Esok harinya, Arga sudah berada di kediaman Ningrum. Dia datang sesuai permintaan wanita itu. Yang Arga lakukan tentu membersihkan mobil sambil menyalakan agar mesin mobil panas.Setelah tiga puluh menit Arga pun membawa mobil itu dari basement ke halaman depan rumah Ningrum. Di sana Arga berbincang dengan petugas keamanan yang tampak sangat ramah.Namun fokusnya teralihkan sama pria muda yang lalu lalang di depan mereka."Siapa pria itu Pak? Apa keluarga Bu Ningrum?" tanya Arga."Tidak Dewa. Dia bukan keluarganya Bos. Tapi asisten pribadi yang menyiapkan semua kebutuhan Bos," ucap petugas keamanan itu, sedikit berbisik.Arga mengangguk, usianya tampak muda sekali, jauh bila dibanding dengannya apalagi dengan Ningrum."Kata pelayan di sini, dia budak nafsu Bos," imbuh sang petugas keamanan.Sontak Arga kaget bukan kepalang. "Budak nafsu?" Arga membeo.PlakSang petugas keamanan memukul lengan Arga kencang, karena suara Arga bisa membahayakan mereka bila didengar oleh Ningrum."Kau in
Setelah tiba di kantor, Arga menghentikan mobilnya di depan lobby. Ningrum dan orang itu turun. Arga sama sekali tak mendengar percakapan penting dari mereka."Dewa, kau boleh istirahat. Nanti jam makan siang kami baru akan pergi. Sebelum itu aku akan menghubungimu," ucap Ningrum."Baik Bu," jawab Arga.Ningrum dan orang kepercayaan Dewantara Corporation itu pun masuk ke dalam perusahaan menuju ruangan Ningrum, membuat Arga semakin gelisah."Aku yakin 1000 persen dia dalang di balik semua kekacauan di kantor Papa," Arga membatin.Dalam keadaan bekerja seperti ini dia tidak mungkin mengambil bukti dari apa yang dia lihat. Arga tidak ingin Ningrum buru-buru mengetahui siapa jati diri sang sopir sebenarnya.Dia tidak akan memberi maaf pada sang wakil direktur, bila terbukti dugaannya benar.Sedangkan di dalam ruangan Ningrum, wanita itu terlibat pembicaraan serius dengan wakil direktur Dewantara Corporation bernama Juna.Hanya satu jam berada di ruang kerja Ningrum, kini Ningrum menganta
Setelah melakukan tugasnya, Arga benar-benar kembali ke kontrakannya, ia menutup pintu kontrakan dengan rapat, lalu masuk ke dalam kamar yang kedap suara.Arga mengambil ponselnya untuk segera menghubungi Nando. Setelah tersambung, Arga menceritakan semua kecurigaannya terkait dengan Juna, orang yang sudah dipercaya oleh sang Papa menjadi wakil direktur perusahaan Dewantara Corporation cabang Indonesia.Arga bukan orang bodoh, dia tahu betul kalau antara Ningrum dan juga orang kepercayaan sang papa memiliki visi yang sama yaitu untuk menghancurkan Dewantara Corporation.Arga juga mengatakan tadi sudah mengantarkan wakil direktur itu ke kantornya dan sempat ia mendengar kalau sore ini sang wakil direktur diminta oleh Ningrum untuk bertemu seseorang.Setelahnya Arga yakin Nando tahu apa yang harus dia kerjakan."Aku benar-benar tidak akan melepaskannya karena dia sampai tega mengkhianati Papa seperti ini! Aku bersumpah akan membuktikan sama orang-orang itu kalau mereka tidak bisa main-m
Sedangkan di tempat berbeda, kini waktu semakin larut, tapi tak ada kabar apapun dari Juna. Keduanya sejak tadi tampak gelisah. Harusnya Juna sudah menghubunginya, tapi justru lama ditunggu Juna tak ada kabar apapun. Ningrum terus menghubungi Juna, tapi sia-sia."Bagaimana Juna? Kenapa dia tak berkabar? Membuat gelisah saja," tanyanya pada Wahyu pada Ningrum."Entahlah, ponselnya menyala tapi tak diangkatnya," jawab Ningrum."Tapi aku harus pergi. Nanti kau hubungi aku bila ada kabar dari Juna ya. Klien ini penting untuk kita membuat kita Dewantara Corp. makin terpuruk!" seru Wahyu."Kakak mau kemana sih?" tanya Ningrum pada kakak angkatnya."Aku harus membereskan Lina," jawabnya."Membereskan?" Ningrum membeo. "Dibunuh?" tanyanya lagi. Pria itu menggeleng."Aku akan memberinya peringatan tegas padanya agar tak sekalipun berani bersaing dengan Jelita, adikku!" seru Wahyu."Lina yang artis itu Kak? Yang adik sepupu Askara?" tanya Ningrum. Dia sudah mendengar kalau Jelita sering cekco
Lalu pria itu membuka ikatan tangan Lina dan juga membuka penutup mata wanita itu.Lina berkali-kali mengerjap untuk menetralkan penglihatannya, yang pertama kali dituju adalah jam yang menempel di dinding kamar hotel itu ternyata menunjukkan jam di mana nominasi itu akan dibacakan.Lina melupakan rasa perih di bagian intinya, wanita itu juga mengabaikan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Yang pertama kali Lina lakukan adalah, segera menyalakan televisi untuk melihat acara penghargaan yang sudah dia tunggu-tunggu."Semuanya telah hancur," ucap Lina putus asa. Matanya terus menatap ke layar televisi untuk mencari tahu sejauh mana pagelaran itu berlangsung.Sang aktris, melihat dengan jelas fotonya dan foto Jelita terpampang di layar besar tempat berlangsungnya pagelaran akbar itu.Banyak bisik-bisik dari para undangan yang hadir malam itu meyakini kalau Lina lah pemenangnya. Tak ada yang mengetahui kalau saat ini Lina sedang mengalami musibah terbesar dalam hidupnya, kesuciannya direnggu
Arga segera mengantarkan Lina dan Tuan Askara ke kantor polisi. Awalnya Lina menolak, tapi akhirnya gafis itu mau melakukan visum dan membuat laporan polisi. Arga yakin setelah ini Wahyu tak bisa selamat dari kejaran polisi. Anggaplah Arga sedikit diuntungkan atas nasib Naas yang menimpa Lina.*****Di sisi lain, kini meski sudah larut malam, Wahyu dan keluarganya tetap berkumpul di meja makan merayakan kemenangan Jelita yang mempu memenangkan Nominasi bergengsi di Negeri ini.Jelita sangat yakin karirnya akan semakin cemerlang setelah hari ini. Wahyu datang terlambat, karena dia tadi habis merenggut kesucian seoarang gadis muda yang katanya sudak menjual tubuhnya, namun nyatanya masih perawan."Kakak, dari mana saja sih Kau? Aku sudah lama menunggumu loh," ucap Jelita kesal saat melihat kakaknya berjalan mendekat ke ruang keluarga."Maaf Jelita, tadi ada urusan sebentar," ucapnya bohong. Karena tidak mungkin Wahyu mengatakan yang sebenarnya terjadi di hadapan kedua orang tuanya."
Esok harinya Arba sudah datang ke kediaman Ningrum. Dia melakukan tugasnya seperti biasa. Ningrum harusnya sudah mendengar kabar tentang Wahyu, dan panik karena Juna tak bisa dihubungi olehnya.Dua sosok pria tampan yang selama ini ada di belakang Ningrum dan membantu wanita itu menyelesaikan misinya untuk menghancurkan Dewantara Corporation."Aku mau tahu reaksinya hari ini setelah kekacauan yang terjadi dalam hidupnya dalam satu malam," gumam Arga di dalam hati.Tuk tuk tukSuara langkah kaki berjalan mendekat ke arahnya. Arga menoleh dan seketika membukakan pintu untuk Bosnya."Silahkan Bu," ucapnya.Tak ada jawaban dari Ningrum. Wajahnya pagi ini sangat berantakan. Dan wanita itu tak bisa berjuang sendiri menuntaskan misinya yang tinggal selangkah lagi."Kita langsung ke kantor Bu?" tanya Arga."Antarkan saya ke kantor polisi dulu Dewa," ucapnya."Baik Bu," jawab Arga.Arga melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menjauhi kediaman Ningrum dan menuju ke kantor polisi."Sebentar
Tuan Askara menuju ke rumah sakit, beliau harus segera mengetahui kondisi tubuhnya yang sebenarnya, kemungkinan dosis yang diberikan oleh dokter tidak cocok dengan fisiknya yang sudah semakin menua, setidaknya pikiran positif itu yang ada dalam hati Tuan Askara.Setelah menempuh perjalanan 30 menit, Tuan Askara pun tiba di ruangan dokter pribadinya, beliau langsung masuk ke ruangan tersebut karena sebelumnya sudah janjian dengan sang dokter."Selamat pagi Tuan. Silahkan duduk tuan," sapa dokter pada Tuan Askara."Terima kasih dokter." ucapnya, lalu duduk di depan meja kerja dokter tersebut."Bisa saya lihat obat yang tidak cocok dengan kondisi anda Tuan?" tanya dokter.Tuan Askara pun mengeluarkan obatnya lalu memperlihatkan pada dokter.Dokter tersebut kaget ketika melihat jenis obat yang diminum oleh Tuan Askara justru bisa memicu penyakit yang dideritanya semakin parah."Tuan. Saya tidak pernah memberikan Anda resep obat ini. Ini justru akan membuat kondisi Anda semakin parah, bahk
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu