“Aku panggilkan dokter dulu untuk memeriksa keadaanmu.” Reyhan berjalan keluar dan memanggil Dokter yang sedang berjaga.Dokterpun datang dan memeriksakan kondisi Allesia, setelah diberikan obat pelega tenggorokan barulah akhirnya batuknya berhenti.“Rey, tolong jangan tinggalkan aku malam ini. Aku takut batukku akan kumat tengah malam nanti.” Wajah Reyhan seketika membeku.Jika tidak melihat batuknya Allesia tadi, mungkin Reyhan tidak akan berpikir panjang lagi untuk pergi dari sana. Tapi karena melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, akhirnya di ragu sejenak.Dia berniat untuk menjelaskan pada Alexa, lalu mengambil handphonenya, berjalan keluar ruangan dan mulai menelepon Alexa, “Sayang, apa kamu sudah tidur?”“Belum, apa kamu sudah pulang?” tanya Alexa.Reyhan ragu sejenak, bingung mau memberitahukan Alexa atau tidak. Tapi tidak ada alasan dia untuk menyembunyikannya.“Alexa maaf, malam ini aku tidak bisa pulang dan menemanimu untuk tidur.”“Tapi kenapa?” Alexa begitu cema
“Suami saya sedang keluar kota, Dok!” ucap Elaine pelan.“Anda harus sarapan pagi ini, agar tenaga anda cepat pulih, Nyonya. Tidak mungkin juga anda di infus dalam keadaan perut kosong.”“Dok, di luar ada pelayan saya. Minta tolong panggilkan saja dia.”Dokter lalu mengangguk dan keluar dari ruang rawat darurat, “Keluarga Nyonya Elaine?”Reyhan dengan cepat menghampirinya, “Saya suaminya, Dok!”“Lo bukankah kata Nyonya Elaine, suaminya sedang di luar kota?”Reyhan tentu saja kaget mendengar ucapan dokter, tapi dia sadar diri setelah ini Elaine mungkin tidak bisa memaafkannya lagi. Tapi dia harus terus berjuang demi keluarganya, demi anak yang ada di dalam kandungan Elaine.Ruangan yang penuh dengan aroma desinfektan, Elaine menutup kedua matanya, tidak mengatakan apapun. Awalnya dia sangat membenci rumah sakit, kini ditambah lagi orang yang seharusnya dia benci sedang berdiri di sampingnya.“Elaine, maaf aku tidak berada di sampingmu saat kamu sakit. Aku benar-benar merasa bersalah.”
Reyhan merasa bersyukur karena telah menikahi Elaine, wanita cantik berhati malaikat. Reyhan tahu Elaine tidak akan sungguh-sungguh marah padanya. Tapi dia juga sangat menyadari bahwa dirinya telah menyakiti hati Elaine sangat dalam.Reyhan berjanji mulai sekarang tidak akan menemui Allesia dengan sengaja, dia sudah mengubur wanita itu di dalam kenangannya. Jadi tidak ada alasan lagi untuk kembali bertemu.Malam harinya Reyhan sedang menemani kliennya di salah satu bar yang dikelola oleh Sunarya Group. Tiba-tiba aja dia melihat Allesia diganggu oleh beberapa pria yang sedang mabuk.Dilihat dari penampilannya, Allesia juga sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Allesia sudah mabuk, kepalanya pusing, hampir tidak mengerti kejadian yang ada di sekitarnya.Sampai seorang pria menariknya keluar dari bar dan bersiap-siap untuk membuka kamar di lantai dua, baru dirinya mulai kembali dari kesadarannya.“Tuan, anda mungkin sudah salah paham. Aku bukanlah wanita penghibur di club ini.” Allesi
Reyhan tertegun sejenak mendengar pertanyaan Elaine, dia lalu menjawab, “Seorang pria, tapi aku bertemunya di club jadi begitu banyak orang yang ada di club itu baik pria maupun wanita. Tentu saja parfum mereka hampir menempel di sini.”“Aku akan membuatkan teh untukmu.” Setelah selesai berbicara, Elaine berbalik dan berjalan ke dapur. Dia membuat teh hangat dengan sangat cepat, dia melihat Reyhan sudah berganti baju dan berbaring di ranjang berukuran king size.Setelah melihat Elaine masuk, Reyhan lalu duduk dan menerima secangkir teh buatan istrinya. Diam-diam Elaine lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Reyhan, Reyhan kaget dan hampir saja menjatuhkan cangkir teh yang dipegangnya.Pikiran Reyhan tiba-tiba melayang, seolah ada aliran listrik yang mengalir di sekujur tubuhnya. Lengan Reyhan diam-diam melingkari pinggang Elaine, kemudian dia membalas menekan bibir sang istri dengan bibirnya.Rasa manis dari teh dan aroma alkohol yang masih menguar dari tubuh Reyhan membuat Elaine dimab
Allesia lalu membersihkan dirinya, melakukan perawatan sebentar pada tubuhnya lalu merias dengan polesan yang istimewa.Pada dasarnya Allesia adalah wanita yang sangat cantik, jadi sedikit saja polesan auranya sudah terpancar.Saat ini dia tidak ingin memikirkan apapun, dia hanya ingin melanjutkan misinya untuk merebut Reyhan.Lobby di lantai pertama Sunarya Group didekorasi dengan sangat indah, lantainya terbuat dari marmer kualitas terbaik. Suara high heels yang menginjak di atas marmer ini terlihat seperti irama musik yang sangat merdu.Allesia memegang tote bag yang berisi jas milik Reyhan dan berjalan masuk dengan badan tegak. Langkahnya persis seperti model professional.Belum berjalan sampai lift, Allesia sudah ditahan oleh petugas keamanan perusahaan.“Maaf, Nona. Perusahaan kami melarang orang yang tidak dikenal untuk masuk sembarangan. Apakah Nona sebelumnya sudah ada janji, silahkan tunggu di sana dan kami akan menghubungi orang yang Nona cari.” Petugas keamanan menunjuk so
Setelah mendengarkan ini, alis Reyhan berkerut. Mengeluarkan sebuah perkataan yang dingin kepadanya, “Kamu sudah terlalu banyak berpikir, aku melakukannya murni karena rasa kemanusiaan. Bukan cinta seperti yang ada dalam bayanganmu.”Reyhan merangkul Elaine dan pergi dari sana menggunakan mobil sport miliknya yang sudah siap di depan lobby. Allesia cukup tahu diri atas penghinaan yang dialaminya dan dia pun tidak mengejar lagi.“Bagaimana kalau kita makan?” tanya Reyhan.“Aku tidak mempunyai selera makan lagi, antarkan saja aku pulang. Jika kamu mau makan, aku bisa turun di sini dan pulang menggunakan taxi.”Wajah Reyhan dipenuhi dengan emosi dalam, dia lalu memutar setir dan dengan kecepatan tinggi pergi menuju rumah mereka.Elaine mengangkat kelopak matanya, menatap lurus ke arahnya, “Reyhan, kamu tidak ingin menjelaskankah?”Inilah kelebihan Elaine, dia akan terlihat kuat di hadapan musuh tapi lemah jika di luar. Dia tidak akan melontarkan pertanyaan itu langsung dihadapan Allesia.
Gina yang melihatnya juga merasa sedih, dia tahu kata menghukum Reyhan hanya ada dalam mulut Elaine. Tapi hati wanita ini tidak benar-benar membenci pria itu.“Kalau merindukannya, kenapa tidak pulang saja? Aku bisa mengantarmu.” Melihat sahabatnya bersedih, dia juga tidak tega.Gina tidak bisa memasak, jadi dia hanya bisa memesan makanan melalui jasa food delivery. Makanan yang dia pesan tentu saja lebih banyak makanan yang sehat untuk wanita hamil.Beberapa menit kemudian, pintu apartemen berbunyi. Gina mengira jika yang datang adalah petugas food delivery, dia lalu membuka pintu dan mendapati yang berdiri di sana adalah Reyhan.“Kamu?” ujar Gina.“Kenapa kaget, apakah belum cukup menyembunyikan istri orang?” ucap Reyhan.Gina sama sekali tidak menanggapi ucapan Reyhan, dia lalu berkata, “Elaine sedang berada di kamar!”Baru saja Reyhan ingin masuk dan mencari keberadaan Elaine, tangannya lebih dulu dicekal oleh Gina, “Masih ingat janjiku?”Reyhan menepis tangan Gina dan berkata, “E
Di sisi lain Elaine sedang berada di rumah seorang dokter psikiater, tempat di mana dia sering sharing soal masalah yang tengah dihadapinya.Dokter itu merasa kaget sekaligus bahagia dengan kehadiran Elaine, “Apa yang membawamu pagi-pagi sudah berkunjung ke sini?”Elaine tidak menunjukkan kesedihannya, awalnya dia hanya ingin memberikan pelajaran saja sebentar untuk Reyhan. Setelah itu tentu dia akan ikut pulang bersama dengannya.Tapi di malam itu bayangan Allesia justru begitu besar mempengaruhi pikiran dan perasaannya, hingga dia memutuskan untuk pergi.“Dokter, aku sangat merindukanmu!” Elaine memeluk dokter wanita itu sambil menangis, hanya dengan wanita paruh baya di sampingnya ini dia bisa mengeluarkan semua kesedihannya.Dia tidak perlu terlihat kuat di depannya, karena dokter kepercayaannya ini akan selalu menguatkan dan memberikannya dukungan.“Di mana suamimu, apakah kalian sedang ada masalah?” tanyanya kemudian.Elaine tanpa ragu lalu menceritakan semua yang dia alami dan
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta