Hai, readers, maaf ya sudah libur beberapa kali. Tapi, semoga masih betah, Love You
Ketika Elaine hendak marah, tiba-tiba dagunya ditarik sampai keduanya saling berhadapan. Mata hitam Reyhan sangat menakutkan."Elaine, apa kamu tahu kamu itu sangat menggoda?" tanya Reyhan dengan suara berat dan tebal.Elaine mengedipkan mata jernihnya lalu menatapnya. Setelah itu mendengar Reyhan berkata lagi, "Sikapmu padaku selalu membuatku kehilangan akal sehat, setiap hari bersamamu adalah godaan terbesar dalam hidupku.”“Elaine, aku bukan pria baik yang selalu bisa mengendalikan diriku.” Reyhan menatapnya sambil menyeringai seperti seorang pemburu mengawasi mangsanya yang lezat.Elaine masih duduk di dekapannya, dada Reyhan terasa panas. Elaine merasa kalau dirinya sedang dipermainkan.Nona Elaine ini bukanlah nona muda yang mau rugi dan bisa dimainkan sembarangan. Orang lain memainkan dirinya, jelas dia juga mau balik memainkan orang itu.Elaine memiringkan kepalanya dengan tidak puas dan berusaha melepaskan diri dari kekangan Reyhan.Tangan Elaine terulur dan balik memegang da
“Kalian bermainlah, pembayaran atas namaku,” kata Reyhan.Dibalik telepon, Farzan tidak merasa kaget. Dia memang sudah menduga bahwa Reyhan akan menolaknya. Selain sudah beberapa tahun tidak bergelut dengan kemewahan, Farzan percaya jika Reyhan bukanlah orang yang suka bermain-main.“Kamu benar-benar tidak ingin datang?” Farzan kembali bertanya padanya.“Tidak!” Reyhan menjawab dengan nada yang acuh. Dia sedang bersiap untuk menutup telepon, tiba-tiba seseorang memeluk kakinya.“Papa, ayo main!” Kaesha mengangkat dagunya ke atas, dengan suara manja berbicara.Reyhan mengelus kepala putrinya, lalu di belakangnya ada Elaine yang berbicara, “Kaesha ingin pergi ke taman bermain, apa kamu juga akan ikut?”“Kita pergi bersama.” Setelah berbicara, Reyhan menutup panggilannya.Sementara di tempat lain, Devan melihat Allesia turun dari mobil, tersenyum sangat indah pada seorang pria.Raut wajah Devan tiba-tiba berubah, tangan yang memegang setir mobil dengan sangat erat, karena memegang dengan
Allesia melihat bayangannya dari jauh, menggigit bibirnya perlahan, di dalam lubuk hatinya sangat kesal sekali.Jelas-jelas dia ingin menghindar dari Devan, kenapa harus berurusan dengannya lagi?Keesokkan harinya, Allesia dengan antusias hadir di departemen marketing. Manager departemen marketing melihat CV yang dikirimkan personalia padanya, juga teringat saat dia datang wawancara, tidak memiliki pengalaman apapun.Terakhir Reyfan masih membuat pengecualian dengan menerima dia bekerja, hati manager dipenuhi dengan kebencian.Yang paling dia benci adalah orang-orang yang lewat pintu belakang seperti ini.Tapi teringat perintah Reyfan yang merupakan anak dari pemilik perusahaan ini, dia hanya bisa memendam kebencian itu, dengan sikap yang dingin berkata, "Setiap orang yang masuk ke departemen marketing, harus melewati seleksi ketat.”“Kamu yang tiba-tiba berada di sini akan membuat beberapa rekan kerja tidak senang, oleh karena itu kamu mulai dengan pekerjaan serabutan dulu, apa kamu
Elaine menganggukkan kepala dengan wajah yang dipenuhi rasa malu, "Ya."Kemudian, Reyhan bangkit dan pergi.Keesokan harinya, Elaine bangun pagi-pagi. Dia tidak memiliki kebiasaan untuk bangun telat, terlebih lagi ketika berada di rumah Reyhan.Dia memang ingin bangun, dan melihat apakah ada yang bisa dilakukan dirinya.Tidak disangka, setelah dia turun ke lantai bawah, di atas meja makan sudah diletakkan berbagai macam sarapan yang bernutrisi. Melihat begitu banyak makanan, sedikit tercengang."Begitu banyak, apakah bisa dihabiskan?"Pengurus rumah tersenyum, "Ini tidak banyak.""Tuan muda memerintahkan untuk menjagamu dengan baik, katanya nona Elaine mengalami alergi parah, jadi masih lemah.”“Tuan muda memerintahkan dapur, untuk tidak melewatkan makan sebanyak 3 kali setiap harinya."“Tuan muda?” Elaine bergumam, apakah yang dimaksud tuan muda ini adalah Reyhan?Setelah selesai mendengarkan perkataan pelayan, Elaine merasakan sedikit kehangatan di dalam hatinya.Pria itu, terkadang
“Apa, sudah menikah?” Allesia terkejut, namun mencoba kembali menetralkan ekspresinya.“Sudahlah, kamu kembali saja ke tempatmu. Kalau sampai manager tahu kita bergosip, kamu akan mendapatkan SP.”Allesia kembali ke tempatnya, marah, kesal dan merasa dibohongi, itulah gambaran perasaannya saat ini.Sementara di tempat lain, sepasang pria dan wanita keluar dari dalam mobil Alphard berwarna hitam, diikuti dengan dua pengawal yang mengenakan jas hitam dan kacamata hitam.“Suamiku, kamu bilang ini rumah pernikahan kita, tapi sepertinya rumah ini sudah ada uang menempati.”Wanita muda dengan rias wajah yang tebal menyandarkan tubuhnya pada seorang pria paruh baya yang bertubuh gemuk.“Ini adalah rumah property yang dijual oleh perusahaan ayahku, memangnya kenapa kalau sudah ada yang beli? Asalkan kamu suka, aku akan mengusir mereka keluar,” kata pria itu mendominasi.“Suamiku, kamu hebat sekali.” Wanita muda itu tersenyum lalu mengecup pipi pria paruh baya yang gemuk itu.Di dalam rumah, M
Beberapa kali Farzan hampir saja terkena serangan dari dua orang pengawal itu. Namun, berkali-kali juga Farzan berhasil menghindari atau menangkis. Bahkan pria itu juga tak segan memberikan serangan balasan pada dua pengawal itu dalam satu kali serangan.Namun, kekuatan dua pengawal ini juga tidak bisa diremehkan. Farzan yakin dia pengawal ini bukan pengawal sembarangan sampai membuat dia sedikit kewalahan.Meski demikian, sudah membuat pria gemuk itu sangat terkejut. Kedua pengawal ini adalah pengawal International kelas atas. Kemampuan pengawal itu dalam melumpuhkan musuh tidak perlu diragukan. Seharusnya hanya dalam beberapa kali serangan, tentu bisa melumpuhkan Farzan yang hanya seorang diri di sana. Namun, sampai sekarang Farzan tetap pada pertahanannya.Dia sudah mengeluarkan banyak uang untuk merekrut mereka, tapi kedua orang itu malah tidak bisa menyelesaikan Farzan. "Tidak berguna!" rutuknya melihat dua pengawalnya tidak mampu melawan satu orang.Pada saat ini, sebuah mobil
Aura di sekitarnya mendadak menjadi suram. Pria gemuk semakin menciut dan keberaniannya kian tenggelam."Kamu masih muda tapi sudah berani mengancamku! Dasar tidak tahu sopan santun!"Pria gemuk melihat ke arah pengawal dan menyuruhnya untuk lebih dulu menyerang Reyhan.Namun, pengawal itu tentu saja tidak bodoh. Mereka sudah kewalahan karena tidak bisa menyingkirkan Farzan. Jika mereka berani melangkah maka sama saja menjemput kematian.Melihat hal itu wajahnya semakin gelap. Pria gemuk mengangkat tangan hendak memberikan tinju pada wajah tampan Reyhan. Tiba-tiba ponsel dalam saku jasnya bergetar. Menandakan sebuah panggilan masuk dan membuat dia menghentikan aksinya.Dengan kesal dia mengambil ponselnya. Tanpa melihat nama yang tertera di layar, pria gemuk langsung menjawab dan menempelkan benda pipih itu ke telinga. Seketika tubuhnya semakin menegang dan kedua matanya terbelalak hingga bola matanya seakan bisa keluar kapan saja. Giginya menggertak kuat dan kuku jarinya memutih akib
Pria gemuk tidak tahu apa yang terjadi. Melihat ekspresi Reyhan, dia pikir telah salah berucap. Seketika dalam hatinya bergetar ketakutan.Mentari pun juga lebih terkejut. Tidak menyangka kakaknya begitu beruntung. Selain mendapatkan suami yang tampan, ternyata juga pria itu berasal dari kalangan atas.Elaine melangkahkan kakinya yang kaku, merasakan bahwa kakinya seberat timah dan hampir menghabiskan kekuatannya baru bisa berjalan ke depan Reyhan. Dadanya terasa berat sampai dia rasanya sulit untuk bernapas.Dia melihat pria dewasa dan tampan yang sedang berdiri itu, hanya merasakan penglihatan di depannya menjadi semakin kabur.“Reyhan, apakah kamu tidak punya sesuatu untuk dikatakan padaku?”Tenggorokannya sedikit tercekat. Kedua tangannya terkepal erat ketika menahan air mata yang hendak keluar. Elaine merasa seperti orang bodoh yang tidak tahu identitas suaminya. Perasaannya kini campur aduk antara marah dan kecewa. Dia bahkan sampai tidak tahu, apakah menangis sekarang diperbole
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta