Bab 118Anisa tidak main-main dengan ancamannya. Ia memang sangat lelah, lantaran selama ini Luqman tak pernah berada di pihaknya, dan selalu saja mengabulkan apa pun yang diinginkan oleh Anya. Anisa tahu, kalau Anya adalah harta yang paling berharga untuk suaminya. Namun, ia sadar kalau selama ini Luqman sudah terlalu menurut pada anaknya sendiri.Sehingga sore itu juga, Anisa memutuskan untuk keluar dari rumah. Ia hanya membawa beberapa helai pakaian di tasnya, karena akan menginap di rumah Heba.Sementara Luqman yang melihat istrinya tengah bersiap-siap padahal keadaannya sedang tak baik-baik saja, tentu mencoba untuk menahan."Mama ini jangan kekanakan!""Kenakan gimana maksud Papa?" Anisa menepis tangan Luqman yang hendak menarik tasnya. "Mama capek karena Papa gak pernah mau dengerin omongan Mama! Lebih baik Mama keluar dari rumah ini buat mendinginkan kepala!""Gak perlu sampai meninggalkan rumah ini kalau Mama cuma mau mendinginkan kepala!"Anisa ternganga. Rupanya, suaminya i
Bab 119"Heba?" panggil Noah seraya mengetuk pintu.Sekali lagi, Heba mengembuskan napas pendek. Ia segera beranjak dari kursinya sendiri untuk menyambut Noah."Iya, Pak?" tanya perempuan itu, telah meleburkan amarahnya dengan segaris senyum."Saya udah denger semuanya," ucap Noah tiba-tiba. Ia menganggap kalau Heba tidak tahu bahwa dirinya sudah berdiri di ambang pintu sejak tadi. Mengingat bahwa hubungan mereka sudah lebih dekat, dan Noah pun telah berjanji tidak akan menyembunyikan apa pun lagi, membuatnya berkewajiban berkata jujur pada Heba."Maaf, Pak," gumam Heba merasa tak enak hati. Ia mempersilakan Noah masuk dan duduk di sofa yang ada di ruangannya. "Barusan saya kelepasan," tambahnya seraya."Gak apa-apa," sahut Noah tak mempermasalahkan sikap Heba pada Anisa. "Omong-omong kalau saya boleh tau, kamu mau ngasih alamat kamu ke Tante Anisa?""Nggak." Heba menjawab cepat disertai dengan gelengan kepala. "Saya udah janji sama diri saya sendiri, kalau saya gak mau ngasih tau Ma
Bab 120Kamila melihat raut tak biasa dari wajah Heba, saat sahabatnya itu pulang setengah jam yang lalu. Kamila sengaja tak bertanya dan membiarkan Heba mandi dan beristirahat, barangkali memang ada yang mengganggu perasaan Heba.Tadi pun, Kamila sudah bertanya lewat tatap mata pada Noah. Namun, sayang sekali atasannya itu sepertinya tak peka, sehingga tak tahu mengapa Heba mendadak menjadi pendiam setelah tiba di restoran.Saat malam dan mereka telah menunaikan sholat magrib berjamaah, barulah Kamila bertanya. Tentunya seraya menikmati makanan yang dibawa oleh Heba dan Noah."Kamu kenapa?" tanya Kamila.Heba yang tengah menggulir layar ponselnya dengan cara yang asal pun langsung mendongak. Ia menatap bingung, tak mengerti mengapa Kamila bertanya demikian."Kenapa gimana? Aku gak apa-apa.""Kalau memang gak kenapa-kenapa, kenapa muka kamu kayak orang tertekan begitu?""Oh, ya?" Heba malah terperanjat dan segera melihat bagaimana pantulan wajahnya di kamera ponsel.Kamila benar, seka
Bab 121Sua bulan dilewati Anya dengan perasaan membuncah. Perempuan itu tidak bisa lagi mengungkapkan bagaimana perasaannya saat ini. Hubungannya dengan Nathan lancar jaya. Keluarga mereka telah bertemu dan menetapkan tanggal pernikahan.Gedung telah dipesan, wedding organizer telah dipilih dengan sangat selektif, foto-foto prewedding juga telah dicetak dan siap dipajang saat resepsi pernikahan dua minggu lagi. Anya benar-benar memastikan tak ada sedikitpun yang terlewat untuk acara paling penting dalam hidupnya."Udah, Sayang, kamu istirahat dulu," ucap Nathan seraya menyimpan minuman hangat di atas meja. Sejak tadi Anya tak henti memilih foto terbaik untuk diunggahnya beberapa hari lagi."Aku masih bingung, Mas," keluhnya turut mengulurkan ponsel pada Nathan. Anya akan meminta pendapat calon suaminya, foto mana yang paling bagus agar semua orang merasa iri, ketika Anya mengumumkan pernikahannya di sosial media."Aku gak bisa milih, Sayang, karena menurutnya semuanya bagus. Apalagi
Bab 122"Kenapa Heba ada di sini?" tanya Anya, melupakan hal penting, kalau seharusnya ia menanyakan lebih dulu bagaimana kondisi Luqman saat ini.Amarah di dalam diri Anya meluap begitu saja dan tak bisa ditahan. Ia membenci Heba, dan tak suka melihat adik tirinya ada di depan mata. Sudah sangat lega hidup Anya selama beberapa bulan ini, lantaran ia dan Heba tak pernah bertemu.Akan tetapi, di tengah situasi yang genting seperti ini, mengapa Heba harus muncul? Anya tentu langsung menarik Heba dan memintanya menjauh dari Anisa."Ngapain kamu ada di sini? Siapa yang ngasih tau kamu, kalau Papa masuk rumah sakit?" Sebelum Heba bertindak, lebih dulu Noah menarik tangannya. Anya yang melihat itu pun langsung tertawa, tentu dengan nada mengejek."Kenapa kamu diem aja? Kamu bisu, ya? Dari tadi aku nanya sama kamu, kenapa kamu ada di sini? Aku gak suka kamu di sini, Ba!" teriak Anya."Anya!" hardik Anisa menatap bengis pada putri sambungnya."Mama bentak aku?" tanya Anya tak habis pikir. Ba
Bab 123"Apa maksud kamu, Mas? Kenapa kamu menghalangi jalan mereka?" tanya Anya. Jelas ia akan melotot pada calon suaminya, karena lelaki itu malah menghalangi langkah Noah yang hendak pergi membawa Heba.Sementara Nathan malah terdiam. Ia bingung dengan sikapnya ini. Sejak tadi Nathan memang membatin dalam hati, kalau sekarang Heba terlibat sangat cantik. Bahkan bisa dibilang, pesona Heba telah mengalahkan Anya. Perempuan itu seperti kembali ke masa gadis, dan Nathan jadi teringat bagaimana masa-masa indah yang sempat terjalin antara dirinya dan Heba."Aku gak ada maksud apa-apa, Sayang," kilah Nathan, berusaha untuk tidak terlihat salah tingkah. Bahaya kalau Anya mengendus ada yang mencurigakan dari dalam dirinya. Bisa-bisa, calon istrinya itu akan mengamuk. Nathan tak mau mempertaruhkan posisinya yang telah aman ini."Aku pikir kamu masih mau maki-maki Heba, jadi aku tahan mereka," tambahnya dengan lihai.Anya percaya saja, sementara Noah malah mendengkus. Ditatapnya kedua mata Na
Bab 124Musibah yang dialami oleh keluarga Luqman, tak membuat acara pernikahan antara Anya dan Nathan menjadi tersendat. Pernikahan yang sudah disiapkan sejak beberapa bulan lalu itu tetap berjalan dengan sangat lancar. Luqman hadir sebagai wali nikah untuk sang putri, tentunya menggunakan kursi roda yang membuat semua orang bertanya-tanya."Apa Pak Luqman belum sembuh betul, ya?" tanya salah seorang staf kantor yang menghadiri pernikahan anak bos mereka."Kalau udah sembuh, Pak Luqman gak mungkin pake kursi roda," jawab yang lainnya."Kok aku gak liat Mbak Heba, ya?""Kamu ini gimana, sih, gak mungkin Mbak Heba datang ke acara pernikahan mantan suaminya sendiri. Kalau aku jadi Mbak Heba, aku juga males banget harus menyaksikan dua orang yang udah berkhianat, malah duduk di kursi pelaminan. Mana muka mereka lempeng-lempeng aja lagi!"Sesi ijab qobul yang seharusnya berlangsung khidmat, malah menjadi ajang bisik-bisik bagi para tamu undangan. Sebagian besar dari mereka menganggap, kal
Bab 125Hari berganti minggu. Minggu beranjak menjadi bulan. Waktu ditempuh dengan susah payah oleh Heba dan Kamila. Dua perempuan itu telah menghadapi berbagai macam pelajaran dan cobaan, sampai bisa membuat bisnis mereka semakin berkembang.Hari ini, tepatnya setelah tujuh bulan Heba dan Kamila memulai bisnis hijab, akhirnya mereka bisa membuka toko dan mempekerjakan berapa karyawan muslimah yang akan dengan senang hati melayani pembeli.Di acara pembukaan toko, dua sahabat itu begitu sibuk. Mereka menjelaskan pada para pembeli beberapa produk best seller di toko online mereka. Tak ayal, produk tersebut semakin laris manis dan menjadi primadona, sehingga stok yang mereka siapkan habis terjual dalam waktu satu hari saja."Berkah banget usaha kita, Ba!" seru Kamila, usai menghitung penjualan di hari pertama toko mereka dibuka."Alhamdulillah, Mil, ini semua berkat kerja keras kita berdua," balas Heba, yang tentunya amat senang.Berhari-hari ia tak bisa tidur. Heba memiliki banyak keta
Bab 134Memaafkan dan memilih melanjutkan hidup, adalah pilihan terbaik bagi Heba dan Noah. Semenjak datang ke rumah Anisa dua bulan lalu, hubungan mereka sudah semakin membaik. Perlahan tapi pasti, Luqman juga sudah bersedia untuk ditemui, meski pertemuan itu sendiri harus selalu diadakan di rumahnya.Soal Anya dan Nathan, mereka belum resmi bercerai. Anya yang sudah mendapatkan kewarasannya, mengatakan kalau ia memang sangat mencintai Nathan dan tak bisa melepaskan lelaki itu, meski Nathan sudah menghujaninya dengan berbagai macam pengkhianatan.Tak ada satu pun yang bisa membuat Anya berubah pikiran, termasuk Heba yang sempat datang ke rumah sakit jiwa untuk menjenguk kakak tirinya. Di sana, Anya malah berkata kalau Heba tak boleh mengurusi hidupnya. Maka dari itu, Heba tak pernah menemui Anya secara langsung, dan hanya menanyakan bagaimana kondisi perempuan itu melalui perawat.Sementara untuk rumah tangga Heba sendiri, semuanya berjalan lancar. Heba tengah menikmati hari-hari men
Bab 133"Kita ke rumah Mama Anisa sekarang," ucap Noah setelah Heba menceritakan ulang apa yang dikatakan oleh Anisa barusan."Tapi, Mas, gimana sama kita berdua?" tanya Heba bingung dan tak enak hati.Bukan hal yang aneh bagus kalau mereka sampai keluar dari hotel tengah malam begini. Apa kata orang? Semua orang yang melihat keduanya meninggalkan hotel dengan langkah tergesa, pasti akan berpikir macam-macam. Heba tak mau keluarga suaminya mendapatkan pandangan buruk karena masalah yang tengah dihadapi oleh Anisa."Masih ada malam-malam selanjutnya untuk kita berdua," jawab Noah dengan senyum.Noah berlalu, mengambilkan baju hangat serta sehelai kerudung untuk dikenakan oleh sang istri. Sementara itu, Heba masih diam di tempat. Ia tak mau merepotkan, tetapi mustahil juga andai dirinya pergi seorang diri ke rumah Anisa untuk melihat apa yang terjadi di sana."Ayo, Sayang," ajak Noah menggenggam hangat tangan sang istri, sehingga Heba mengangguk dan mengikuti langkah suaminya.Berjalan
Bab 132Kebaya putih gading yang dilengkapi dengan kerudung serta untaian bunga melati, berhasil membuat penampilan Heba begitu memukau. Heba tampil sangat cantik dan manglingi, membuat Kamila tak henti memotret sahabatnya dari berbagai sudut."Udahlah, Mil, aku malu," gumam Heba seraya menatap ke sekeliling yang diisi oleh seorang fotografer dan dua staf wedding organizer, serta seorang MUA yang memang disewa oleh Heba untuk mempercantik dirinya di hari paling membahagiakan ini."Sorry, Ba, aku gak bisa berhenti, habisnya kamu cantik banget!" Kamila kembali mengangkat layar ponselnya dan mengarahkan benda tersebut ke wajah Heba, kemudian kembali memotretnya.Jika disimak lebih jauh, Kamila ini memang sangat heboh dan tampak lebih sibuk dari sang fotografer. Heba sampai menggelengkan kepala. Kendati sudah meminta agar Kamila duduk saja, tetapi sahabatnya itu tak mendengar sama sekali.Kamila baru bisa duduk dengan tenang, saat pembawa acara di ballroom hotel meminta Noah untuk duduk d
Bab 131Suara tangis bayi mengakhiri perjuangan Anya yang sejak tadi mengikuti instruksi dari dokter yang membantu persalinannya. Perempuan itu memejamkan mata, merasakan lelah luar biasa karena ia telah melalui proses persalinan secara normal.Ya, Anya sejak awal kehamilan, Anya sudah bersikeras ingin melahirkan bayinya dengan cara normal, lantaran ia berpikir dirinya bisa dianggap sebagai seorang ibu sepenuhnya, jika menempuh cara tersebut. Padahal, proses apa pun yang dilalui oleh seorang ibu, tak bisa dibandingkan satu sama lain. Baik normal maupun caesar, keduanya sama-sama mempertaruhkan nyawa.Sementara di luar ruangan, Nathan sudah menunggu dengan perasaan sangat cemas. Ia tak bisa masuk ke dalam lantaran tak akan kuasa melihat banyak darah. Lelaki itu hanya menunggu seorang diri dengan sedikit rasa kesal, lantaran Ratih dan kedua saudaranya tak kunjung datang ke rumah sakit.Nathan telah berdiri. Ia ingin melihat bagaimana anaknya yang baru saja lahir. Sejenak ia mengintip, d
Bab 130Tinggal di sebuah rumah besar adalah kebahagiaan untuk Ratih dan keluarganya. Harapan mereka menjadi kenyataan. Berkat naiknya Nathan menjadi pemegang perusahaan, kehidupan mereka pun berubah secara drastis.Sekarang, Ratih dan dua anaknya tinggal di sebuah rumah yang letaknya berada di perumahan elit. Tak ada tetangga julid, tak ada tatapan iri, dan itu membuat Ratih semakin jumawa."Hari ini aku mau ke luar kota, Ma," ucap Diana pada sang ibu."Mau ngapain lagi? Kamu baru aja pulang," sahut Ratih menatap curiga pada putri sulungnya.Diana sering mengatakan kalau ia tengah mencoba untuk menjalin bisnis dengan temannya yang kaya raya. Sudah berbulan-bulan Diana sering pergi ke luar kota dengan alasan serupa, tetapi tak ada satu pun hasil yang terlihat dari kerja kerasnya itu.Ya, Diana membohongi ibunya. Ia tak pergi ke luar kota, melainkan malah bergabung dengan teman-teman barunya di sebuah klub malam. Di sana, Diana menghamburkan uangnya demi menyenangkan beberapa lelaki ya
Bab 129Seorang perempuan melihat datar kepergian Noah dan keluarganya dari rumah Anisa. Perempuan itu kemudian menutup kasar gorden panjang nan tebal, menyebabkan kamarnya menjadi temaram, padahal hari masih sore dan matahari masih menampakkan cahaya di atas langit."Heba udah bahagia," gumamnya seakan tak terima atas lamaran adik tirinya.Semua hantaran yang dibawa oleh orang tua Noah, jelas membuat Anya merasa iri. Dulu saat Nathan melamar dirinya, lelaki itu memang membawa banyak sekali barang mahal, tetapi uangnya berasal dari kantong Anya."Kenapa nasib Heba bisa jauh lebih baik daripada aku?" tanya Anya seraya hilir mudik di kamarnya.Tak seorang pun yang tahu, kalau rumah tangganya dengan Nathan kerap diterpa oleh ujian yang tak ada habisnya. Di awal pernikahan, sikap Nathan sangat baik dan lembut. Lelaki itu memenuhi semua keinginan Anya tanpa terkecuali.Akan tetapi, setelah Nathan memegang penuh perusahaan milik Luqman, suaminya itu menjadi dingin dan ketus. Nathan juga ser
Bab 128Shanti dan Pratama kebingungan melihat putra semata wayang mereka terus mengukir senyum sejak masuk ke dalam rumah. Dua paruh baya itu sampai saling pandang dan sama-sama mengerutkan kening."Aku punya kabar bahagia," ucap Noah setelah duduk di depan kedua orang tuanya.Gambaran bahagia itu memang terlihat jelas dan mampu mengalihkan semua kebiasaan Noah. Anak lelaki mereka tiba-tiba duduk tanpa mengucap salam atau mencium tangan, membuat Shanti dan Pratama kembali saling pandang."Kabar bahagia apa? Soal perusahaan?" tanya Pratama penasaran."Bukan, Pa," jawab Noah tak langsung menjelaskan semuanya, karena ia malah tertawa salah tingkah."Kenapa, sih? Jangan bikin Mama sama Papa penasaran," tegur Shanti sambil berdecak tak sabaran."Heba suka sama aku, dan dia bilang mau nikah sama aku," ungkap Noah, benar-benar tak bisa menghentikan senyum di bibirnya."Kamu serius?" Shanti adalah orang pertama yang memberikan reaksi terkejut. Perempuan paruh baya itu sampai terkesima dan be
Bab 127Tawaran dari Noah berhasil membuat jantung Heba seakan hendak meledak. Perempuan itu mendadak diam, tetapi kedua matanya melirik Noah sesekali.Menikah? Tawaran itu bukan sesuatu yang mudah untuk diangguki dalam hitungan detik. Sebelumnya, Heba punya pengalaman buruk soal pernikahan. Perempuan itu tentu tak mau sembarangan lagi. Semuanya harus dipikirkan baik-baik."Maaf, Pak, apa boleh saya kasih jawaban nanti?" tanya Heba takut-takut."Boleh," jawab Noah seraya mengangguk lagi, kemudian lelaki itu kembali mengemudikan mobilnya.Noah mengantar Heba dengan selamat sampai ke rumah. Turun dari mobil usai berpamitan dan mengucapkan terima kasih, lebih dulu Heba memastikan mobil Noah menjauh dari area rumahnya. Barulah setelah itu, ia masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa."Aku harus kasih tau Kamila!" ucap Heba terburu-buru mengambil ponselnya di dalam tas, dan menghubungi Kamila saat itu juga."Mil!" panggilnya setelah panggilan mereka terhubung.Di toko yang masih ramai o
Bab 126Noah menghentikan langkah. Barusan itu, kalimat yang keluar dari mulut Kamila terdengar oleh kedua telinganya. Noah mematung, mulai bertanya-tanya mengapa ia tak tahu kalau Heba sempat merasa cemburu pada perempuan yang datang kepadanya?Tatapan lelaki itu tertuju lurus, dan Heba sadar akan hal tersebut. Heba mengeluh, dan menoleh pada Kamila seraya melayangkan tatapan protes. Dari tatapannya itu, harusnya Kamila sadar, kalau saat ini Heba tengah kesal padanya.Akan tetapi, Kamila malah mengangkat bahu seolah-olah ia tak salah. Kamila tak bermaksud bicara di depan Noah tentang semuanya. Namun, kalau sampai atasan mereka mendengar, ya itu namanya sudah takdir."Gara-gara kamu, nih!" Heba berkata tanpa suara.Heba berdeham dan menarik senyum saat Noah berdiri di hadapannya dan Kamila. Sebisa mungkin Heba bersikap seolah tak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka."Siang, Pak, gimana pendapat Bapak soal toko saya sama Kamila?" tanya perempuan itu, benar-benar berusaha mengalih