Esok harinya saat sang suami sudah berangkat ke kantor kini Maria dan Raja sedang berbincang di taman belakang rumahnya."Ma, apa adiknya Raja sudah bangun?" tanya Raja polos.Maria tersenyum, "belum kakak Raja, masih dingin," jawab sang mama membuat Raja terkekeh mendengar suara Mamanya."Mama kayak bayi," sahut Raja. "Ma kalau adik bayi sudah lahir nanti cewek apa cowok? Raja mau punya adik cowok Ma," ucapnya merajuk."Belum tahu dong sayang. Kan adik bayinya masih kecil, sabar ya nanti biar jadi kejutan. Mau cewek atau cowok sama saja kan," bujuk Maria."Tapi Raja cuma mau adik cowok Ma," balasnya lagi sambil mencebik. Raja ingin punya teman bermain seperti orang kebanyakan di luar sana.Maria memberi usapan lembut di rambut sang anak. "Kita hanya perlu berdoa agar adik lahir dalam keadaan sehat ya sayang." dengan sangat terpaksa Raja mengangguk.Sedangkan di tempat berbeda Arga sedang sibuk mempersiapkan pesta kejutan sekaligus syukuran yang bertepatan dengan launchingnya produk b
Ternyata apa yang diharapkan tidak sesuai dengan yang dinantikan, produk milik Dewantara Corporation belum bisa diluncurkan dalam waktu dekat, akibat terhalang izin produk, jadi produk itu baru boleh diluncurkan sekitar 4 bulan ke depan.Sehingga pesta kejutan untuk Raja dan Maria pun terpaksa ditunda, anniversary yang mereka lewati hanya sekedar tiup lilin saja tanpa.pesta apapun.Sedangkan tim marketing di kantornya kembali penyusun ulang rencana peluncuran produk tersebut yang diputuskan akan diambil bertepatan dengan hari ulang tahun Raja Putra Arga Dewantara.*******Dua bulan berlalu sejak hari anniversary pernikahan mereka, kini perut Maria sudah mulai membuncit, dan kemauannya pun semakin banyak.Ada saja yang wanita itu inginkan, bahkan tak segan-segan dirinya mengganggu sang suami meski di saat suaminya sedang berada di kantor.Beruntung Arga Dewantara dan juga sang papa mengerti kalau hormon ibu hamil sedang menguasai Maria, sehingga sang papa pun meminta Arga Dewantara un
"Apa saya bilang. Kacau kan jadinya," ucap Edo kesal.Edo segera menghubungi sopir pribadi Arga.[Siapkan mobil Pak, Tuan Arga mau keluar!]Setelah mendapatkan balasan dari sopir Edo pun kembali duduk di depan meja kerjanya."Mimpi apa aku semalam, gaji dipotong 50% apa nggak sedikit tuh," ucapnya kesal.Sedangkan di sisi lain dengan rasa kesal yang bercokol di hatinya akibat kedua orang kepercayaannya jelas-jelas tertawakan Arga ketika dirinya harus berjuang memenuhi keinginan sang istri yang sedang ngidam. Arga menderapkan langkah menuju ke lobby."Selamat siang Tuan," sapa Pak Udin sopir pribadi dari Arga Dewantara yang sudah menunggu bosnya di depan lobby.Sebab tadi Edo sudah menghubungi Pak Udin kalau atasannya akan segera berangkat menggunakan mobil dan meminta sopir untuk segera bersiap."Siang juga pak," balas Arga.Pak Udin pun mempersilahkan Arga untuk masuk ke dalam mobil, setelah memastikan atasannya menggunakan sabuk pengaman pintu mobil pun ditutup, lalu Pak Udin memut
"Apalagi ya yang akan terjadi nanti, tapi aku patut bersyukur hanya membeli sampai di Bogor, dia tak meminta makan ke Singapura. Ah begini saja aku mengeluh!" Arga mengingatkan diri sendiri.Dia akan tulus ikhlas melakukan apapun yang diperintahkan oleh sang istri dan kemungkinan bukan hanya dirinya saja yang seperti ini.Arga yakin banyak sekali para suami di luar sana yang mungkin permintaan istrinya lebih ekstrim dari yang Maria minta pada Arga.Lalu pertanyaannya sampai jelang anak itu terlahir ke dunia, drama apa lagi kah yang akan terjadi dalam hidup Arga dan Maria? setidaknya itu yang ada dalam benak suami tampan tersebut.Setelah memastikan sang majikan sudah masuk ke dalam mobil kembali, Pak Udin memutar setengah badan mobil untuk bisa segera masuk ke balik kemudi."Hotelnya di mana Tuan?" tanya Pak Udin yang masih penasaran atas kedatangan mereka ke Bogor."Hotel apa Pak Udin?" Arga menjawab pertanyaan sang sopir dengan pertanyaan, membuat Pak Udin bingung."Hotel tempat
"Sayang ini pasti sangat pedas," tolak Arga."Tapi dedek bayinya mau papa yang makan," jawab sang istri.Dengan sangat terpaksa Arga menghabiskan asinan mangga itu, sampai dirinya tak bisa lagi melakukan makan malam bersama Papanya, Maria dan sang anak.Setelah makan malam selesai Tuan Dewantara berpamitan tidur lebih awal. Seharian ini beliau sangat sibuk diluar rumah. Sedangkan Maria dan Arga menemani Raja menonton kartun kesukaannya."Apa nggak bosan sayang, perasaan kartunnya ini terus dari dulu," ucap Arga."Ck!" Raja berdecak kesal. "Ini episodenya terus baru Papa. Kakek sudah belikan pake lengkapnya sampai tamat," jawabnya.Arga mengangguk. Dia membiarkan Raja fokus pada kartun di layar besar itu, sedang Arga bermesraan dengan Maria.Sat Arga hendak mencium sang istri teriakan Raja menghentikannya."Stoooooooop! Mata suci Raja ternodai gara-gara Papa," ucapnya. Raja menutup matanya dengan kedua telapak tangannya."Sorry sayang Papa hanya bercanda," ucap Arga kikuk. Raja sering
"Pa, minum oralitnya dulu, setelah itu Papa tidur ya. Kalau memang masih lemas besok nggak usah kerja. Kalau memaksa kerja aku akan minggat ke rumah kakak!" ancam Maria membuat Arga tak punya pilihan lain selain patuh.Sang macan betina sedang dalam mode serius. Arga meraih gelas di tangan istrinya, lalu meneguknya hingga tandas."Terima kasih sayang," ucap Arga tulus."Sama-sama Pa. Sekarang istirahatlah agar cepat pulih," ujar Maria.Arga pun mengangguk karena memang dirinya sangat lemas.*****Dua hari berikutnya, Arga yang kebetulan pulang lebih awal memilih bersantai sejenak bersama anak dan istrinya."Papa .... Kapan liburan?" tanya Raja pada Arga.Entah siapa yang memberitahu sang anak untuk menanyakan soal liburan kepada sang Papa, membuat Arga sedikit kewalahan memberi jawaban pada jagoan kecilnya.Mungkin benar kata Raja, mereka harus berangkat liburan, tapi tidak sekarang.Sang papa masih memiliki seabrek pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, belum lagi menjelang akhir ta
Setelah seharian melakukan meeting bersama tim terkait, kini tepat pukul 01.30 waktu Indonesia bagian barat Arga baru saja tiba di kediamannya.Satu minggu belakangan ini Arga lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, bahkan tak jarang ia sudah berangkat ke kantor sang anak belum bangun tidur atau sebaliknya, ketika dia tiba di kediamannya justru Raja sudah terlelap. Arga berjanji pada anak dan istrinya kalau ia akan segera menyelesaikan semua urusannya, setelah itu akan menghabiskan banyak waktu untuk mereka pergi liburan bersama.Beruntung sekali Arga memiliki istri yang sangat pengertian dan tidak pernah menuntut apapun darinya termasuk waktu.Maria sangat paham dan percaya terhadap suaminya, kalau sang suami di luar sana menghabiskan sekian waktunya memang untuk bekerja demi masa depan mereka."Aku kangen sekali sama Raja, sudah lama rasanya aku tidak pernah bermain dengannya," ucapnya membatin.Pria itu langkahnya semakin dipercepat agar segera bisa tiba di kamarnya, dia
"Wah ada tante yang disangka nenek-nenek oleh karyawanku!" ledek Arga."Tutup mulutmu!" seru Yunita murka. Wanita tua itu kini berdiri di depan meja kerja Arga di dampingi oleh Bagas. Arga masih ingat siapa pria ini."Jadi setelah selingkuhanmu masuk penjara kau memilih nenek-nenek ini?" tanya Arga penuh ejekan."Jaga bicara anda Tuan," jawab Bagas.Arga bertepuk tangan pelan lalu bangun dari duduknya, "mau aku buktikan kalau kalian ada main dibelakang Ningrum? Atau mau aku beritahu Ningrum?" tantang Arga."Kau pikir Ningrum akan percaya pada mulut busukmu huh!" sentak Yunita. Dia tak peduli kalau suami sang keponakan sekarang sudah menjadi miliarder.Dan kalau bukan desakan dari Ningrum dan pengacaranya, tak mungkin Yunita mau menginjakan kakinya di tempat ini. "Mau aku buktikan?" tanya Arga. Wanita ini kembali diam."Dengar ya brengsek! Kau harus segera mengeluarkan Ningrum dari balik jeruji besi, kalau tidak aku akan membalas perbuatanmu ini dengan menyakiti Maria dan anakmu!" anc
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu