"Si–siapa kalian?" tanya Seyla gugup."Harusnya kau sudah tahu siapa kami dan apa tujuan kami datang," ucap salah satunya."Kami tahu, Ayahmu sudah menjual tubuhmu pada suami kami."DegJantung Seyla berdetak kencang, kenapa dia merasa seperti barang yang bisa diperjualbelikan. "Sa–saya tak serendah itu Nyonya," sahutnya terbata.Hilang sudah Seyla yang dulu sombong dan selalu merasa paling berkuasa. Berganti Seyla yang tak bisa membela harga dirinya di depan orang lain. Hanya dalam sekejap semuanya berubah drastis."Kau memang rendahan. Jangan membantah saat kau bukan apa-apa lagi sekarang! Harusnya kau yang mati bukan para pekerja itu! Jujur kami tak ikhlas keluarga kami kelak memiliki darah penjahatmu! Kau manusia tak berguna!" desis istri pertama konglomerat itu."Ingat ya, kau harus buru-buru memberi keturunan pada suamiku! Lalu setelah anak itu lahir kau harus pergi dari kehidupan kami. Kau juga tak boleh menggoda suami kami kalau kau mau hidupmu panjang!" Kini giliran istri k
Setelah mengakhiri ritual panas bersama sang istri, Arga pun keluar terlebih dahulu dari dalam kamarnya.Sedangkan Maria masih berganti pakaian. Arga melihat sang anak sedang bersama Papanya di ruang keluarga. Pria itu pun mendekat, tampak Raja yang sudah mengenali sang Papa pun bergumam minta digendong oleh Arga, dan senyum Raja mengembang setelah sang papa mengambilnya dari pangkuan sang kakek."Papa sudah pulang? Arga kira Papa baru sampai ntar malam." ucapnya, setelah mengecup punggung tangan sang papa."Papa baru saja sampai langsung mandi terus, main deh sama Raja. Papa kangen banget sama Raja," ucapnya jujur."Raja juga kangen kakek," sahut Arga menirukan suara anak kecil. "Bagaimana perusahaan di Indonesia Pa? Apa semua berjalan dengan lancar?" tanya Arga lagi."Sangat lancar, bahkan respon di sana jauh lebih besar daripada dulu ketika Papa mulai membangun perusahaan di Jerman. Oh ya Arga, Papa rencananya mau menjual rumah kita yang satunya, lalu uangnya akan Papa pakai untuk
Saat ini Arga sudah berada di dalam pesawat. Dia menatap keluar jendela, seolah tak tega meninggalkan sang papa, anak dan istrinya di Jerman.Tapi musuhnya kali ini adalah Ningrum, mantan istri Tuan Askara yang hampir membuat Maria benar-benar gila. Anak buah Tuan Dewantara meyakini, wanita yang penuh dengan dendam itu bergabung dengan ketiga kakak lelakinya untuk menghancurkan Dewantara Corporation, setelah mereka berhasil keluar dari dalam penjara.Jelas-jelas Arga sudah mencari bukti keterlibatan keluarga itu membunuh kedua orang tua Maria, tapi entah kenapa mereka sudah keluar dari balik jeruji besi."Semoga penyamaran ku, tak akan pernah ketahuan. Aku akan bekerja dengan sangat hati-hati. Dan aku akan berjuang untuk meminta mereka mengembalikan apapun yang sudah dicuri nya," Arga membatin."Permisi Pak, ini makanan untuk anda," ucap seorang pramugari."Terima kasih," jawab Arga. Arga menggunakan pesawat komersial kelas bisnis. Karena dia merasa saat ini masih aman. Setidaknya a
Tak terasa dua minggu sudah Arga menyamar menjadi Dewa, tapi tak ada info apapun yang dia dapatkan.Arga sempat berpikir kalau kecurigaan anak buah sang papa tak terbukti.Saat ini, Arga masih duduk di dalam mobil sambil menunggu perintah selanjutnya.Lamunannya lenyap ketika mendengar ponselnya berdering. Satu pesan masuk dari Ningrum yang meminta Arga untuk menuju ke dalam ruangan Bosnya.Tok tok tok"Masuk," ucap Ningrum."Permisi Bu. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Arga."Dewa ... tolong kaubawakan hadiah itu. Kau ikut saya setelah pulang kerja. Nanti akan akunberikan tambahan bonus untukmu!" Ningrum menunjuk sebuah kotak di pojok ruangannya.Arga mengangguk. "Baik, Bu." Ia berjalan ke arah yang ditunjuk Ningrum dan mengambil kotak itu."Apa ini isinya ya?" Arga membatin. Agak berat sih, tapi kalau cuma bawa ini saja Arga masih sanggup. Dan tepat pukul tiga sore Arga mengekori langkah Ningrum pulang lebih awal dan masuk ke mobil. Ia duduk di balik kemudi di bangus sebelahny
"Lakukan yang mau kalian lakukan. Aku tidak pernah takut dengan ancaman itu!" seru Ningrum penuh amarah.Hati Arga meradang. Ternyata benar mereka terlibat dalam kehancuran perusahaan yang dibangun sang papa. Arga merasa harus bertanggung jawab karena Papanya seperti ini karena balas dendam Ningrum atas apa yang pernah Arga lakukan pada wanita ini."Aku tak bisa mengeluarkan ponselku untuk merekam percakapan mereka. Kedepan aku harus lebih mempersiapkan diri lagi setidaknya ada bukti yang bisa ku dapat," ucap Arga di dalam hati."Dewa ayo kita kembali. Dan bawa lagi kotak itu," ucap Ningrum memberi perintah."Baik Bu," jawab Arga.Ningrum keluar dari unit apartemen itu dan Arga mengekor di belakangnya, demi apapun Arga ingin segera kembali ke kontrakannya, ia harus menghubungi Nando untuk bisa segera meminta orang-orang kepercayaannya yang ada di Indonesia segera mencari informasi dari pria yang tadi ia temui di apartemen itu.Komunikasi Arga hanya dengan Nando, dia tidak mau berkomun
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Cepat sekali wanita itu membunuhnya. Aku bersumpah akan menghancurkan mereka semua," ucap Arga kesal.Dia memukul lantai di dalam kamarnya berkali-kali semuanya begitu cepat terjadi, hampir saja semua terungkap dan sekarang dia harus kembali berusaha untuk mengumpulkan buktinya."Tunggu saja pembalasanku. Kalian semua tak akan pernah aku ampuni!" desisnya.****Di kediaman Ningrum saat ini dia sedang bersiap untuk datang ke sebuah acara makan malam. Ningrum diundang oleh salah satu klien bisnisnya, dan malam ini dia datang bersama sang kakak.Selama berpisah dengan tuan Askara dan sudah sah menjadi janda, Ningrum sampai detik ini belum melabuhkan hatinya pada pria lain ataupun menjalin komitmen dengan seorang pria.Dia lebih fokus pada rencananya untuk menghancurkan Dewantara Corporation, dan juga perusahaan mantan suaminya.Mereka yang sudah membuat Ningrum mendekam dibalik jeruji besi dan dia pernah kehilangan harta bendanya, namun beruntung san
Esok harinya, Arga sudah berada di kediaman Ningrum. Dia datang sesuai permintaan wanita itu. Yang Arga lakukan tentu membersihkan mobil sambil menyalakan agar mesin mobil panas.Setelah tiga puluh menit Arga pun membawa mobil itu dari basement ke halaman depan rumah Ningrum. Di sana Arga berbincang dengan petugas keamanan yang tampak sangat ramah.Namun fokusnya teralihkan sama pria muda yang lalu lalang di depan mereka."Siapa pria itu Pak? Apa keluarga Bu Ningrum?" tanya Arga."Tidak Dewa. Dia bukan keluarganya Bos. Tapi asisten pribadi yang menyiapkan semua kebutuhan Bos," ucap petugas keamanan itu, sedikit berbisik.Arga mengangguk, usianya tampak muda sekali, jauh bila dibanding dengannya apalagi dengan Ningrum."Kata pelayan di sini, dia budak nafsu Bos," imbuh sang petugas keamanan.Sontak Arga kaget bukan kepalang. "Budak nafsu?" Arga membeo.PlakSang petugas keamanan memukul lengan Arga kencang, karena suara Arga bisa membahayakan mereka bila didengar oleh Ningrum."Kau in
Setelah tiba di kantor, Arga menghentikan mobilnya di depan lobby. Ningrum dan orang itu turun. Arga sama sekali tak mendengar percakapan penting dari mereka."Dewa, kau boleh istirahat. Nanti jam makan siang kami baru akan pergi. Sebelum itu aku akan menghubungimu," ucap Ningrum."Baik Bu," jawab Arga.Ningrum dan orang kepercayaan Dewantara Corporation itu pun masuk ke dalam perusahaan menuju ruangan Ningrum, membuat Arga semakin gelisah."Aku yakin 1000 persen dia dalang di balik semua kekacauan di kantor Papa," Arga membatin.Dalam keadaan bekerja seperti ini dia tidak mungkin mengambil bukti dari apa yang dia lihat. Arga tidak ingin Ningrum buru-buru mengetahui siapa jati diri sang sopir sebenarnya.Dia tidak akan memberi maaf pada sang wakil direktur, bila terbukti dugaannya benar.Sedangkan di dalam ruangan Ningrum, wanita itu terlibat pembicaraan serius dengan wakil direktur Dewantara Corporation bernama Juna.Hanya satu jam berada di ruang kerja Ningrum, kini Ningrum menganta
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu