“Tuan Devan, baru-baru ini bagian pemasaran mengatakan bahwa keanggotaan VIP keluargamu telah dicabut.” Direktur tersenyum ke arah Devan.Mendengar hal tersebut, wajah Devan menampilkan ekspresi muram, “Ibu direktur, apa yang kamu katakan, kami selalu membayar biaya langganan tepat waktu, kami juga adalah pelanggan tetap restoran ini, mana ada kami makan di tempat lain.”“Itu kan baru kata anda, Tuan Devan. Bagaimana kalau anda tanyakan lagi pada penanggung jawab keanggotaan restoran kami?”Pada dasarnya Devan sudah marah sejak tadi bersama pamannya, sekarang ditambah keanggotaan keluarganya dicabut dari restoran ini, masalahnya juga direktur seperti sengaja mengatakan ini di depan Reyhan.Apa dia berniat untuk menyanjung Reyhan?“Ibu direktur? Ini adalah penyerangan bagi kami, aku tidak akan terima dan akan melaporkan ini pada pihak kepolisian dengan membawa surat perjanjian keanggotaan.”“Tapi … Tuan Devan, masalah ini bukan aku yang bertanggung jawab, aku mungkin tidak bisa membant
Karena itu, terhadap sikapnya yang merendah ini, Henry tidak merasa kehilangan muka sama sekali, sebaliknya dia senang karena Reyhan tidak menunjukkan tindakan menolak, artinya Reyhan tidak anti terhadap dirinya.Reyhan memang tidak pernah anti pada siapapun. Meskipun Henry punya record buruk terhadap perusahaan, tapi Reyhan bisa melihat pria ini sangat cerdas, bisa melihat keadaan dengan tepat dan bisa segera mengambil keputusan.Dan lagi, Reyhan saat ini berada di perusahaan adalah untuk mengorek informasi tentang Sunarya Group. Jika dia bisa memanfaatkan Henry, menurut Reyhan itu adalah hal yang menguntungkan.Reyhan berpakaian sangat sederhana hari ini, dia mengenakan sweater berkerah V berwarna Navy dan celana panjang hitam kasual yang membuatnya tampak elegan.“Kenapa melihatku? Apa aku tampan?” tanya Reyhan sambil memiringkan kepala dan matanya saling bertatapan dengan Elaine.Tatapannya gelap bagai rubah licik hingga membuat Elaine tidak berani memandangnya.“Iya,” jawab Elain
“Kamu terlalu banyak berpikir,” ujar Reyhan lalu menundukkan pandangan matanya.Tadi di perjalanan Reyhan tidak sengaja melewati restoran dengan aneka minuman segar, karena alamat yang diberikan oleh Gina adalah lokasi kontruksi, Reyhan menduga bahwa Elaine sedang meninjau lapangan, jadi mampir untuk sekedar membawa oleh-oleh.“Cih!” Elaine mendengus tidak senang, bulu mata yang sangat lentik berkedip beberapa kali memandang sinis ke arah Reyhan.Reyhan masih saja duduk tegap di sana dan tidak merespon dengan pandangan mata sinis dari Elaine.Pandangan mata wanita itu jatuh ke sweater kerah V yang dikenakan Reyhan. Sweater garis-garis berwarna biru gelap yang tampak pembuatannya begitu indah.Elaine tidak paham mengenai pakaian pria, tapi setiap detail di kemeja itu terlihat jelas begitu terhormat, mahal tapi sederhana.Rasanya Elaine ingin sekali mengulurkan tangan dan melihat merek dari sweater itu. Dia membatin, “Pria ini penampilannya berubah drastis dengan uang 2 Miliar itu, apa
Hansel pergi dari ruangan itu, kemudian tidak berapa lama ponsel Reyhan berdering. Itu adalah panggilan dari bibi tetangganya yang pernah merawat Kaesha.Sekarang masih jam sekolah, Kaesha masih berada di sekolah. Jika terjadi apa-apa pada Kaesha di sekolah, pihak sekolah akan menghubungi wanita itu.Reyhan langsung menjadi tegang, apakah putrinya mengalami masalah?Reyhan mengangkat panggilan itu, dan wanita paruh baya diseberang sana pun bicara. Reyhan langsung terkejut dan berkata, “Apa?”Reyhan lantas berlari pergi dan tergesa-gesa. Reyhan pergi ke sekolah dengan kecepatan yang paling tinggi, bibi tetangganya dulu menghubunginya dan mengatakan bahwa Kaesha terjatuh dari tangga sekolah.Reyhan merasa khawatir di sepanjang perjalanan, lalu menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menjaga Kaesha dengan baik.Tiba di sekolah, Reyhan langsung berteriak, “Kaesha … Kaesha …”Kaesha sedang berada di ruang guru, langsung bersikap seperti orang yang bersalah, menginjak kakinya lalu mengerut
Saat Elaine sedang berbicara dengan Kaesha di luar, Reyhan kemudian perlahan membuka matanya. Dia tercengang sejenak lalu menyadari bahwa dia sedang berada di rumah sakit. Reyhan berteriak dengan keras, “Kaesha!” “Iya!” Ketika mendengar suara teriakan papanya, Kaesha langsung berpaling meninggalkan Elaine, lalu berlari ke kamar pasien, “Papa, kamu sudah bangun?” Teriakan Kaesha membuat Elaine merasakan sebuah perasaan yang berbeda. Jika ada yang memanggilnya ‘Mama’ ini termasuk tidak keterlaluan, kan? Namun ini tentu saja hanya pemikirannya, lagipula dia tidak menyukai anak kecil, anak yang baru lahir itu sungguh merepotkan. Reyhan mengerutkan alisnya, “Kaesha, siapa yang membawa papa ke sini? Bukankah papa sudah katakan bahwa papa baik-baik saja?” Anak itu mengerutkan bibirnya dan hendak mengatakan sesuatu, Reyhan berusaha untuk beranjak turun dari atas kasur. Seingatnya, terakhir dia sedang berdebat dengan mantan istrinya-Allesia. Tidak mungkin wanita itu dengan senang hati me
Elaine memang tidak mengunjungi Reyhan ke rumah sakit, tapi dia menggantikan peran Reyhan untuk menjemput Kaesha di sekolah. Melihat Elaine datang menjemput, Kaesha lantas berteriak kegirangan, “Tante!” Mendengar suara Kaesha, Elaine mendadak merasakan getaran yang tak biasa, dia justru mendengar Kaesha memanggilnya ‘mama’ dan itu berhasil menarik alam bawah sadar wanita itu. “Tante, ada apa?” Suara Kaesha sekali lagi membuyarkan lamunannya. “Tidak, tante tadi berpikir siang ini kita makan apa?” Kaesha begitu mudahnya percaya dengan ucapan Elaine, dia menyentuh perutnya, mengerutkan kening dan berkata, “Tante Elaine, aku sangat lapar!” Elaine memandang alis kecilnya yang mengernyit dan ingin tertawa. Dia mengulurkan tangan dan memegang dua alis kecil Kaesha dan berkata, “Sudah, jangan mengernyitkan alismu seperti ini, itu membuatmu menjadi seperti Nyonya kecil.” “Nyonya kecil? Eemm, aku pernah mendengarnya,” celetuk anak itu. “Apa itu?” tanya Elaine. “Jadi, kalau Tante menikah
Senyuman di wajah Gina pun langsung menjadi keterkejutan, dia mengamati Reyhan dari atas ke bawah, dan dia benar-benar tidak menyangka selain pengangguran, pria ini juga seorang duda. “Elaine, jadi pria ini duda?” Mata Gina tiba-tiba langsung penuh dengan amarah, dia mengira bahwa Reyhan telah membohongi Elaine. Meskipun Gina tidak bisa memungkiri bahwa Reyhan adalah pria yang tampan, tapi dia tidak ingin Reyhan pada akhirnya akan memanfaatkan Elaine. “Reyhan, apalagi yang kamu sembunyikan dari Elaine? Aku tidak tahu harus bagaimana memberitahu sahabatku bahwa kamu bukanlah pria yang baik, bagaimana kalau kamu pergi saja dari kehidupan Elaine?” Elaine langsung panik mendengar ucapan Gina, segera menarik tangan wanita itu dan berkata, “Gina, kamu jangan sembarangan dan ikut campur. Masalah ini tidak seperti yang kamu pikirkan, aku akan menjelaskannya padamu!” Melihat dua sosok wanita yang menepi itu, Reyhan tertawa tidak berdaya, hanya bisa mengeluhkan takdir yang mempermainkan man
“Hhhmm, lebih baik melihat langsung.”Kawasan perumahan Senopati terletak di daerah Jakarta Selatan, memiliki view yang sangat bagus dan terletak di sebelah taman kota, rumah ini juga dilengkapi dengan smart home.Ini juga alasannya banyak artis, pejabat dan pengusaha yang memilih untuk tinggal di kawasan ini. Harga rumah paling murah dibandrol dengan harga 20 Miliar rupiah.Apalagi rumah yang akan menjadi pilihan Reyhan adalah rumah termewah di Senopati. Kemewahannya benar-benar tidak tertandingi, taman bunga, kolam renang, lapangan golf, semuanya ada, sungguh bagaikan rumah istana di Eropa.Tidak tahu dirasuki apa, Elaine benar-benar pergi dan ingin tinggal bersama dengan Reyhan di sana.Baru saja memasuki kawasan itu, Elaine tercengang melihat lingkungan yang bagaikan kahyangan itu. Bangunan yang mewah dan istimewa, bahkan petugas keamanan yang berkeliling saja memakai pakaian bermerek di sepanjang tubuhnya.“Ini …” Benar-benar tidak masuk akal.“Reyhan, kamu yakin membeli rumah di
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta