Setelah pergumulan panas yang mereka lakukan, Arga menemukan hal itu membuat Maria justru baik-baik saja.Pria tampan itu pun semakin yakin dengan ucapan dokter yang mengatakan, berhubungan badan salah satu terapi ampuh untuk membuat Maria merasa tak pernah sendiri.Mungkin dengan melakukan hubungan intim dan memiliki anak, Maria bisa menghilangkan trauma dalam dirinya.Maka dari itu, Arga akan membuat sang istri melupakan rasa sakit itu. Hanya saja, dia semakin membenci dua wanita laknat yang sudah membuat istrinya seperti ini.Andai Arga tidak ketemu dengan Maria? Andai kesepakatan itu tidak terjadi? Kemungkinan mereka akan membuat Maria benar-benar gila.Bahkan, dengan tega keduanya menyebar isu kalau Maria mengalami gangguan mental, hingga membuat Maria merasa tidak pantas bergaul dengan orang-orang sekitar.Tangan Arga mengepal. Dalam hati, ia berjanji akan membalas semuanya tanpa ampun. 'Mungkin, inilah mengapa Tuhan mengizinkan aku mengetahui ayah kandungku baru-baru ini,' b
Esok harinya Maria dan Arga diminta untuk menghadiri undangan makan malam dari Dandi, di sebuah restoran mewah yang ada di Jerman.Tentu mereka akan datang menghadiri acara tersebut, bukan karena menghormati dan Yuna, tapi Arga dan Maria datang karena menghormati sang papa.Saat ini Maria sudah mulai bersolek, dia menolak dicarikan make up artis profesional oleh sang suami, karena bagi Maria undangan makan malam ini adalah undangan makan malam biasa.Dan Maria masih ingat betul bagaimana cara bermake up yang baik.Sembari menunggu suaminya pulang kantor Maria sudah mulai berada di depan cermin.Setengah rambut panjangnya diikat ke atas, namun tampak sangat elegan.Mungkin nanti kalau Arga melihat akan sedikit kaget dan terpana melihat penampilan Maria.Saat ini make up yang Maria oleskan di wajahnya sangat minimalis dan natural, namun entah kenapa Maria melihat dirinya seperti bukan Maria yang dulu.Seperti ada aura lain yang tampak jelas di depan cermin. Maria tersenyum, dia puas den
Arga dan Maria pun tiba di lokasi yang sudah ditentukan, mereka disambut oleh manajer restoran, lalu diarahkan menuju private room yang sudah di reservasi sebelumnya oleh Dandi dan juga sang mama.Melihat kedatangan Maria dan juga Arga tentu saja Dandi dan sang Mama sedikit kaget dengan penampilan Maria kali ini.Mereka seperti melihat wanita normal pada umumnya, sebab selama Maria tinggal di rumah Dewantara, wanita ini belum pernah sama sekali bertegur sapa dengan Yuna dan juga Dandi.Sehingga mereka berpikir kalau Maria bukanlah seseorang yang mudah bergaul dengan orang lain."Wah tamu yang ditunggu sudah datang," ucap Dandi yang sok ramah menyambut kedatangan Arga dan Maria."Semoga saja kami belum terlambat," jawab Arga.Lalu ia pun menyambut uluran tangan Dandi dan juga ibu tiri Arga.Begitu juga dengan Maria. Arga dan Maria juga menyapa pria paruh baya yang sangat menyayangi keduanya.Maria duduk diantara Arga dan sang papa, itupun atas arahan Tuan Dewantara.Dan saat itu tampa
"Aku menginginkanmu!" bisik Arga dengan suara parau setelah mereka tiba di rumah.Meski terkejut, Maria hanya bisa pasrah terkait apapun yang akan dilakukan sang suami tampan terhadap tubuhnya.Arga melumat bibir ranum sang istri begitu dalam memberi gigitan kecil lalu melesakkan lidahnya ke dalam rongga mulut istrinya tersebut.Kaku, Arga yakin kalau sang istri mungkin masih belum terbiasa.Tapi, tak apa. Lama-kelamaan, Maria pasti bisa mengikuti permainan Arga.Memikirkan itu, membuat Arga tersenyum bahagia.Kini, ia tidak perlu lagi bermain solo untuk menyalurkan hasratnya. Sekarang, sudah ada istri yang benar-benar mampu membuatnya puas di atas ranjang.Di sisi lain, Maria sebenarnya begitu malu ketika sang suami sudah berhasil menanggalkan satu per satu pakaian miliknya. Apalagi, ketika sang suami menggendong tubuh polos itu dan merebahkannya di atas ranjang.Rasanya, Maria ingin lari ketika menyadari dadanya terekspos dan ditatap sang suami dengan berbinar."Jangan..." lirih
Tiga bulan berikutnya Arga mulai memperlihatkan taringnya sebagai pimpinan perusahaan besar.Pagi ini kecurigaannya telah terbukti, bahwa orang kepercayaan di kantor ini telah berkhianat.Tak butuh waktu lama untuk Arga membuktikan hal itu. Darah pengusaha sukses mengalir dalam tubuhnya.Hingga akhirnya siang ini, Arga mendatangkan polisi ke kantornya. Nando dan Thalia ikut andil dalam menguak kejahatan kejahatan di kantor ini. Dan Arga pun sudah membahas masalah ini dengan sang papa.Tentu saja Tuan Gavin sangat bangga dengan kinerja Arga yang maju pesat. Beliau juga mendukung penuh semua langkah yang diambil sang anak semata wayang."Selamat siang, maaf mengganggu waktunya kami dari kepolisian sedang menjalankan tugas," ucap pemimpin polisi itu sangat tegas."Selamat siang, Pak. Selamat datang di kantor Dewantara Corporation, saya Arga yang tadi mengabari anda jika di kantor ini tengah ada masalah," jawab Arga sangat sopan."Baik, Tuan Muda saya Nicolas yang bertugas memimpin penang
Setelah kepergian polisi yang membawa kepala divisi keuangan dari kantor Dewantara Corporation, kini Arga pun kembali masuk ke dalam gedung pencakar langit tersebut dan menuju ke dalam ruangannya.Pria itu sedikit kaget ketika membuka pintu ternyata sang Papa sudah berada di dalam ruangannya."Pa…," sapa Arga. Arga pun memberi salam pada sang papa, lalu duduk di sofa persis di samping sang papa."Bagaimana urusanmu tadi nak?" tanyanya. Ternyata ketika Arga menuju ke ruangan Kepala Divisi keuangan, sang Papa sudah tiba di kantor dan lebih memilih masuk ke dalam ruangan Arga, beliau menunggu sang anak di ruangan tersebut."Semua bukti sudah jelas kok Pa. Tapi Arga takut kalau Dandi terlibat di dalamnya," sahut Arga.Tuan Dewantara memijat kepalanya yang mendadak pusing. Arga sebetulnya sedikit aku takut untuk menyebut nama Dandi di depan sang papa.Dia menjaga perasaan sang papa, biar bagaimanapun Dandi adalah anak tiri dari sang papa."Bisa-bisanya Papa tak menyadari hal ini, Papa me
Sore harinya ketika jam pulang kantor tiba, Arga pun pulang ingin mengendarai mobilnya sendiri, ia pulang sedikit terlambat hari ini, namun Arga meminta sang supir untuk pulang mendahului mengendarai mobil kantor yang lain.Sedangkan dirinya akan pulang mengendarai mobil yang biasa ia gunakan sendiri.Tapi tiba-tiba ketika melewati jalur yang agak sepi, mobilnya sedikit oleng dan hampir menabrak pembatas jalan.Arga pun turun untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan mobilnya."Sial, ban mobilnya bocor," umpat Arga setelah mengetahui masalah yang membuat mobilnya oleng. Arga pun membuka jas yang ia gunakan, lalu melinting kemeja kerjanya.Dia mulai mengambil peralatan untuk mengganti ban yang bocor. Arga melakukannya dengan sangat baik sampai akhirnya ban tersebut berhasil diganti dan ia harus segera pulang."Selesai, untung aku pernah jadi sopir andalan. Urusan ganti Ban mobil bukan hal yang sulit untuk dilakukan," ucapnya bangga. Baru saja Arga menaruh alat-alatnya, la
"Arga kau kenapa?" tanya Maria panik, saat melihat sang suami babak belur."Tidak apa kok, diobati saja hilang," jawab Arga."Aku obati dulu ya," ucap Maria.Maria pun dengan telaten mengobati luka di wajah Arga. Setelah selesai Maria pin berkata, "sebaiknya kita tunda dulu rencana makan malam kita ya, sampai kau sehat kembali.""Aku tidak apa-apa Maria. Ayo kita bersiap, jangan sampai rencana makan malam kita gagal," ucap Arga."Tapi kau saat ini sedang terluka," kata Maria."Aku tidak apa-apa. Ayo bersiap," ujarnya. Mereka pun segera bersiap untuk makan malam bersama.****RestoranMalam harinya Arga pun mengajak Maria untuk keluar makan malam.Dia mempersiapkan kejutan untuk sang istri, demi apapun Arga hanya ingin melihat istrinya bahagia, mungkin selama ini Maria merasa dirinya tak pernah berharga ketika masih berada di lingkungan keluarga Askara.Akan tetapi Arga akan membuat sang istri merasa menjadi wanita paling berharga dalam hidupnya.Setelah tiba di restoran, Maria masih ter
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu