Di tempat berbeda, Arga kemarin sudah mengajak sang istri untuk kontrol ke dokter kandungan. Mereka menginginkan anak yang kedua dan dokter pun memberikan jadwal yang baik untuk mereka berhubungan.Awalnya Arga bisa menyentuh sang istri kapan saja Ia mau, tapi setelah datang dari dokter antara kesal dan senang Arga pun harus sekuat tenaga mengontrol hasratnya untuk tidak menggauli sang istri setiap saat.Sudah ada jadwal untuk ia lakukan dan malam ini adalah jadwalnya.[Sayang, aku ingin meminta jatahku.] ucap Arga melalui sambungan telepon. Arga hanya mengingatkan sang istri. Ia takut bila wanita itu lupa untuk memberi jatahnya pada sang suami tampan.[Arga, Kau ini ih malu-maluin saja.] tegur Maria pada suaminya. Maria malu, pasalnya pelayan yang ada di sana pada tertawa kecil ketika mendengar rengekan Arga yang meminta jatah malam ini melalui sambungan ponsel yang tak sengaja Maria nyalakan.Arga sudah tidak sabar untuk menanti malam yang bergelora bersama istrinya.Membayangkan
Dua hari berikutnya saat hari libur tiba, Arga akan mengizinkan Maria pergi ke salon untuk perawatan diri, dan dia yang akan bertugas menjaga Raja di rumah.Tapi bukannya menemani sang anak bermain di rumah. Arga malah mengajak Raja keluar rumah untuk membeli banyak mainan kesukaan Raja. Bahkan setiap mainan dibeli untuk semua seri. Tak ada sedikitpun dalam benaknya kalau sampai di rumah akan bertengkar dengan sang istri. Setelah puas berbelanja kini Arga mengajak sang anak untuk pulang."Suka nggak sayang mainannya?" tanya Arga."Suka Papa," jawab Raja."Papa akan ajak Raja membeli banyak mainan setiap Papa libur," sahut Arga.Mereka sudah berada di dalam mobil menuju ke rumahnya. "Tapi Tuan, Nyonya pasti akan marah karena anda membeli banyak mainan dan hampir semua seri," ucap sang pengasuh Raja penuh khawatir. Jangankan Maria, dia saja gemes melihat cara Arga membeli mainan begitu banyak."Punya uang itu harus dibelanjakan. Kenapa dia harus marah, bahkan harusnya dia senang dong
Begitu tiba di Bar yang berada tak jauh dari kediaman Dewantara, kini Arga lebih dulu memesan minuman sembari menunggu Nando datang menemuinya.Tak berselang lama Arga melihat Nando berjalan mendekat ke arahnya, sang asisten sangat sigap melakukan apapun perintah Arga bahkan Arga lupa kalau Monica masih belum pulih total seperti sediakanlah."Tuan ada apa anda mengajak saya bertemu di sini?" tanya Nando."Minumlah dulu, jangan terburu-buru," tegur Arga."Baik Tuan, terima kasih," jawab Nando.Nando pun meneguk whisky terbaik yang dipesan oleh Arga. Jujur saja sebenarnya Arga punya banyak minuman dengan harga fantastis. Tapi dalam kondisi ini, dia lebih nyaman pergi dari rumah."Aku sangat enggan datang ke tempat ini sendirian. Makanya aku mengajakmu," jawabnya."Jadi bukan karena ada pertemuan bisnis Tuan?" tanya Nando lagi. Dia hanya ingin memastikan saja, agar tak salah langkah. Sebab tak ada yang Nandi bawa selain ponsel dan dompet.Arga menggeleng, "aku sedang menghindari Maria,
Setelah menempuh perjalanan selama hampir 17 jam di udara, kini Arga dan keluarganya sudah tiba di kediaman mewah milik sang papa.Memang kediaman itu tidak sebesar kediaman Tuan Dewantara sewaktu tinggal di Jerman, akan tetapi untuk mereka itu sudah cukup luas, bahkan lebih dari yang mereka butuhkan.Kediaman itu juga tidak jauh dari kediaman milik Tuan Askara, sehingga Maria kapan saja bila ingin pulang ke rumahnya dia bisa melakukannya dengan cepat tanpa menunggu sang suami yang harus mengantarnya.Mereka memilih untuk beristirahat sejenak sebelum nanti pergi ke rumah Tuan Askara untuk melihat persiapan pernikahan yang akan berlangsung dua hari lagi.Usia Lina dan Tuan Askara memang berbeda cukup jauh mereka memang bisa dikatakan sebagai saudara sepupu tapi bila dilihat dari segi umur keduanya tampak seperti ayah dan anak, bahkan rambut Tuan Askara sudah mulai memutih.Akan tetapi ketampanannya sama sekali tidak pudar. Tuan Askara begitu lapang dada untuk menerima Lina dan calon an
Esok paginya, Arga dan keluarga kecilnya sudah ada di meja makan. Raja sudah dibiasakan untuk ikut sarapan dengan kedua orang tuanya."Ma, Papa minta susu ya," pinta sang suami."Iya Pa," jawab Maria."Anaknya juga Ma," ucap Raja."Baik Tuanku Raja," balas Maria membuat sang anak tergelak."Ini susunya Pa?" Maria memberikan 1 gelas susu pada sang suami ketika Arga sudah duduk di meja makan.Pria itu tampak semakin tampan membuat sang istri selalu terpesona karenanya.Betapa bodohnya ia terlambat menyadari ketampanan yang abadi di depan matanya, sedangkan dirinya semakin tak terurus."Kalau pagi ini aku sarapan susu yang itu aja gimana sayang?" Arga menunjuk ke arah dada sang istri yang semakin montok karena perawatan mahal. Pria tampan itu mencoba untuk berkelakar pada sang istri."Raja juga mau susu itu Ma ...." sang anak dengan rambut acak-acakan khas bangun tidur ikut bergabung dengan kedua orang tuanya.Raja duduk di kursi yang khusus dibuatkan untuknya, dan sarapannya yang sudah
Setelah selesai sarapan diiringi dengan perdebatan yang tak ada habis-habisnya karena Arga terlalu posesif kepada sang istri, kini Maria dan Raja ikut mengantar sang papa sampai di halaman depan rumahnya."Papa berangkat dulu ya sayang." pamit Arga, lalu mengecup kening Maria dan juga bibirnya sekilas, sedangkan Maria mengecup punggung tangan sang suami."Hati-hati ya Pa," jawab Maria."Iya Sayang," balas Arga.Lalu ia berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak."Papa berangkat ya sayang," pamit Arga sambil mengecup pipi bulat Raja juga keningnya.Tak lupa ia mengusak puncak kepala sang anak yang rambutnya saat ini seperti singa sangat berantakan."Hati-hati di jalan ya Papa." sahutnya sambil mengecup punggung tangan sang Papa, juga kedua pipi milik Arga."Iya Sayang, jangan lupa belajar yang rajin, Papa bayar mahal lho Ibu gurunya," tegur Arga mengingatkan sang anak.Raja memutar bola mata malas, ia selalu pusing kalau sudah dipaksa belajar."Iya Pa. Bawel, tapi setelah itu kam
Esok harinya, Arga terlambat datang ke kantor. Sebab pagi harinya dia akan menghadiri pernikahan sang kakak ipar."Raja udah ganteng belum Pa?" tanya Raja.Raja dan sang Papa mengenakan setelan baju koko berwarna cream."Ganteng dong, siapa dulu dong Papanya," jawab Arga, lalu mereka tertawa.Raja dan Arga masih berada di ruang ganti. Raja didandani oleh sang papa tampan. Mereka lebih sering mengenakan baju couple untuk acara-acara seperti ini.Sedangkan Maria sejak tadi sibuk mengoreksi penampilannya di depan meja rias.Maria menatap dirinya sendiri di cermin, kebaya berwarna putih lengan panjang berbahan brokat dengan model panjang hingga di bawah lutut adalah merupakan kebaya yang dikenakan sang mama saat menikah dengan sang papa empat puluh lima tahun silam. Dipadupadankan dengan kain batik berbahan sutra.Dan kini begitu cantik membalut tubuhnya yang tampak semakin langsing, kebaya itu sudah dimodifikasi oleh ahlinya agar Maria tetap bisa mengenakannya tanpa ketinggalan jaman.Ar
Pesta pernikahan yang benar-benar tidak diharapkan saat ini telah terjadi, Lina sudah sah menjadi istri dari pria yang usianya lebih tua dari sang papa.Akan tetapi sebagai perempuan dia tak bisa menolak takdir, sebab ada anak yang harus dia pikirkan. Sejujurnya Lina tidak pernah menginginkan Tuan Askara untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang tidak pria itu lakukan.Namun sekali lagi Tuan Askara yang menawarkan diri untuk melakukan itu setelah mengetahui Lina mengandung anaknya Wahyu, pria yang sudah memperkosanya.Hanya demi menyelamatkan nama baik keluarga besar Lina, hanya demi ingin sang Mama bahagia di alam sana Tuan Askara pun memberanikan diri untuk melamar Lina, dan berjanji akan menjadikan anak dalam kandungan Lina seperti anak kandungnya sendiri."Mama aku sudah menyelamatkan keponakan Mama dari aib besar ataupun dari dosa besar yang mungkin terjadi bila aku tidak dengan cepat memutuskan ini. Sekarang aku sudah sah menikah untuk yang kedua kalinya, aku berharap pernikah
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu