Morgan memiliki kepercayaan penuh pada Tiffany. Jadi, selama bertahun-tahun ini, setiap kali Tiffany mengatakan ingin melakukan perawatan untuk tangannya, Morgan selalu menyetujuinya tanpa ragu.Selama ini, dia juga mengira bahwa tangan Tiffany cedera akibat kejadian lima tahun yang lalu ....Namun, setelah mendengar pernyataan dari seorang jurnalis bernama Cathy, Morgan justru merasa bingung, begitu juga para jurnalis yang duduk di bawah panggung."Dokter Tiffany, apa kamu bisa memberi tanggapan secara langsung?""Dokter Tiffany, kami harap kamu bisa menjelaskan mengenai hal ini ...."Tiffany mengatupkan bibirnya, melirik sekilas ke arah Cathy. "Jadi, sebenarnya apa yang ingin kamu tanyakan dengan membahas masalah ini di depan semua orang?""Aku hanya ingin tahu ...." Cathy tersenyum tipis, lalu berkata, "Apa benar tanganmu cedera, jadi kamu nggak bisa melakukan operasi?""Atau ini hanya masalah mental, kamu takut untuk melakukan operasi sendiri? Kamu nggak cukup yakin dengan kemampua
Plak!Sebuah ponsel jatuh ke lantai, menimbulkan suara yang menggema di ruangan.Kini bukan hanya para jurnalis yang terkejut, bahkan Morgan yang duduk di atas panggung, direktur rumah sakit yang menganggap dirinya berwawasan luas pun terbelalak dengan ekspresi tak percaya.Apa yang sedang terjadi? Jurnalis bernama Cathy ini, wanita yang menulis artikel di media asing untuk mencemarkan nama baik Tiffany, ternyata ... adalah kakaknya Tiffany?Para wartawan yang terkejut segera mengangkat kamera mereka, mengabadikan senyuman tenang Tiffany dan wajah pucat Cathy. Pertarungan sengit antara saudara!Cathy sebelumnya berusaha keras menjelekkan Tiffany, bahkan membawa bukti untuk membahas cedera tangan Tiffany. Siapa sangka, mereka adalah saudara!Di barisan paling belakang, Cathy menyipitkan matanya sedikit. Tangan yang memegang mikrofon menegang.Dia sungguh tidak menyangka bahwa setelah pertengkaran besar empat tahun yang lalu, Tiffany yang bersumpah tidak akan pernah memanggilnya kakak la
"Eee ... anu, aku seharusnya melepaskan bajuku dulu atau bajumu dulu?" tanya Tiffany Maheswari dengan hati-hati. Dia berdiri di depan kamar mandi dan hanya membalut tubuhnya dengan handuk.Malam ini adalah malam pertamanya. Pria di depan sana, yang duduk di kursi roda dan menutup matanya dengan sutra hitam adalah suaminya.Ini pertama kalinya Tiffany bertemu calon suaminya. Parasnya lebih tampan daripada yang terlihat di foto. Hidungnya mancung, alisnya tebal, tubuhnya tinggi dan tegap. Ini adalah tipe pria Tiffany.Sayang sekali, pria itu buta dan duduk di kursi roda. Ada yang mengatakan bahwa Sean Tanuwijaya adalah pembawa sial. Ketika berusia 9 tahun, orang tuanya meninggal karenanya. Ketika berusia 13 tahun, kakaknya meninggal karenanya. Kemudian, 3 wanita yang pernah menjadi calon istrinya juga mati.Ketika mendengar rumor ini, Tiffany sangatlah takut. Namun, pamannya bilang mereka baru bisa mengobati penyakit neneknya jika dia menikah dengan Sean. Demi neneknya, Tiffany bersedia
Tiffany bertanya dengan heran, "Kalau aku keluar, kamu bisa mandi sendirian?"Bukannya pria ini tidak bisa melihat apa pun? Sean tidak berbicara, tetapi suasana menjadi makin menegangkan.Tiffany bisa merasakan kemarahan Sean. Dia melepaskan handuk gosoknya, lalu berucap sebelum pergi, "Kalau begitu, kamu hati-hati ya. Panggil aku kalau butuh bantuan."Setelah keluar dari kamar mandi, Tiffany tampak gelisah dan terus memandang ke arah kamar mandi. Bagaimana kalau Sean terjatuh dan mati di dalam sana? Mereka baru menikah. Tiffany tidak ingin menjadi janda.Ketika Tiffany sedang mencemaskan Sean, ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata sahabatnya, Julie, mengirimnya sebuah video. Judul video itu adalah materi pelajaran.Materi pelajaran? Tiffany mengkliknya dengan heran sambil bertanya-tanya dalam hati, 'Ujian masih lama. Untuk apa mengirimnya materi pelajaran sekarang?'"Um ... ah ... hm ...." Begitu video diputar, terlihat seorang wanita bersandar di atas tubuh seorang pria ....Wajah
Kemudian, Tiffany berbalik untuk kembali ke dapur. Kedua pelayan itu segera menghentikannya. "Nyonya, nggak perlu."Mereka digaji untuk masak, tetapi semua sudah disiapkan oleh Tiffany. Kalau sampai Sean tahu soal ini, bukankah mereka akan dipecat?"Nyonya, aku dan Rika bertanggung jawab masak sarapan. Kamu baru datang ke rumah ini, nggak mungkin tahu selera Tuan. Sebaiknya jangan membuat masalah di dapur," ujar salah seorang pelayan dengan kesal.Pelayan bernama Rika itu segera menyahut, "Ya, Bibi Prisa benar. Sebaiknya Nyonya istirahat saja.""Tuan nggak makan makanan seperti ini. Dia selalu sarapan roti lapis, ham, dan susu. Sarapan yang Nyonya buat terlalu kuno," ucap Prisa sambil memandang sarapan yang terlihat hambar itu.Ekspresi Tiffany tampak heran sesaat, lalu menjadi suram. Dia menunduk dan mengiakan. "Kalian benar."Orang kaya memang suka bergaya. Di kampusnya, para siswa kaya saja tidak pernah pergi ke kantin untuk makan, apalagi orang sekaya Sean. Tiffany merasa dirinya s
Suara Sean terdengar sangat dingin, seolah-olah ingin membekukan seluruh ruang makan. Saat berikutnya, buk! Prisa berlutut di lantai dan berujar dengan mata merah, "A ... aku nggak seharusnya bicara begitu dengan Nyonya ...."Sean memang terlihat baik. Namun, jika dia marah, tidak ada yang bisa menanggung amarahnya.Prisa meneruskan, "Tapi, aku nggak berniat jahat! Aku cuma nggak ingin Nyonya masak karena takut dia lelah ...."Sean tersenyum sambil menghadap Prisa dan bertanya, "Makanya, kamu sengaja merusak suasana hati istri baru yang masak untuk suaminya?"Suasana di ruang makan menjadi hening untuk sesaat. Perkataan Sean ini bukan hanya mengejutkan Rika dan Prisa, tetapi Tiffany juga memelotot terkejut. Sean sedang membelanya?Prisa ketakutan hingga gemetaran. Dia menyahut, "A ... aku nggak bermaksud begitu .... Aku nggak membuang masakan Nyonya. Aku dan Rika memakannya ...."Senyuman Sean menjadi makin dingin. Dia mengejek, "Sepertinya kamu lebih mirip majikan di sini daripada aku
Setelah tersadar kembali, Tiffany memungut ponselnya dengan panik. Dia mendongak menatap Garry, lalu bertanya, "Kak, rupanya kamu kerja di sini?"Garry menyunggingkan senyuman manis. Dia mengelus kepala Tiffany dengan penuh kasih sayang sambil menegur, "Sebenarnya berapa usiamu? Kenapa ceroboh seperti anak kecil?""Dua puluh tahun," jawab Tiffany dengan mata berbinar-binar.Garry memalingkan wajah dan terkekeh-kekeh, lalu bertanya, "Kenapa kamu datang ke rumah sakit?"Tiffany menunjuk ruangan di belakang sambil membalas, "Temanku sedang mengobrol dengan kakak sepupunya."Garry melirik jam dan berujar, "Sudah waktunya jam makan siang. Temanmu mungkin nggak akan keluar secepat itu. Kebetulan aku mau makan siang. Gimana kalau kutraktir?"Tiffany berpikir sejenak, lalu mengetuk pintu untuk berpamitan dengan Julie, "Aku pergi sebentar."Garry berjalan di depan dengan wajah berseri-seri dan Tiffany mengikuti dari belakang. Sepertinya dari SMA 2, Tiffany sudah mengagumi pria ini.Saat itu, pe
Suasana di vila menjadi menegangkan. Sean melirik beberapa botol obat di atas meja. Tebersit kilatan dingin di matanya saat berkata, "Ternyata istriku pergi ke rumah sakit demi aku. Aku malah menyalahkanmu."Tiffany tidak bodoh. Dia tentu memahami makna tersirat pada ucapan Sean. Sean memberi isyarat tangan kepada pelayan di samping. Kepala pelayan segera menghampiri dan mengambil beberapa botol obat itu.Tiffany merasa kurang percaya diri. Dia bertanya, "Kamu menyuruh kepala pelayan menyimpannya karena nggak ingin makan ya?"Tiffany bisa merasakan kekesalan pada Sean. Sean tersenyum tipis dan berujar, "Makan saja dulu."Suara Sean terdengar sangat dingin dan rendah. Hal ini membuat Tiffany merasa gugup. Sepertinya, pria ini benar-benar marah.Tiffany mengepalkan tangan dengan erat. Mereka baru menikah 2 hari, tetapi dia sudah membawakan obat untuk Sean. Apakah ini terkesan kurang pantas? Apakah Sean mengira Tiffany membelikannya obat karena tidak menyukai kondisinya?Tiba-tiba, Tiffan
Plak!Sebuah ponsel jatuh ke lantai, menimbulkan suara yang menggema di ruangan.Kini bukan hanya para jurnalis yang terkejut, bahkan Morgan yang duduk di atas panggung, direktur rumah sakit yang menganggap dirinya berwawasan luas pun terbelalak dengan ekspresi tak percaya.Apa yang sedang terjadi? Jurnalis bernama Cathy ini, wanita yang menulis artikel di media asing untuk mencemarkan nama baik Tiffany, ternyata ... adalah kakaknya Tiffany?Para wartawan yang terkejut segera mengangkat kamera mereka, mengabadikan senyuman tenang Tiffany dan wajah pucat Cathy. Pertarungan sengit antara saudara!Cathy sebelumnya berusaha keras menjelekkan Tiffany, bahkan membawa bukti untuk membahas cedera tangan Tiffany. Siapa sangka, mereka adalah saudara!Di barisan paling belakang, Cathy menyipitkan matanya sedikit. Tangan yang memegang mikrofon menegang.Dia sungguh tidak menyangka bahwa setelah pertengkaran besar empat tahun yang lalu, Tiffany yang bersumpah tidak akan pernah memanggilnya kakak la
Morgan memiliki kepercayaan penuh pada Tiffany. Jadi, selama bertahun-tahun ini, setiap kali Tiffany mengatakan ingin melakukan perawatan untuk tangannya, Morgan selalu menyetujuinya tanpa ragu.Selama ini, dia juga mengira bahwa tangan Tiffany cedera akibat kejadian lima tahun yang lalu ....Namun, setelah mendengar pernyataan dari seorang jurnalis bernama Cathy, Morgan justru merasa bingung, begitu juga para jurnalis yang duduk di bawah panggung."Dokter Tiffany, apa kamu bisa memberi tanggapan secara langsung?""Dokter Tiffany, kami harap kamu bisa menjelaskan mengenai hal ini ...."Tiffany mengatupkan bibirnya, melirik sekilas ke arah Cathy. "Jadi, sebenarnya apa yang ingin kamu tanyakan dengan membahas masalah ini di depan semua orang?""Aku hanya ingin tahu ...." Cathy tersenyum tipis, lalu berkata, "Apa benar tanganmu cedera, jadi kamu nggak bisa melakukan operasi?""Atau ini hanya masalah mental, kamu takut untuk melakukan operasi sendiri? Kamu nggak cukup yakin dengan kemampua
Di saat Cathy berdiri, semua tatapan tertuju padanya. Direktur rumah sakit menatapnya dengan agak terkejut dan bertanya, "Nona, ada pertanyaan apa lagi yang ingin kamu tanyakan? Perkenalkan dirimu dulu."Wanita itu tersenyum tipis ke arah Tiffany, tetapi matanya dipenuhi dengan kilatan dingin. Tiffany menyipitkan mata dan menatapnya balik dengan berani."Aku adalah jurnalis dari XY Times di Elupa. Namaku Cathy."Cathy.Begitu nama itu disebut, para wartawan di ruangan langsung terkejut dan menatapnya dengan penuh kekaguman. Dia benar-benar berani datang!Sebelumnya, kasus Tiffany menjadi skandal besar justru karena Cathy menulis sebuah artikel di media luar negeri. Di artikel itu, dia menggambarkan Tiffany sebagai dokter yang hanya peduli pada keuntungan dan mencari popularitas.Tulisan itulah yang memicu kemarahan publik terhadap Rumah Sakit Kota Kintan. Secara logika, Cathy seharusnya tidak muncul di konferensi pers ini, apalagi menunjukkan diri.Pertama, keterlibatan Cathy dalam mem
Filda merasa sepertinya pernah melihat orang ini, tetapi tidak bisa mengingatnya dengan jelas. "Aku adalah pasien dalam insiden malapraktik dua tahun lalu, Randy."Randy tersenyum sinis sambil menatap Filda. "Waktu operasi itu berlangsung, aku sama sekali nggak tahu kalau ada masalah serius di meja operasi. Baru beberapa hari yang lalu aku melihat rekaman medis asliku dari dua tahun lalu."Matanya memicing sekilas. "Aku ingat waktu pertama kali datang ke rumah sakit ini, aku sudah menanyakan langsung kepada Anda sebagai dokter ahli. Aku bilang aku punya sedikit masalah kesehatan dan apakah itu akan memengaruhi operasiku.""Saat itu, Anda meyakinkanku bahwa itu bukan masalah. Anda bilang bahwa prosedur operasinya sudah dirancang dengan matang. Tapi kenyataannya ... justru karena kondisi kecil yang pernah aku sebutkan itulah operasiku mengalami kegagalan.""Dokter Zion yang melakukan operasiku, sama sekali nggak tahu tentang kondisi tubuhku itu. Itulah sebabnya aku hampir mati di meja op
Begitu rekaman asli dari Zion selesai diputar, ruangan konferensi pers kembali gempar. Di layar komputer, terlihat bahwa rekaman tersebut terakhir kali dimodifikasi dua tahun lalu. Dengan kata lain, rekaman inilah bukti asli dari dua tahun lalu!Sedangkan rekaman yang digunakan oleh Filda ... ternyata adalah rekaman baru yang sengaja dibuat untuk menjebak Tiffany!Kesimpulan ini mengejutkan semua orang di ruangan itu.Direktur menatap Filda dengan mata terbelalak. "Kamu ...!"Mereka sudah bekerja sama selama 20 tahun. Jika bukti ini tidak sejelas sekarang, dia tidak akan pernah percaya bahwa Filda bisa melakukan hal seperti ini. Di bawah panggung, para wartawan langsung berbisik satu sama lain.Awalnya, mereka mengira konferensi pers hari ini hanya untuk menjelaskan insiden malapraktik dua tahun lalu. Namun, siapa sangka .... Konferensi ini justru membongkar konflik internal Rumah Sakit Kota Kintan!Bahkan lebih dramatis dari serial novel!Orang-orang mulai berbisik, "Aku nggak nyangka
Demikianlah, Filda menggunakan nama Tiffany, meniru suaranya, dan membujuk Zion untuk mengambil alih operasi tersebut. Awalnya, Filda berencana untuk memberi tahu Zion kebenarannya setelah operasi berhasil.Namun, sesuatu yang gawat malah terjadi.Saat masalah muncul, hal pertama yang dia pikirkan adalah menjadikan Tiffany sebagai kambing hitam. Namun, Zion tidak menyalahkan Tiffany. Sebaliknya, dia menanggung semua kesalahan sendiri.Filda merasa sakit hati dan kecewa. Dia selalu ingin membantu Zion mendapatkan kembali reputasinya. Sekarang, kesempatan itu akhirnya datang. Namun, dia tidak menyangka bahwa Tiffany telah menyiapkan bukti yang kuat."Aku paling benci sama orang yang iri dengan kemampuan orang lain dan main curang di belakang mereka!" Seorang wartawan di barisan depan tiba-tiba berdiri dengan penuh amarah. Kemudian, ia mengambil gelas dari meja dan melemparkannya ke arah Filda."Awas, Guru!" Di detik terakhir, seseorang melompat ke depan dan mengadang gelas itu.Prang!Ge
"Di sini, saya ingin meluruskan kesalahpahaman terhadap Dokter Tiffany. Rekaman yang beredar di internet bukanlah rekaman dua tahun lalu, melainkan direkam di studio saya sendiri. Saya bertanggung jawab penuh atas setiap kata yang saya ucapkan.""Kalau masih ada yang meragukan kejujuran saya, saya bersedia menyerahkan file rekaman aslinya sebagai bukti."Kata-kata Dina bagaikan bom yang meledak di ruangan konferensi. Para wartawan mulai gempar. Bahkan, beberapa di antara mereka mulai mengambil gambar Filda secara intens."Bu Filda, apakah Anda melakukan semua ini karena iri sama Dokter Tiffany dan ingin menjebaknya?""Bu Filda, bagaimana tanggapan Anda mengenai tuduhan dari Dina?""Kalau kasus ini sudah ditutup dua tahun lalu, kenapa Anda tiba-tiba ingin membukanya kembali? Apakah Anda hanya ingin menjatuhkan Dokter Tiffany?""Bu Filda ...."Rentetan pertanyaan dari para wartawan membuat Filda terdesak dan tanpa sadar mundur selangkah. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya dan wajahnya m
Ruangan konferensi pers seketika menjadi sunyi. Jelas sekali, begitu Sean menyebut nama "Dina", tubuh Filda langsung gemetaran. Bahkan, wajahnya juga mulai memucat.Melihat situasi ini, Tiffany yang duduk di panggung memanfaatkan kesempatan ini untuk menambahkan, "Pak Sean, siapa Dina?""Dina adalah salah satu pengisi suara terbaik di Kota Kintan. Dia memiliki kemampuan luar biasa dalam meniru suara dan nada bicara seseorang hanya dalam waktu singkat."Brandon yang duduk di samping Sean di barisan depan, tersenyum sekilas, lalu melihat ponselnya dan mulai membaca, "Tapi, Dina sangat jarang menerima pekerjaan merekam suara di luar kontrak resminya. Kecuali untuk seseorang yang sudah dia kenal lama."Begitu kalimat itu diucapkan, Sean langsung mengarahkan pandangannya ke Filda. "Kabarnya, Anda baru-baru ini menemui Dina, bahkan mengunjungi studionya. Boleh tahu, untuk urusan apa Anda menemuinya?""Aku ...."Wajah Filda yang selama ini tampak dingin, kini mulai memucat. Dia benar-benar ti
Keesokan harinya, konferensi pers Rumah Sakit Kota Kintan diadakan tepat pukul sepuluh pagi.Berhubung insiden ini terkait dengan seorang tokoh medis terkenal, dan karena Tiffany adalah dokter dengan perkembangan paling pesat dalam dua tahun terakhir di rumah sakit, jumlah wartawan yang datang sangat banyak.Hampir seluruh media di Kota Kintan hadir. Bahkan, ada beberapa media internasional yang ikut meliput.Saat Tiffany memasuki ruangan, dia langsung melihat beberapa wartawan asing. Di samping mereka, duduk seorang wanita yang sangat cantik dan bersorot mata dingin.Wanita itu bertubuh tinggi, ramping, dan penuh pesona. Aura dingin dan angkuhnya terasa begitu kuat. Saat itu, wanita tersebut sedang menyilangkan kaki dan berbicara dengan beberapa wartawan asing di sekitarnya.Sesekali, dia tersenyum tipis dengan ekspresi palsu.Tiffany meremas kedua tangannya di sisi tubuhnya.Cathy.Sudah berapa lama sejak terakhir kali dia bertemu dengan Cathy?Terakhir kali mereka bertemu adalah dua