Tiga bulan setelah bulan madu penuh kejuatan dan kisah romantis di Paris, kini Saskia sudah menjadi salah satu mahasiswa kedokteran semester tujuh di kampus terbaik di kota itu.Niatnya untuk menjadi seorang dokter sangat besar walau hanya menjadi dokter umum, namun itu saja sudah sangat membuatnya bangga.Raja juga didapuk sebagai salah satu dosen mata kuliah di kampus itu dan mengajar hanya setiap hari sabtu ketika sang dokter libur dari rumah sakit. Dan kebetulan Raja juga mengajar di kelas Saskia. Saskia sengaja menyembunyikan statusnya yang sebenarnya dari semua orang yang terkait dengan kampus."Sayang, apa kau mau ke rumah sakit?" tanya Maria pada sang anak.Mereka sedang melakukan sarapan bersama. Arga pun sudah rapi karena berniat berkunjung ke rumah Tuan Askara bersama sang istri. "Tidak Ma, kan hari ini Raja ada jam mengajar di kampus," jawabnya.Kedua orang tuanya tak pernah melarang Raja menerima tawaran dari kampus, asal tidak mengganggu tugas Raja di rumah sakit sebag
"Kita ke kantin yuk," ajak Asri."Bentar ya aku mau periksa tugas untuk mata kuliah berikutnya dulu, takutnya ada yang salah," ucap Saskia."Oke deh, tapi jangan lama-lama," ucap Asri."Iya bawel," sahut Saskia."Awas aja bohong," ucap Asri galak. Saskia menjawab dengan anggukan."Kenapa kepalaku pusing sekali ya?" gumamnya.Saskia mulai menyentuh pelipisnya dan memberi pijatan kecil di sana."Kau kenapa Saskia?" tanya Asri khawatir."Aku nggak enak badan, mungkin karena tadi malam agak susah tidur kali ya," ucapnya."Bisa jadi sih, makanya jangan terlalu pintar-pintar banget biar waktu istirahatmu tidak berkurang," Asri menggoda sang sahabat hingga membuat Saskia yang tadinya sudah mulai merasakan kesakitan pun ikut tersenyum mendengar ucapan sahabatnya.Lima menit berikutnya Saskia pun mengajak sang sahabat menuju ke kantin, di kantin tersebut ada dua tempat yang disekat menjadi dua bagian.Bagian yang sangat luas itu digunakan oleh para mahasiswa, sedangkan satu ruangan yang tidak
“Lalu gimana kabar Mamanya Kia? Apa masih belum merestui hubungan Raja dan anaknya?” tanya Tuan Askara pada Arga dan Maria.“Sepertinya belum. Mungkin dia malu karena kejahatannya ketahuan oleh kami, memang wanita laknat itu. menilai orang dari penampilannya,” omel Maria kesal.Arga hanya tertawa kecil menyadari amarah sang istri yang belum pernah padam bila membahas wanita sialan itu.Ibu mana yang rela melihat anaknya diperlakukan kasar bahkan sampai diculik. Sampai mati pun Maria dan Arga tidak akan melupakan masalah itu. Mereka mengutuk siapapun yang berani menyakiti keturunannya.“Lalu suaminya gimana?” tanya Lina, pada kedua kakak iparnya.“Kalau Pak Handoko sepertinya sering menghubungi Kia lewat telepon, hanya saja Kakak belum pernah mendengar Kia berkomunikasi dengan Mamanya,” ungkap Maria pada sang adik ipar.“Jahat sekali wanita itu!” seru Lina kesal.“Mungkin dia merasa hanya dia yang paling kaya di muka bumi ini,” sambung Tuan Askara menimpali.“Kasihan Pak Handoko, punya
Pagi ini Kia muntah-muntah hebat membuat Raja bingung. Wajah sang istri pucat pasi."Sayang, kita ke rumah sakit yuk," ajak Raja. Walaupun dia seorang dokter nyatanya Raja tidak ahli urusan kehamilan, apalagi ini baru pertama kali mereka alami."Tidak sayang, nanti pasti baikan kok," tolak Saskia."Ya sudah, kamu tidur ya aku ambilkan sarapan dulu," ujar Raja.Biasanya tiap hari minggu Raja dan sang papa selalu jogging, tapi sejak tadi malam perut Saskia bergejolak hingga pagi ini, sampai Raja tak sempat tidur.Sampai di lantai bawah, ternyata sepi."Mama sama Papa ke mana Bi?" tanya Raja."Beliau pergi jogging Tuan, kata Nyonya Maria, anda dan Nyonya muda sarapan dulu aja," ucap sang pelayan.Raja pun mengangguk, lalu meminta pelayan menyiapkan menu untuk sang istri guna mengurangi mualnya.******Di tempat berbeda kini Agnes sedang bersiap menuju ke butiknya, bisnis lain miliknya.Bila hari kerja wanita itu menjadi pemimpin di kantor cabang Wijaya Group, tapi diluar hari kerja dia a
Satu minggu berikutnya."Nyonya ada tamu yang ingin bertemu Tuan Raja," ucap sang pelayan. "Siapa ya?" tanya Maria heran. Biasanya kalau hari kerja begini tidak akan ada yang datang berkunjung menemui Raja, sebab mereka tahu kesibukan Raja di rumah sakit. Makanya Maria bingung saat pelayan bilang ada tamu.Raja baru saja tiba di rumah, setelah seharian menjalankan rutinitasnya di rumah sakit. Setiap hari senin sampai jumat Raja tidak mengambil pekerjaan sebagai dosen di fakultas kedokteran."Saya kurang tahu Nyonya. Soalnya belum pernah melihat," jawab sang pelayan."Ya sudah suruh masuk saja Bi," ucap Maria memberi izin."Baik Nyonya."Tak berselang lama ada empat orang berpenampilan rapi masuk ke dalam rumah, Maria menyambutnya."Siapa ya?" tanya Maria penasaran."Maaf mengganggu Nyonya, Kami teman-temannya dokter Raja. Kebetulan kami mengajar satu kampus dengan beliau, ada yang mau kami bicarakan dengan beliau," ucap Pak Niko, mewakili tiga temannya yang lain."Oh begitu, mari sil
"Tunggu sebentar ya sayang, nanti aku antarkan ke alamat itu," ucap Raja pada sang istri, tapi Saskia dengan cepat menggeleng."Sayang boleh nggak Kia jalan sendiri ke sana diantar sopir deh, Kia takut justru akan terjadi keributan di sana kalau Mama tahu Sayang ikut mengantarkanku. Sayang tenang saja, Mama Jenita tidak akan pernah menyakitiku, karena biar bagaimanapun aku darah dagingnya," tuturnya berbisik kepada sang suami.Raja membuang nafas kasar, jujur dia tidak percaya pada Mama mertuanya.Raja yakin wanita itu pasti membenci dirinya dan juga anak kandungnya sendiri. Raja tahu betul kalau Jenita pernah bersumpah akan membencinya seumur hidup, maka Raja yakin ucapan Mama mertuanya itu tidak pernah main-main."Baiklah sayang, kalau begitu ajak Bibi ya, kau juga harus mengajak pengawal biar kami di rumah tenang Sayang! Aku tahu beliau itu Mama kandungmu dan rasanya tidak mungkin menyakiti anaknya sendiri, tapi aku tak akan bisa tenang membiarkanmu pergi tanpa mengajak siapapun d
“Dasar anak kurang ajar, selalu membuatku marah!” seru Jenita kesal. Sang anak tak pernah mau mendengarkan ucapannya, dia lebih memilih untuk tetap melahirkan anak dari lelaki yang paling dibenci olehnya.Bram yang menemani Jenita ke Jakarta untuk menemui Saskia pun berusaha menenangkan Jenita, wanita yang katanya suaminya sudah bangkrut tapi masih bisa membiayai hidup Bram dan memberi kemewahan pada Bram.“Sabar sayang, besok kita susun rencana lain untuk membujuk anakmu mau menggugurkan janinnya,” Bram memberi saran pada Jenita. “Bagaimana kalau kita keluar cari hiburan sayang?” Dengan cepat Jenita menggeleng, dia lebih baik minum di dalam kamar daripada keluar di saat suasana hatinya sedang tidak baik.“Pergilah sendiri, kau tahu tempatnya bukan? Aku di kamar saja,” jawab jenita.Bram sangat tahu kebiasaan wanita ini, makanya dia sengaja mengajak jenita mencari hiburan karena sudah pasti Jenita akan menolak.“Baiklah sayang, aku mau menikmati malam di sini ya, kapan lagi dapat ke
“Apa saja kerja kalian sampai membiarkan istriku terluka seperti huh?”Tadi saat Saskia menemui sang mama, Raja mendadak dapat telepon dari rumah sakit karena ada pasien yang harus segera dioperasi.Dan Raja kembali pulang setelah waktu menunjukan pukul 00.30 waktu setempat.Dia kaget saat masuk ke dalam kamar melihat kedua sudut bibir Saskia penuh luka lebam.Setelah mendengar penjelasan dari istrinya raja marah dan langsung mengumpulkan para pengawal dan sang kepala pelayan.“Ada apa itu ribut-ribut Ma?” tanya Arga pada istrinya.“Seperti suara Raja sedang marah Pa. Ayo kita lihat,” ajak Maria. mereka pun bergegas keluar dari dalam kamar menuju ke ruangan tengah karena melihat Raja sedang berdiri di depan para pengawalnya yang kini menunduk.“Maaf Tuan, Nona yang memaksa kami untuk keluar,” sahut salah satunya.“Bodoh kalian. Percuma kalian dibayar mahal melakukan ini saja tidak becus, kalau istri saya menyuruh kalian meminum racun apa akan kalian lakukan huh?”“Maaf Tuan,” sesal y
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu