Setelah seharian melakukan meeting bersama tim terkait, kini tepat pukul 01.30 waktu Indonesia bagian barat Arga baru saja tiba di kediamannya.Satu minggu belakangan ini Arga lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, bahkan tak jarang ia sudah berangkat ke kantor sang anak belum bangun tidur atau sebaliknya, ketika dia tiba di kediamannya justru Raja sudah terlelap. Arga berjanji pada anak dan istrinya kalau ia akan segera menyelesaikan semua urusannya, setelah itu akan menghabiskan banyak waktu untuk mereka pergi liburan bersama.Beruntung sekali Arga memiliki istri yang sangat pengertian dan tidak pernah menuntut apapun darinya termasuk waktu.Maria sangat paham dan percaya terhadap suaminya, kalau sang suami di luar sana menghabiskan sekian waktunya memang untuk bekerja demi masa depan mereka."Aku kangen sekali sama Raja, sudah lama rasanya aku tidak pernah bermain dengannya," ucapnya membatin.Pria itu langkahnya semakin dipercepat agar segera bisa tiba di kamarnya, dia
"Wah ada tante yang disangka nenek-nenek oleh karyawanku!" ledek Arga."Tutup mulutmu!" seru Yunita murka. Wanita tua itu kini berdiri di depan meja kerja Arga di dampingi oleh Bagas. Arga masih ingat siapa pria ini."Jadi setelah selingkuhanmu masuk penjara kau memilih nenek-nenek ini?" tanya Arga penuh ejekan."Jaga bicara anda Tuan," jawab Bagas.Arga bertepuk tangan pelan lalu bangun dari duduknya, "mau aku buktikan kalau kalian ada main dibelakang Ningrum? Atau mau aku beritahu Ningrum?" tantang Arga."Kau pikir Ningrum akan percaya pada mulut busukmu huh!" sentak Yunita. Dia tak peduli kalau suami sang keponakan sekarang sudah menjadi miliarder.Dan kalau bukan desakan dari Ningrum dan pengacaranya, tak mungkin Yunita mau menginjakan kakinya di tempat ini. "Mau aku buktikan?" tanya Arga. Wanita ini kembali diam."Dengar ya brengsek! Kau harus segera mengeluarkan Ningrum dari balik jeruji besi, kalau tidak aku akan membalas perbuatanmu ini dengan menyakiti Maria dan anakmu!" anc
"Kenapa Papa baru ceritakan ini padaku?" tanya Maria."Maafkan Papa sayang, Papa hanya tak ingin membuatmu khawatir sayang, terlebih kondisi Lina semakin memburuk. Papa nggak ingin Mama memberitahu Kak Askara yang malah membuatnya tersulut emosi," sahut Arga menjelaskan. Saat ini Lina sedang sakit keras, ginjalnya bermasalah akibat obat-obatan yang selalu dikonsumsinya sejak kecil, bahkan semenjak dia menjadi artis dia menambah lagi dosis obat-obatannya itu.Sehingga sekarang dokter memberi dua pilihan anak atau Ibu yang diselamatkan! Arga tidak ingin menambah beban kakak iparnya bila mengetahui kalau tantenya sendiri datang ke kantor Arga dan mengancamnya akan menyakiti Raja dan Maria, apabila dia tak mau mengeluarkan Ningrum dari sel tahanan."Jahat sekali wanita tua itu. Dia bahkan tega memilih orang yang bukan keluarganya sendiri. Kaka Arkara pasti marah banget," jawab Maria jujur."Makanya Ma, jangan sampai kita bebani kak Askara dengan masalah sepele ini. Dia sangat terpukul d
Maria, sang suami dan anaknya tiba di kediaman Tuan Askara, sang kakak dengan wajah lesu menyambut ketiganya.Tapi saat ini Raja masih tidur dalam gendongan sang Papa. Mereka pun duduk di ruang tamu. Maria menyapa kedua orang tua Lina, begitupun dengan Arga."Bagaimana keadaan Lina Kak?" tanya Maria."Belum ada perubahan. Sepertinya dia benar-benar salah paham atas permintaanku, padahal aku hanya tak ingin dia kenapa-napa karena pilihannya memang sangat berat," ucap Tuan Askara lirih."Mungkin dia tersinggung merasa kakak tidak menerima kehadiran calon anaknya. Andaikan anak itu anak kandung Kakak, kemungkinan Lina tak semarah ini, tapi secara umum sebagai seorang ibu dia pasti akan mengorbankan apapun demi anak yang dikandungnya," ungkap Maria jujur yang disetujui oleh kedua orang tua Lina."Sekarang sebaiknya Kakak sabar saja, kita butuh orang bisa berbicara dengan Lina dari hati ke hati, tak bisa terburu-buru," Arga ikut menimpali perbincangan saat itu.Dia tahu bagaimana beratnya
"Situasinya sangat tidak enak, kasihan mereka berdua. Semoga Tuhan memberi keajaiban," ucap Maria di dalam hati.Dia melihat kalau sang kakak dan Lina saat ini sedang menangis. Tapi tak ada yang bisa dia lakukan untuk membuat kakaknya menjadi lebih baik lagi."Mama, Papa," panggil Raja."Sayang, sudah bangun?" tanya Maria dan Arga kompak. Raja mengangguk berjalan mendekati meja makan. Dia duduk di atas pangkuan sang papa, karena di sini tak ada tempat duduk untuknya."Paman lupa belikan satu kursi kecil untuk Raja. Maaf ya," sesal Tuan Askara menyadari keteledorannya mengingkari janji pada sang keponakan."Paman sudah tua, suka pikun," sahut Raja membuat Tuan Askara tertawa. Tawa itu menular kepada Lina."Ayo Raja, kita makan. Apa mau Aunty yang suapin Raja?" Lina memberi tawaran pada sang keponakan yang super aktif."Terima kasih Aunty. Raja disuapin Mama saja," tolaknya sopan.Mereka pun melanjutkan makan malam, Maria menyuapi sang anak meskipun Raja tidak makan banyak, tapi setidak
Tok tok tok"Masuk," ucap Lina.Maria masuk lebih jauh menemui iparnya yang kini memilih duduk di atas sofa."Aku mau pamit dulu ya Lina, kau jaga kesehatan. Aku yakin semua akan terlewati dengan baik."Maria memeluk Lina, mereka kembali menangis."Terima kasih ya kak. Lina beruntung mendapat support dan doa baik dari banyak orang," jawabnya."Sama-sama. Kakak akan sering-sering datang ke sini menemuimu," janji Maria yang dibalas anggulan oleh sang ipar.Arga dan Maria pun kembali pulang ke rumahnya. Raja sudah kembali terlelap dalam dekapan sang papa membuat kedua orang tuanya khawatir akan kondisi sang anak.****Tuan Askara selama ini sangat sabar merawat istrinya di sela-sela kesibukan kantornya. Butik milik Lina pun diambil alih olehnya hanya karena dia tak ingin sang istri kelelahan. Akan tetapi namanya wanita hamil akan selalu punya alasan untuk tersinggung bila hormon ibu hamil mengambil alih semuanyaLina yang telah bangun dari tidurnya langsung saja membersihkan tubuhnya s
"Ya Tuhan, berikan jalan terbaikMu untuk kami," ucap Maria di dalam hati.Arga mendekati sang istri, dia khawatir Maria kepikiran hingga membawa dampak buruk pada janinnya. "Semua akan baik-baik saja sayang. Percayalah, ujian Tuhan tak melebihi kemampuan umatnya," ucap sang suami."Tapi bagaimana kalau kenapa-napa Pa?" tanya Maria."Berprasangka baiklah sayang. Jangan sampai jangan berpikir buruk pada kuasa Tuhan." Maria mengangguk lemah.Lalu dar kejauhan tampak Tuan Askara datang dengan tergesa-gesa mendekati keluarganya. Wajahnya lesu dan penuh kekhawatiran."Bagaimana? Apa yang terjadi dengan Lina, Ma?" tanya Tuan Askara sangat khawatir karena istrinya sejak awal memang mengkhawatirkan."Dia masih ditangani di dalam sana. Kau sabarlah dulu karena kita semua tak mengetahui apapun sekarang," ucap sang papa mertua yang lebih dulu datang.Tuan Askara memilih berdiri dan bersandar di tiang penyangga di lorong rumah sakit itu. Sungguh bayang-bayang buruk sedang berkeliaran di benaknya
"Pa, apa tidak sebaiknya kau ke kantor saja. Biarkan Mama di sini dulu, nanti biar sopir yang menjemput Mama," ucap Maria.Maria tahu sang suami akhir-akhir ini sangat sibuk di kantor, dia tak ingin menghalangi kesibukan sang suami toh semuanya harus melewati proses karena Lina tidak bisa sembuh dalam sekejap meskipun suaminya ikut menemani Maria di rumah sakit.Setidaknya benaknya berpikir demikian. Tapi siapa sangka Arga justru menolak, dia ingin menemani sang istri dan selalu berada di samping istrinya ketika Maria membutuhkan dukungannya.Sebab Arga tahu yang saat ini bermasalah adalah Tuan Askara dan juga Lina, tapi bagi Maria kedua orang itu adalah kebahagiaannya dan dia pasti akan sangat bersedih bila terjadi hal buruk pada dua orang itu.Dan Arga pun demikian, dia akan menjadi orang yang paling bodoh di dunia apabila lebih mementingkan pekerjaan daripada memberi dukungan pada sang istri dan juga kedua iparnya tersebut.Dokter yang telah mengangkat janin Lina segera menemui kel
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu