Mulai hari ini kuusahakan update 2 bab sehari ya
Reyhan terpaku mendengar permintaan Elaine. Bagaimana bisa gadis ini dengan mudah menikah kemudian berpisah? Dia tahu pernikahan mereka hanya terikat kontrak, tapi kenapa mudah mengucap perpisahan ketika mereka sama-sama memiliki perasaan?Tak sedikitpun Elaine berkedip ketika kata perpisahan itu dia ucapkan. Sorot matanya sangat tajam. Seakan dia benar-benar telah yakin dengan keputusan yang dibuatnya saat hati dipenuhi amarah.Namun, meski begitu, tentu saja hatinya bergetar ketika kata perpisahan itu dia ucapkan. Saat dia, Elaine Aditama baru saja membuka hatinya untuk seorang pria, dan bisa merasakan cinta dari seorang anak, malah harus berpisah karena sebuah kebohongan yang dilakukan oleh pria tercintanya.Elaine tahu mencari yang sempurna maka tidak akan dia dapatkan. Karena itu, kesalahan apapun pasti akan diterima dan maafkan kecuali kebohongan. Reyhan sudah melakukannya, pria itu bahkan mengaku cinta tapi tidak menganggapnya penting untuk diberitahukan.Ketika seorang wanita
Reyhan serius dengan perkataannya. Bahkan jika Elaine pergi dan sembunyi di lubang tikus sekalipun, maka dia pasti akan menemukannya. Elaine menahan rasa sakitnya, bahkan melengkungkan bibir dan tertawa, tawanya penuh dengan ejekan, “Reyhan, apakah kamu yakin ingin aku tetap tinggal? Aku tidak bisa jamin apakah aku akan menamparmu lagi atau tidak.” Mereka sekarang tidak terlalu tenang. Elaine merasa mereka butuh waktu untuk berpikir. Saat ini hati keduanya dipenuhi oleh api yang mungkin bisa mencelakai mereka berdua jika tidak segera dipadamkan. Elaine berjalan ke arah pintu, membantingnya dengan kencang dan pergi dari sana. Reyhan menendang sofa karena kehilangan kendali, sofa bergetar hebat karena tendangan Reyhan begitu kuat. Pintu yang ditutup dengan kencang tentu menimbulkan suara yang sangat keras. Elaine juga tidak peduli dan langsung pergi ke lantai satu. Ketika dia baru saja sampai, dia melihat Mentari dan Kaesha yang sedang bermain di ruang keluarga. Elaine langsung meng
Jika pria itu tidak langsung duduk di sampingnya, Elaine tentu tidak akan tahu bahwa ada seorang yang mengajaknya berbicara. Saat ini dia sedang ingin sendiri, jadi sama sekali tidak menggubris. Berpikir jika dia tidak meladeni maka orang itu akan lelah dan kemudian akan pergi dengan sendirinya. Pria itu tak diacuhkan oleh Elaine, semakin merasa penasaran dan mempersempit jarak di antara mereka. Dengan tatapan menjijikan, dia kembali berbicara. "Minum bersama lebih baik daripada sendiri. Itu lebih menyenangkan," ucap pria itu. Dia mengambil gelas berisi wine miliknya kemudian meminumnya secara perlahan. Berbeda sekali dengan yang dilakukan Elaine. Namun, tentu saja hal itu tidak dipedulikan oleh Elaine. Elaine menyipitkan mata untuk melihat pria itu, tampaknya dia adalah pria yang berprilaku seperti anjing, tersenyum sangat menjijikkan. Pria seperti ini, memang sangat mudah dijumpai di klub malam. Bebas berkeliaran seperti anjing liar dan akan memakan apapun ketika lapar melanda. "
iseret ke sebuah gang dekat bar, sesampainya di sana, dia melihat seorang pria lain yang ternyata telah menunggu mereka. Senyum licik terpancar dari kedua pria itu."Wah, apa ini?" Elaine melihat pria yang masih memegang lengannya, "Sepertinya kamu berusaha keras sekali untuk bisa berbuat jahat padaku."Elaine segera melepaskan diri dari pria itu. Saat ini suasana hatinya memang sedang tidak bagus. Mungkin mematahkan lengan dua orang pria bisa membuat perasaannya membaik."Kami bukannya mau berbuat jahat padamu, kami hanya ingin membawamu menuju kenikmatan yang membuatmu ketagihan. Tidak usah takut karena kami akan melakukannya dengan pelan," ucap seorang pria yang membawa Elaine ke gang itu.Elaine terkekeh, dia menatap dua pria itu tanpa ada ketakutan dalam dirinya. "Tidak perlu mengkhawatirkan aku. Seharusnya kalian mengkhawatirkan diri kalian sendiri.""Hahaha .... Nona, kepercayaan dirimu begitu tinggi. Seorang wanita melawan dua orang pria, tentu jelas tahu bagaimana keadaan akh
Reyhan sedikit mengernyitkan keningnya, wanita ini benar-benar membuat hatinya kacau. Bukannya menyelesaikan masalah malah minum sendirian. Tidak tahu bahwa seorang wanita yang sendirian di club' malam, pastilah mengundang kejahatan. Reyhan merangkul lengan Elaine, sedikit memaksa wanitanya untuk pergi dari sana. Namun, tenaga sang istri ternyata jauh lebih besar. Segera dilepaskannya dengan kasar kemudian Elaine kembali duduk di pinggir jalan. Elaine kembali bernyanyi dengan riang. Seakan tidak ada beban di hatinya. Seakan tidak pernah ada pertengkaran dengan Reyhan di siang hari sebelumnya. Bahkan kini wanita itu sambil menggerakkan kedua tangan. Menarik layaknya seorang penari di panggung hiburan. Reyhan menghela napas kemudian berdiri. Setelah membuatnya khawatir, Wanita ini sungguh membuatnya frustasi. Farzan berdiri beberapa langkah darinya, dengan ekspresi sedih di wajahnya. Melihat Reyhan seperti melihat penyelamat. Namun, ketika dia melihat wajah Reyhan dengan jelas, dia t
Farzan terbelalak, dia langsung memalingkan wajah, padahal yang saling mencium dan memadu kasih di bawah langit malam adalah tuan muda dan istrinya, tetapi yang merasa malu malah dia.Farzan melihat ke sekeliling mereka dan untung saja hanya ada beberapa orang yang lewat. Ditambah dengan keberadaan mereka yang berada tepat di dekat bar, tentu saja hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan.Meski begitu tetap saja Farzan merasa seharusnya sang tuan bisa menahan dirinya. Tidak menduga bahwa tuan mudanya berani mencium Elaine ketika mereka sedang berada di luar.Sementara itu, awalnya Reyhan hanya berniat untuk menempelkan bibirnya saja. Namun, rupanya dia tidak bisa menahan diri untuk memberikan kecupan kecil di sana. Dengan lembut dia memperlakukan Elaine. Seakan wanita ini sangat rapuh dan akan hancur jika dia memperlakukannya dengan kasar.Elaine membiarkannya mencium, tidak menolaknya. Dia kelihatan tidak memiliki kekuatan untuk melawan, napasnya penuh dengan napas maskulin dewasa yan
Reyhan menggendong Elaine masuk ke rumah. Untung saja ketika mereka sampai di rumah, Kaesha sudah masuk ke kamarnya. Dia tidak ingin putrinya itu melihat Elaine yang sedang kacau.Dengan mudah pria itu menaiki anak tangga ketika Elaine masih dalam gendongannya. Seperti sudah terlatih, dia membuka pintu dan langsung berjalan menuju ranjang. Menidurkan sang istri dan berniat untuk menyelimutinya.Namun, dia teringat sang istri yang sempat duduk di jalan. Setidaknya Elaine harus berganti pakaian supaya bisa nyaman beristirahat.Malam sudah larut dan orang-orang juga pasti sedang beristirahat. Reyhan berinisiatif untuk menggantikan saja baju sang istri dengan kedua tangannya.Ketika tangannya baru saja menyentuh ujung pakaian Elaine, tiba-tiba kedua mata gadis itu terbuka. Membuat dia sedikit terkejut dan khawatir istrinya itu berpikiran buruk."Pakaianmu kotor, jadi aku berpikir untuk menggantinya. Aku bersumpah aku tidak—" ucapannya terpotong ketika Elaine tiba-tiba terbangun. Gadis itu
"Minumlah air madu, sakit kepala akan agak membaik." Reyhan mengambil cangkir di meja kopi dan menyerahkannya pada Elaine.Elaine menolaknya, turun dari tempat tidur dengan kaki telanjang, berlari ke kamar mandi, membanting dan menutup pintu.Kemudian, terdengar suara air mengalir dari kamar mandi, suara air berlangsung puluhan menit, setelah suara berhenti, Elaine masih belum keluar dari kamar mandi.Dan ponsel yang dia taruh di meja samping ranjang tiba-tiba berdering.Reyhan mengambil ponsel pinknya, berjalan ke pintu kamar mandi, dan mengetuknya."Ada panggilan dari Gina," kata Reyhan.Kemudian, pintu kamar mandi membuka celah, mengeluarkan lengan putih dan ramping, membuka telapak tangan, maknanya sangat jelas, dia meminta Reyhan untuk menyerahkan ponsel kepadanya."Lupa mengambil pakaian ganti?"Elaine menyampingkan wajahnya, tidak melihat Reyhan, lalu berkata dengan dingin, "Berikan ponselnya padaku."Reyhan menyerahkan ponselnya kepadanya, Elaine melihatnya, dan memang panggil
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta