"Apa yang harus aku lakukan untukmu sayang?" tanya pria itu.Mereka baru saja menyelesaikan pertempuran panas di atas ranjang, keduanya sudah puas dan kini sudah kembali dalam keadaan rapi.Yuna berdiri persis di samping pria tersebut yang sedang duduk di atas sofa, sambil memegang selembar cek yang diberikan oleh Yuna, sebagai imbalan pekerjaan yang akan dilakukan pria tersebut."Hancurkan Arga dan suamiku!" serunya penuh keyakinan."Oke sayang, segera akan ada kabar baik untukmu," jawab pria itu. Bagi pria ini perintah dari sang selingkuhan bukanlah hal yang rumit untuk dilakukan, dia bisa menjamin sang wanita akan puas dengan hasil kerjanya."Itu yang aku suka darimu, sayang. Selalu bergerak cepat, aku sangat menyukainya," jawab sang wanita."Apapun akan aku lakukan, sesuai perintahmu sayang, kau sudah memberiku kepuasan lahir dan batin." Pria itu mencium selembar cek yang barusan diberikan oleh selingkuhannya itu."Baiklah, aku tunggu kabar baikmu sayang. Aku pergi dulu," pamitny
Setelah tiba di kediamannya saat waktu mulai gelap. Tadi dia mampir ke butik berlian dan cukup lama di sana untuk membelikan hadiah sang istri.Dia akan memberikannya nanti saat mereka hendak tidur. Dia mau Maria jujur padanya atas kejadian tadi, Arga langsung masuk ke kamar tepat setelah Maria selesai mandi."Siapkan air mandi untukku untukku sayang," pinta Arga yang kemudian memeluk Maria dari belakang."Apa kau lelah melakukan peran barumu sayang, yaitu dengan menyiapkan keperluanku selayaknya seorang istri pada umumnya?" tanya Arga tepat di telinga Maria."Aku sama sekali tidak lelah, aku justru menikmati peranku dengan baik. Kau tak perlu ragukan itu," Maria menjawab dengan penuh kepastian. "Kenapa kau menurut sekali sayang? Kau boleh membangkang kalau kau keberatan sayang," ucap Arga.Maria melapisi tangan sang suami yang saat ini memeluknya. "Apa kau lebih suka... aku membangkang dan tidak patuh padamu?" tanya Maria."Aku suka semuanya sayang, apapun dirimu aku menyukainya," s
"Baik Pa," sahut Arga, setelah lama berkomunikasi melalui ponsel pintarnya bersama sang papa. Arga menatap ke arah istrinya."Yuna membuat laporan polisi, karena kau dianggap melakukan kekerasan. Apa ada yang mau diceritakan padaku sayang?" Suara Arga terdengar lembut namun penuh penekanan. Maria tahu suaminya pasti akan marah padanya."A–aku hanya membela diri," jawabnya terbata. "Di–dia mengatakan aku wanita-" ucapan Maria menggantung. Dia tak sanggup melanjutkannya, dia yakin sekali Arga tidak akan menerima alasan apapun darinya."Dia mengatakan wanita apa sayang?" tanya Arga.Jantung Maria berdetak sangat kencang, dia mau akan dianggap wanita yang tak pantas menjadi menantu di dalam keluarga Dewantara. Terlebih Arga anak tunggal."Apa kau menyesal telah menampar Yuna?" tanya Arga."Tidak," jawab Maria."Kenapa?" tuntut Arga. Dia hanya mau sang istri jujur."Karena dia mengatakan aku wanita gila." Hati Maria berdenyut ngilu, wanita tua yang merupakan ibu mertuanya sejahat itu pada
"Kau lihat sendiri kan kelakuan anak kandungmu, datang hanya untuk marah-marah tak jelas. Dan kau malah seakan membenarkannya! Menantumu memang gila!" seru Yuna kesal. Yuna akan terus memojokkan Arga dan juga Maria di hadapan sang suami, dia harus bisa mengambil hati Tuan Dewantara, setidaknya dengan kejadian ini Yuna berharap pikiran suaminya berubah buruk terhadap Maria."Justru kau yang gila. Kalau aku jadi Maria aku akan membunuhmu, aku lebih baik dipenjara demi melenyapkan wanita jahat sepertimu! Dan video apa yang Arga perlihatkan sampai kau bungkam di depannya huh?" Tuan Gavin Dewantara mulai tersulut emosi. Mata wanita itu membelalak, ketika mendengar ucapan dari suaminya yang malah menyudutkannya."Bela terus anak dan menantumu, dan nanti kalau aku menemukan bukti dia memanipulasi hasil tes DNA, maka aku bersumpah akan memenjarakannya seumur hidup!" sentak wanita itu."Yang aku tanyakan apa? Kau jawab apa? Kenapa kau berharap tes DNA itu palsu? Bingung cari cara untuk mengu
Di tempat berbeda kini, Nando sedang berusaha untuk melakukan tugasnya. Ternyata selama beberapa hari menjadi sepasang suami istri, nyatanya Monica masih perawan.Malam pertama mereka lewati di rumah sakit, sebab Nenek dari Monica sedang kritis. Nando pun sangat memakluminya.Dan sekarang mereka sudah kembali ke rumahnya. Tepatnya di rumah yang dihadiahkan oleh Arga untuknya.Nando menyentuh pipi istrinya begitu lembut. Ia terus mengelusnya hingga membuat Monica merinding. Ia yang penasaran dengan aksi suaminya ini akhirnya menatap wajah Nando yang tersenyum itu."Aku akan melakukannya atas kemauanmu, kita melakukannya atas dasar saling menginginkannya dan aku tidak pernah memaksamu," bisik Nando yang membuat Monica menegang.Jujur saja Monica merasa aneh dengan ucapan suaminya yang menyimpan banyak sekali kejanggalan. Tapi Monica tidak ingin terlalu memikirkannya.Setelah Nando mengelus pipi Monica, Ibu jarinya bergerak menyentuh bibir Monica yang berwarna pink cherry itu."Aku akan
Cukup lama dirinya bermain hingga akhirnya aksi pemanasannya turun. Ia merasakan manisnya dan harumnya tubuh Monica yang baru selesai mandi itu hingga tangannya begitu handal melepaskan celana terusan piyama Monica.Monica semakin menggila hanya pasrah saat celananya terlepas begitu saja. Satu-satunya kain yang tersisa hanya menutupi aset bawahnya."Huh ... Huh ... Huh ..."Napas Monica begitu tersengal-sengal saat merasakan gelayar aneh di tubuhnya. Sentuhan suaminya sukses membuatnya berkeringat membasahi tubuhnya."Sssst ..." desis Monica seraya menggigit bibirnya saat suaminya mengelus aset bawahnya yang masih terbungkus itu."Keluarkan saja suaramu! Jangan menahannya!" ucap Nando yang perlahan-lahan membuka kain satu-satunya itu di tubuh Monica.Aksi Nando itu terlihat sangat handal sekali hingga satu tarikan saja Monica benar-benar polos tanpa benang."Ternyata masih sama seperti sebelumnya," bisik Nando yang langsung menekuk kaki Monica dan bermain di bawah sana."Tidak! Sssst
"Kenapa Mama harus mencabut laporannya? Bukankah kita harus membuat dia mendekam lebih lama di dalam penjara?" tanya sang anak pada mamanya.Saat ini Dandi dan juga Yuna sedang berada dalam sebuah restoran. Dandi baru mengetahui kalau sang mama sudah mencabut laporannya terhadap Maria, wanita yang mereka yakini mengidap kelainan mental."Arga datang ke rumah dan marah-marah, dia juga mengancam Mama karena dia memiliki video ketika mama sedang bersama pria lain," ucapnya jujur.Dandi tampak berdecak kesal, harusnya sang Mama berhati-hati untuk bertindak, bukan seperti ini, kalau mereka tidak berhati-hati kemungkinan besar mereka akan kalah."Tolonglah besok-besok kalau mama mau bertemu dengan pria lain berhati-hati, jangan sampai seperti ini Ma, itu akan jadi senjata untuk Arga membalas balik perbuatan Mama," ucap Dandi"Oke Mama janji akan lebih berhati-hati." Dandi pun mengangguk mempercayai ucapan sang mama, karena hari ini ada hal yang akan mereka bahas mengenai Arga."Tau nggak si
Arga pun pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang sebenarnya, sembari membawa bukti rekaman CCTV.Beruntung kebakaran itu tidak menghanguskan bangunan lain, sehingga mereka masih bisa mengungkap dalang dan motifnya. "Pa," sapa Arga.Arga memasuki ruang keluarga untuk menemui sang papa dan menceritakan kejadian yang sebenarnya secara detail."Dari tadi Papa memghubungimu Nak," ucap sang Papa.Arga juga menyapa Yuna dan Dandi yang kebetulan ada di ruang keluarga bersama sang papa. Meski tak mendapat tanggapan."Maaf Pa, Arga terlalu sibuk ngurusin orang yang membakar gudang penyimpanan bahan baku kita," jawabnya."Pasti perusahaan rugi besar?" tebak Yuna.Yuna akan sangat bahagia bila sang suami bangkrut, saat perusahaannya dipegang Arga. Arga dianggapnya sebuah ancaman."Arga … Arga, bukannya bikin usaha Papa makin maju, malah kau bikin jadi bangkrut!" seru Dandi.Ingin rasanya Arga memberi pukulan lagi di wajah Dandi. Ibu dan anak ini sangat pandai memancing amarahnya."
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu