Tok tok tok"Masuk," ucap Lina.Maria masuk lebih jauh menemui iparnya yang kini memilih duduk di atas sofa."Aku mau pamit dulu ya Lina, kau jaga kesehatan. Aku yakin semua akan terlewati dengan baik."Maria memeluk Lina, mereka kembali menangis."Terima kasih ya kak. Lina beruntung mendapat support dan doa baik dari banyak orang," jawabnya."Sama-sama. Kakak akan sering-sering datang ke sini menemuimu," janji Maria yang dibalas anggulan oleh sang ipar.Arga dan Maria pun kembali pulang ke rumahnya. Raja sudah kembali terlelap dalam dekapan sang papa membuat kedua orang tuanya khawatir akan kondisi sang anak.****Tuan Askara selama ini sangat sabar merawat istrinya di sela-sela kesibukan kantornya. Butik milik Lina pun diambil alih olehnya hanya karena dia tak ingin sang istri kelelahan. Akan tetapi namanya wanita hamil akan selalu punya alasan untuk tersinggung bila hormon ibu hamil mengambil alih semuanyaLina yang telah bangun dari tidurnya langsung saja membersihkan tubuhnya s
"Ya Tuhan, berikan jalan terbaikMu untuk kami," ucap Maria di dalam hati.Arga mendekati sang istri, dia khawatir Maria kepikiran hingga membawa dampak buruk pada janinnya. "Semua akan baik-baik saja sayang. Percayalah, ujian Tuhan tak melebihi kemampuan umatnya," ucap sang suami."Tapi bagaimana kalau kenapa-napa Pa?" tanya Maria."Berprasangka baiklah sayang. Jangan sampai jangan berpikir buruk pada kuasa Tuhan." Maria mengangguk lemah.Lalu dar kejauhan tampak Tuan Askara datang dengan tergesa-gesa mendekati keluarganya. Wajahnya lesu dan penuh kekhawatiran."Bagaimana? Apa yang terjadi dengan Lina, Ma?" tanya Tuan Askara sangat khawatir karena istrinya sejak awal memang mengkhawatirkan."Dia masih ditangani di dalam sana. Kau sabarlah dulu karena kita semua tak mengetahui apapun sekarang," ucap sang papa mertua yang lebih dulu datang.Tuan Askara memilih berdiri dan bersandar di tiang penyangga di lorong rumah sakit itu. Sungguh bayang-bayang buruk sedang berkeliaran di benaknya
"Pa, apa tidak sebaiknya kau ke kantor saja. Biarkan Mama di sini dulu, nanti biar sopir yang menjemput Mama," ucap Maria.Maria tahu sang suami akhir-akhir ini sangat sibuk di kantor, dia tak ingin menghalangi kesibukan sang suami toh semuanya harus melewati proses karena Lina tidak bisa sembuh dalam sekejap meskipun suaminya ikut menemani Maria di rumah sakit.Setidaknya benaknya berpikir demikian. Tapi siapa sangka Arga justru menolak, dia ingin menemani sang istri dan selalu berada di samping istrinya ketika Maria membutuhkan dukungannya.Sebab Arga tahu yang saat ini bermasalah adalah Tuan Askara dan juga Lina, tapi bagi Maria kedua orang itu adalah kebahagiaannya dan dia pasti akan sangat bersedih bila terjadi hal buruk pada dua orang itu.Dan Arga pun demikian, dia akan menjadi orang yang paling bodoh di dunia apabila lebih mementingkan pekerjaan daripada memberi dukungan pada sang istri dan juga kedua iparnya tersebut.Dokter yang telah mengangkat janin Lina segera menemui kel
Dua hari berlalu tapi kondisi Tuan Askara dan dan Lina blm baik-baik saja. Arga dan Maria berkali-kali pergi ke rumah sakit, bahkan tadi pagi mereka kembali lagi karena Tuan Askara kritis. Hati adik mana yang tak hancur melihat sang kakak sedang berjuang di ruang ICU."Mama, hiks hiks," Raja menangis saat melihat sang mama pulang dari rumah sakit malah menangis sesenggukan. Raja baru saja bangun dari tidur siangnya. Dia sangat merindukan Mama dan Papanya. Tadi pagi mau ikut ke rumah sakit tapi tak diizinkan oleh sang papa.Dan kini saat sang mama pulang malah menangis di dalam kamarnya."Sayang, jangan menangis. Mama tidak apa-apa kok," jawab Maria. Dia langsung menegakkan tubuhnya agar sang anak tak menangis lagi. Maria pun tak kuasa melihat Raja terisak."Tapi kenapa Mama menangis? Kenapa Mama sering lama perginya ninggalin Raja sendirian, kalau Raja diculik gimana?" tanyanya.Maria mencubit pipi sang anak, karena sudah berbicara sembarangan. Tak akan ada yang berani berurusan den
Sang mama yang diberi tugas mengalihkan pikiran anaknya memberikan banyak cerita yang ia lakukan selama di kampung beberapa bulan ini. Wanita paruh baya itu seperti mendongeng untuk putrinya kecilnya, bahkan Lina yang tak pernah di dongengkan sekali sangat antusias karena cerita sang mama sangat bagus. Wanita paruh baya yang sudah melahirkan Lina menceritakan jika di kampung sejak Lina menikah, dia mengurus sendirian dan menjaga warung kelontong yang didirikan suaminya untuk mengurangi rasa bosannya karena Lina berada di Jakarta. Ia tinggal Surabaya semata untuk menemani suaminya dalam bertugas. Sebab tugas seorang istri adalah mengikuti setiap langkah kaki suaminya."Mama apa sejak kecil memang sudah pandai memasak? Seluruh masakan Mama sangat lezat terutama kepiting saus tiram," ucap Lina sangat sendu karena mengingat sering sekali menginginkan makanan itu di saat-saat tertentu.Sang mama mendengar ucapan sang anak segera mengelus kepala Lina. Ia tersenyum hangat karena paham saa
"Kita hanya menunggu Tuan Askara sadar, operasi ini membuat komplikasi di seluruh tubuhnya dan rencananya sampai malam nanti kita semua menunggu sadarnya. Jika tak sadar juga maka dokter ahli akan kembali melakukan observasi lanjutan," jawab dokter pribadi sekaligus sahabat Tuan Askara.Beliau menghela nafasnya karena kejadian seperti ini sering terjadi jika pendonor terlalu memaksakan diri.Sang sahabat terlalu memaksa mendonorkan ginjalnya walau pikirannya yang sangat kacau. Beban pikiran itulah yang menghambat pemulihan seorang pasien."Saya mohon, tolong selamatkan menantu saya dokter," ucap sang papa mertua memohon kepada sahabat menantunya."Kami akan berusaha semampuku, Pak. Tenang saja kami melakukan tindakan yang terbaik untuk kesembuhan pasien. Dia juga memiliki semangat sembuh karena Lina," jawab sang dokter menenangkan kedua mertua sahabatnya itu.Kedua orang tua Lina menghela nafasnya karena ucapan dokter kali ini mengingatkannya dengan keinginan sang anak untuk bercerai
Arga yang panik langsung merengkuh tubuh sang istri dan membawanya ke IGD.Sebab akhir-akhir ini emosi Maria tidak stabil, bahkan dalam kondisi sedang hamil anak kedua mereka, harusnya Maria tidak stres seperti sekarang, tapi Arga tidak bisa menyalahkan itu.Biar bagaimanapun Tuan Askara adalah satu-satunya saudara kandung dari sang istri, dirinya tidak mungkin bisa melarang Maria untuk tidak melibatkan diri dalam masalah klik yang dialami Tuan Askara.Demi apapun Arga juga sangat sedih melihat rumah tangga sang kakak ipar yang sudah berada di ujung tanduk.Arga tahu ucapan Lina yang mengatakan suaminya sendiri sebagai pembunuh adalah kata-kata yang paling menyakitkan, tidak hanya menyakiti kakak iparnya tapi juga Maria.Maria tak menyangka Lina bisa setega itu mengeluarkan ucapan, bahkan setiap kali Arga pergi ke kantor dia selalu mendapat laporan dari sang anak kalau sangmama selalu menangis sepanjang hari di rumah.Pantas saja setiap kali Arga tiba di kediamannya, mata sang istri s
"Di mana Maria?" tanya Tuan Askara pada dokter yang merupakan sahabatnya, saat ini dokter tersebut kembali mengunjungi Tuan Askara ke ruang pasien, tapi tiba-tiba beliau mengingat sang adik."Maria sedang dirawat di rumah sakit ini, detak jantung bayinya sangat lemah. Dia sangat kepikiran atas semua masalah yang menimpamu, terlebih dia tak sanggup bila sampai kau pergi meninggalkannya seorang diri di dunia ini," ucap sang sahabat jujur.Tuan Askara kembali meneteskan air mata, ia melukai sang adik yang begitu dia cintai.Begitu juga dengan Lina, ia meminta segera diantarkan ke kamar Maria karena biar bagaimanapun dia mengingat betul Maria jatuh pingsan setelah mengucapkan kalimat yang berhasil membuka mata hati Lina.Dokter pun mengizinkan Tuan Askara dan Lina pergi berkunjung ke ruang rawat inap Maria, mereka menggunakan kursi roda karena kondisinya belum pulih sama sekali.Terlebih Tuan Askara yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Setelah tiba di ruang rawat inap Maria, y
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu