Setelah mengantarkan Kaesha ke sekolah, Reyhan segera menuju Aditama group untuk mengantar istrinya. Tidak banyak perbincangan di antara mereka dan Elaine juga tidak ingin mengganggunya menyetir.Tetapi saat itu Reyhan juga tidak berdiam saja. Berulang kali Reyhan tertangkap mata sedang melihat Elaine yang sedang sibuk dengan tab di tangan. Istrinya itu begitu sibuk dengan pekerjaannya dan seperti menganggap Reyhan adalah supir pribadinya.Pemikiran itu tiba-tiba mengganggu kepala Reyhan. Pria itu berdeham untuk mendapatkan perhatian tetapi ternyata tidak berhasil."Apakah pekerjaan itu begitu penting sampai kamu mengabaikan suami yang berada tepat di sampingmu?" Reyhan melirik Elaine yang terpaku mendengarnya.Elaine langsung menyimpan tab tersebut ke dalam tas. Dia memasang senyum lalu menoleh untuk melihat suaminya."Maaf, tadi sedikit sibuk. Aku harus memastikan proyek ini berjalan dengan sempurna. Maafkan aku, ya?" Elaine membujuk Reyhan yang merajuk.Reyhan sebenarnya tidak terl
Allesia pergi dengan menggunakan taxi, dia sangat malas membawa mobil, suasana hatinya sedang tidak baik.Tiba di restoran yang dialamatkan padanya, Allesia memandang ke kanan dan ke kiri. Meskipun tempat ini tidak sebagus restoran mewah pada umumnya, tapi masih termasuk bagus dan bersih.Devan mengenakan setelan jas formal, rambutkan dioleskan pomade, berdiri di depan pintu dengan tempramen yang dibuat selembut mungkin, menunggu kedatangan Allesia.Sementara Allesia sendiri mengenakan pakaian kasual dan celana jeans. Penampilannya kali ini memang tidak sebaik biasanya, tentu saja karena pengaruh suasana hatinya yang buruk.Namun karena kecantikan yang dia miliki, dia masih mampu menarik perhatian semua orang yang berada di sekitar.Devan menyambutnya dengan senang hati, “Cia, kamu cantik sekali hari ini. Ayo masuk, hanya menunggu kamu saja, aku sudah pesankan makanan kesukaanmu.”“Terima kasih.” Bullshit jika Devan mengatakan dia cantik hari ini, karena dia sendiri bahkan malas mengg
“Kalau begitu, aku akan mengantarmu pulang.” Devan tidak menyerah dan kembali berkata.Allesia menghela napas, saat ini yang diinginkan adalah menjauh dari Devan. Dia pikir Devan bisa membuat suasana hatinya membaik, ternyata bertemu pria itu merupakan suatu kesalahan.Allesia malah melihat sisi menjijikan yang ada pada diri Devan, membuat dia ingin segera pergi dari hadapannya.Tetapi dia juga tidak mau terlalu kasar, tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan, Allesia mungkin akan bisa memanfaatkannya.Allesia kembali menggelengkan kepala, “Tidak usah, aku bisa naik taxi.”Allesia bangkit dan mengambil tas tangannya, dia hendak berjalan tetapi dengan cepat Devan menahan. Menggenggam pergelangan tangannya, membuat Allesia semakin memandang rendah dirinya.Devan tidak bodoh, dia bisa membaca apa yang terlihat di wajah Allesia untuknya. Namun, hatinya dipenuhi dengan ego, kelelakiannya menolak untuk menyerah. Dia dengan tidak peduli berkata, "Aku akan mengantarmu sampai mendapatkan taxi
Elaine menghela nafas dan berkata, “Benar-benar sangat melelahkan, kalau begitu, maaf harus merepotkanmu.”Reyhan melambaikan tangannya dan berkata, “Membantu istriku melakukan sesuatu itu sama sekali tidak merepotkan.”Selesai berkata, Reyhan langsung meluncur ke Sunarya Group menggunakan mobil pribadinya.Di sisi lain, Devan dan Allesia baru saja keluar dari restoran dan sampai di pinggir jalan.Allesia hendak naik taxi, pada saat yang sama, empat buah mobil Jeep tanpa nomor polisi menghadangnya.Belasan orang turun dari mobil, mereka menggunakan topeng hitam untuk menutup wajahnya. Ada juga yang membawa plat besi, seolah mereka adalah para pemburu yang datang untuk membalas dendam.“Gawat!” Ketika Devan melihat begitu banyak orang berlari ke arahnya, dia terkejut sampai setengah mati.Allesia juga melihat adegan ini dan wajahnya memucat karena takut. Dia menebak bahwa kelompok orang ini pasti panggilan dari Reyfan yang ingin membalas dendam. Melihat orang-orang ini, Allesia gemetar
Tubuh Allesia semakin menegang dibuatnya. Dia sangat menyesal karena telah mengikuti Devan untuk bertemu. Seandainya dia benar-benar telah memutus hubungan dan tidak menerima panggilan darinya, mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi.Allesia menggelengkan kepala, sebelah tangannya menahan belati yang masih tertancap di pinggangnya sementara yang lain berusaha supaya para penjahat itu tidak membawanya masuk ke dalam mobil."Lepaskan aku! Kamu tidak boleh melakukan ini padaku! Kalian pasti akan mati jika berbuat hal keji padaku!" ancamnya. Meski nyalinya kini menciut, tetapi Allesia tetap berusaha untuk mengerahkan kemampuannya supaya para penjahat itu melepaskannya.Namun, seorang wanita cantik tersaji di depan mereka. Tentu tidak akan mudah melepaskannya."Kenapa tidak boleh? Kamu adalah pengganti nyawa dari kekasihmu itu. Bebas bagi kami untuk melakukan hal apapun padamu," ucap seorang pria di antara mereka. "Cepat, bawa dia masuk!" sambungnya memerintah.Kemudian dua orang
Allesia merasa terkejut tapi juga bahagia di dalam hatinya. Berseru di dalam hati, siapakah dia? Apakah dia datang memang untuk menyelamatkan aku? Iya, dia di sini pasti untuk menyelamatkan aku.Wajah pria jahat itu penuh darah, dia jatuh ke tanah dan tidak bisa bangun.Orang ini memukul terlalu cepat, dalam sekejap mata, lima orang langsung dihabisi. Orang yang bertopeng yang tersisa tidak bisa bereaksi selama beberapa detik, bergegas ke arahnya sambil berteriak dan memanggil rekan mereka.“Kamu … kamu siapa?” Allesia jatuh lemas di tanah karena kehabisan darah, dia menatap orang di depannya yang masih memakai topeng.Reyhan tidak menjawab, namun dengan cepat menggendongnya dan berlari ke dalam gang.Allesia hampir kehilangan nafasnya, aroma maskulin dari pria ini begitu tidak asing di Indera penciumannya. Jantung Allesia berdebar kencang, dia masih dalam keadaan trauma.Di belakangnya terdengar teriakan keras dari orang-orang yang mengejarnya, mereka kini menggunakan sepeda motor.A
Allesia tenggelam dalam pikirannya, selang infus masih tertancap di punggung tangan untuk bisa mengalirkan cairan setelah dia kehabisan banyak darah. Luka di pinggang juga sudah tidak terlalu sakit meski masih terasa nyeri di sana.Allesia terpikir dengan sosok pria semalam yang sangat tidak asing baginya. Postur tubuh serta suara dan cara bicaranya sama persis dengan mantan suaminya.Tetapi jika dipikirkan ulang, dia merasa bahwa itu adalah hal yang mustahil. Sang mantan suami tidak mungkin mau menolongnya setelah apa yang dia lakukan. Menghina dan mencaci, cukup bagi pria itu untuk membencinya."Sayang, kamu sedang memikirkan apa?"Allesia menoleh dan melihat sang ibu yang sedang tersenyum dengan memegang sendok berisi makanan untuknya. Ibu Allesia memang sedang berada di sana untuk menjaga putrinya. Sejak tadi dia memanggil sang putri tetapi sama sekali tidak digubris. Hingga pada panggilan kelima, barulah Allesia menoleh padanya.Bibirnya yang pucat terasa kering, Allesia membasah
Ketiga polisi itu terlihat menyeramkan tanpa senyum di wajah. Langsung datang menghampiri keluarga Subroto yang berwajah tegang."Selamat malam, Tuan Devan Subroto?"Jantung Devan berdegup dengan kencang. Meski tidak tahu niat dari ketiga polisi itu menanyakan keberadaannya, tetapi dia bisa mengira bahwa sesuatu yang buruk hendak terjadi padanya.Tuan Subroto langsung memasang badan, dia melangkah maju dan bertanya, "Ada apa bapak semua mencari anak saya?"“Tuan, kami datang untuk menangkap putra anda atas tuduhan penganiayaan terhadap putra kedua keluarga Sunarya. Tuan Devan, mohon ikut dengan kami ke kantor polisi guna memberikan kesaksian.”Devan yang masih merasa kebas pada pipinya kini harus mengikuti arahan polisi. Dia yang masih tidak sadar akan kesalahannya terus berusaha membela diri dan menolak ajakan pihak kepolisian."Tidak bisa! Pasti ada kesalahpahaman di sini. Saya tidak pernah menganiaya putra kedua keluarga Sunarya. Bahkan saya tidak pernah bertemu dengannya!"Devan m
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta