisa keluar, seolah kata-kata itu menyangkut di tenggorokan."Assalamu'alaikum, Bik.""Wa--wa'alaikumsalam, Non. Eh, beneran ini bukan mimpi. Ya Allah, Non. Akhirnya, Non bebas. Bibik yakin Non nggak bersalah. Ayo, Non kita masuk!"Bik Ijah heboh sendiri melihat orang yang ditangisi sudah ada di depannya. Memutari tubuh Diana seolah meneliti adakah luka di tubuhnya. "Non Diana baik-baik saja, kan? Pak polisi atau tahanan lain tidak menganiaya Non, kan di sana? Non juga makan kenyang kan?"Lagi-lagi bik

  • Dinikahi Calon Ipar   Kamulah Pahlawanku

    "Ma--mas," Untuk sesaat pria ini menegang. Tak menyangka sang istri akan membuka mata saat ia akan mencuri kecupan darinya. Memalukan. Wajahnya sudah memerah. Pria ini sangat menggemaskan kalau sedang salah tingkah. "Kenapa posisi tidurmu begitu? Lehermu bisa sakit nanti." Desta duduk di pinggir ranjang. "Tadi aku menunggumu." Wanita ini ikutan duduk. Rasa kantuk yang menggelayut telah sirna begitu saja. "Ada apa?" Pria ini kembali ke mode datar. Ekspresinya selalu kaku seperti kanebo kering. "Terimakasih.""Untuk?""Sudah membebaskanku." Senyum Diana mengembang. Andai ia memiliki keberanian lebih, ia ingin menubruk tubuh kekar suaminya. Sayang ia tak punya nyali untuk itu. Padahal sah-sah saja, kan? Mereka sudah halal. "Bukankah Daniel yang membebaskanmu? Dia selalu jadi pahlawan buatmu, kan?" Wanita bermata bening itu menggeleng lemah. Mengatur napas untuk menetralkan degub jantungnya yang menggila. "Bang Daniel baru membawa pengacara. Dia bilang baru mau berdiskusi denganny

  • Dinikahi Calon Ipar   Ternyata Dia Pelakunya

    Pria yang terlihat segar sehabis mandi ini menghadap sang istri. Menjadikan tangan kanannya sebagai tumpuan kepala. Tangan kirinya ia gunakan untuk menyingkirkan anak-anak rambut Diana dan menyelipkannya ke belakang telinga."Saat aku dengar berita tentangmu dari salah satu karyawanku yang kebetulan ibu dari salah satu korban, aku langsung menuju ke rumah sakit. Membantu para dokter untuk menyembuhkan mereka." Tangan kiri Desta meraih pinggang sang istri. Lalu menarik tubuhnya agar mendekat, hingga kepala wanita itu masuk dalam dekapan hangat sang suami. Ada rasa haru menyelimuti. Juga seperti ribuan kembang api meledak dalam dadanya. Ini adalah momen yang sudah lama dinantikan keduanya. Saling berbagi cerita sebelum tidur. Sayangnya masalah yang mendera rumah tangganya membuat mereka harus menahan egonya masing-masing. "Aku memang nggak pernah ke kantor polisi. Untuk apa? Toh kalau aku ke sana tanpa membawa bukti, kamu tidak akan bisa bebas. Lagipula salah satu polisi di sana adal

Latest chapter

  • Dinikahi Calon Ipar   Kelahiran Sang Jagoan

    Pertama kali bertemu orang yang melahirkan ke dunia seumur hidupnya, Diana seperti mimpi dan tak ingin bangun lagi. Selama ini ia mengira ibunya Meta adalah orang yang telah melahirkannya juga. Ternyata dia salah.Dan kini, wanita yang telah menyediakan rahimnya untuk dia tumbuh selama sembilan bulan lebih, talah ada di depan mata. Mereka masih berpelukan melepaskan rindu. Seolah hanya ada mereka berdua di sini. Bahkan, Diana sampai melupakan suaminya. Dalam kondisi normal, ia akan merasa malu bersikap seperti ini di depan suaminya. "Apa kalian nggak menganggap kami ada?" ucap Daniel dengan nada cemburu. Sepasang wanita kembar beda usia itu melerai pelukannya. Lalu menatap tajam pada pria yang barusan berbicara. Seolah mengerti dengan tatapan itu, Daniel memilih untuk duduk di samping Desta. "Apa setelah bertemu kalian akan bersekutu untuk memusuhiku? Kenapa tatapan kalian seperti itu?" cicitnya membuat ia mendapat lemparan dua bantal sofa secara bersamaan. "Tuh, kan ... benar. Bah

  • Dinikahi Calon Ipar   Kejutan Terindah

    Pagi-pagi sekali, Diana sudah berkutat di dapur. Efek tak bisa tidur semalaman karena memikirkan ibu angkatnya, ba'da subub ia sudah berkutat di dapur. Membuat nasi goreng dan roti bakar untuk sarapan. Bi Ijah berkali-kali sudah melarang. Tak tega melihat majikannya di depan kompor dengan perut besar. Apalagi sesekali Diana menekan punggungnya yang mulai pegal. Namun, dasar Diana, ia tetap melakukan aktivitas meski sudah dilarang. Katanya biar persalinannya nanti lancar. Bahkan andai Desta nggak memaksa, ia tetap ingin pergi mengajar. Tepat pukul 6 pagi semua sarapan sudah terhidang di meja makan. Delapan puluh persen Diana yang membuatnya. Setelah siap, wanita itu segera masuk ke kamarnya. Semenjak usia kandungannya mencapai tujuh bulan, Desta memindahkan kamar mereka di kamar tamu yang ada di lantai satu. Jadi, Diana tak perlu susah payah naik turun tangga. "Mas, sarapannya sudah siap, tuh!" Diana mendekati suaminya yang asik dengan HP pintarnya. "Dari habis subuh kamu menghilan

  • Dinikahi Calon Ipar   Menagih Janji

    "Eh, Gita, belanja juga?" Kedua sahabat lama ini langsung berpelukan. Menyingkir dari tempat itu dan membiarkan Deata menyelesaikan pembayaran. "Alhamdulillah, ini sudah delapan bulan. Kamu ...?" Diana tak melanjutkan pertanyaannya. "Anakku sudah dua.""Oh ya? Masyaa Allah, lama tak berkabar tahu-tahu dah berbuntut dua," ujar Diana nyengir. Mereka terlibat obrolan panjang sampai suami Diana mendekat. "Sudah, Mas?" "Udah. Yuk!" ajak Desta sembari menarik pinggang sang istri. Saat itulah tatapan matanya bersirobok dengan Gita. Sesaat keduanya terpaku. Kenangan silam masa SMA teringat kembali oleh mereka. Gita adalah orang yang pernah menolong Diana waktu kecelakaan dulu. Saat itu Diana berlarian ke halte karena ia tak mau ketinggalan UAS. Saat bersamaan ada pengendara sepeda motor dengan kecepatan tinggi melaju dari arah kanan. Spion motor itu menyenggol tubuh Diana membuatnya terjatuh. Untuk hanys luka ringan sehingga ia masih bisa ikut UAS. Gita yang sedang mengendari mobil berhe

  • Dinikahi Calon Ipar   Absurd

    "Jadi?""Yah, begitulah faktanya." Dengan santai pria yang mengaku bernama Eldi mencomot kembali udang crispy yang masih setengah porsi milik Diana. Tentu kelakuan nggak sopan pria ini membuat dua pria lain menganga melihatnya. "Hei, kalau mau makan pesan aja sendiri! Jangan main comot gitu, dong!" Desta tampak menggeram melihat kelakuan sewenang-wenang pria yang mengaku teman SMA istrinya. Namun sepertinya Eldi tak merasa terganggu dengan tatapan membunuh 2 pria di sampingnya . Mau tak mau Diana menyudahi makannya meski sebenarnya iya masih sangat ingin melahap udang crispy itu. Namun mengingat aura yang mulai berubah horor, wanita hamil ini menekan keinginannya."Eh, eh, eh, mau kemana? Temani aku dulu di sini napa? Sepertinya kamu sudah nggak takut ma cowok lagi. Kalau gitu, boleh dong babang El PDKT sama Diana cantik," ucapnya tanpa disaring dulu. Iya Bahkan tak mau repot-repot melihat dua orang yang menjadi bodyguard Diana. Baginya dua orang pria itu dianggap seperti bayangan

  • Dinikahi Calon Ipar   Pria Pengganggu

    Mobil yang mereka tumpangi berbelok ke restoran seafood yang ada di pinggir pantai. Diana berjalan lebih dulu ketika mobil telah berhenti. Memilih tempat dengan view yang menarik. Dia sangat suka laut. Maka tak heran ia memilih saung yang berhadapan langsung dengan laut. Dari sini mereka bisa melihat matahari terbenam secara langsung. Sayangnya, saat mereka sampai, surya masih bersinar terang dan belum condong ke barat. "Mau pesan apa, Sayang?" tanya Desta saat bobot tubuhnya mendarat sempurna di samping sang istri. "Aku mau cumi asam manis, udang krispi, sama ca kangkung aja." "Ok. Minumnya?""Es degan.""No! Wanita hamil tak boleh minum es." "Kata siapa?""Kata suamimu yang paling ganteng," ucap Desta narsis. Daniel memeragakan akting memuntah pada sohib sekaligus iparnya itu yang ditanggapi dengan gelak tawa. Wanita hamil yang sejak tadi fokus pada deburan ombak di laut, bahkan ketika menyebutkan menu yang diingini, menoleh pada sumber suara. Menatap takjub pada pria tampan

  • Dinikahi Calon Ipar   Diana Berbeda

    Pria tua yang dipanggil paman oleh Diana ini berdiri. Tatapannya nyalang seperti hendak memakan orang. Diana yang sudah biasa diperlakukan demikian olehnya tak merasa heran. Sejak dulu adik kandung bapak angkatnya ini memang terlihat nggak suka padanya. Selalu saja mengatakan jika Diana sebagai anak pembawa sial. Entah apa maksud dari ucapannya itu. Kini, Diana paham. Yang dimaksud pamannya itu adalah karena Diana mendapat bagian harta yang lebih banyak. Padahal jika dipikir-pikir, bagiannya sama rata. Karena selain mendapat lahan sawit, bapak dan paman mendapat saham perusahaan masing-masing lima puluh persen. "Tolong, Pak, jaga sikap. Semua pembagian sudah dihitung secara adil. Selain lahan sawit, bapak-bapak masih mendapat saham perusahaan.""Ya, tapi seharusnya perempuan pembawa sial ini nggak perlu dapat bagian. Kenapa tidak Meta saja yang mendapatkannya? Dia putri kandung keluarga ini!""Maaf, Pak. Saya hanya menjalankan perintah almarhum. Keputusan ini sah dan dilindungi huk

  • Dinikahi Calon Ipar   Wasiat

    "Tapi nanti keluarga itu akan semakin membenciku," lirih Diana sambil menunduk. Bagaimana pun dia sudah dibesarkan dengan sangat layak oleh keluarga itu. Dikuliahkan hingga ia bisa mengejar impiannya menjadi guru. Dia tak mengharap apapun dari mereka sebenarnya. "Tanpa mengungkit masalah ini pun mereka sudah membencimu sejak dulu, Di. Kebaikan dan ketulusan mereka selama ini hanya topeng. Mereka menginginkan bagianmu. Karena untuk mengalihkan nama menjadi nama Meta butuh persetujuan dan tanda tanganmu."Diana memijat pelipisnya. Tiba-tiba kepalanya berdenyut mendengar hal ini tiba-tiba. Ia tak menginginkan harta itu. Baginya berkumpul dengan keluarga sudah merupakan kebahagiaan tersendiri. Ia sudah cukup senang dengan menjadi guru dan mendapatkan hasil darinya.Sarapan pagi yang seharusnya dilakukan dengan santai, kali ini justru diliputi keseriusan. Diana berharap apapun yang terjadi nanti keluarga yang telah membesarkannya tidak semakin membenci dirinya. "Apa tidak masalah kalau

  • Dinikahi Calon Ipar   warisan

    Melihat kekagetan mommy, Diana berdiri dan membimbingnya untuk duduk. Ada yang perlu dijelaskan di sini. Diana menatap suaminya lalu beralih ke abangnya seolah ingin meminta persetujuan untuk menjelaskan statusnya. Kedua pria itu kompak mengangguk. "Mom, sebenarnya aku dan Bang Daniel kakak adik.""Apa?!"Wanita yang masih sangat cantik di usianya yang tak lagi muda itu membelalak. Tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Iya, Tan. Maaf, kami baru bisa memberi tahu sekarang. Karena kami juga baru tahu sesaat setelah Diana menikah dengan Desta." Daniel berinisiatif untuk menjelaskan mewakili adiknya. Dengan santai ia menjelaskan kronologis hilangnya Diana waktu masih bayi. Lalu menjelaskan bagaimana dia bisa tahu kalau Diana adalah adik kandungnya. "Jadi keluarga yang berusaha untuk mencelakaimu itu bukan keluarga kandungmu? Oh syukurlah Diana Mommy sangat senang mendengarnya. Karena kamu bukan keturunan keluarga kriminal." Mommy tampak bersungguh-sungguh. "Awalnya tante sangat

  • Dinikahi Calon Ipar   Berbicara dengan Buah Hati

    Aroma masakan Diana memenuhi dapur. Menguar ke seluruh penjuru ruangan. Pagi ini, Desta akan mengajak sang istri berjalan-jalan ke suatu tempat. Ia sengaja mengambil cuti seminggu untuk menebus waktu yang hilang sebelum ini. Ia turun dengan pakaian casualnya. Menambah kadar ketampanan pria itu meningkat beberapa kali lipat. Ditambah senyum yang tak pudar membuat semua penghuni rumah tertular aura bahagia yang ia taburkan. "Hem, wangi sekali aromanya, masak apa?" ucap Desta yang tiba-tiba sudah berada di belakang Diana. Melilitkan sepasang tangan kokohnya ke perut buncit wanita itu dan mengelusnya pelan. Mengantarkan sensai nyaman pada wanita itu. Diana tak menjawab pertanyaan sang imam. Ia sibuk menetralkan degub jantungnya yang berdentam-dentam tak karuan. Matanya terpejam menikmati gerakan aktif calon buah hatinya. "Wow, dia aktif sekali! Apa dia sedang mengajakku bicara?" ucap Desta antusias. Pria itu tampak takjub dengan apa yang ia rasakan. Baru kali ini dia merasakan secara

DMCA.com Protection Status