Gina yang melihatnya juga merasa sedih, dia tahu kata menghukum Reyhan hanya ada dalam mulut Elaine. Tapi hati wanita ini tidak benar-benar membenci pria itu.“Kalau merindukannya, kenapa tidak pulang saja? Aku bisa mengantarmu.” Melihat sahabatnya bersedih, dia juga tidak tega.Gina tidak bisa memasak, jadi dia hanya bisa memesan makanan melalui jasa food delivery. Makanan yang dia pesan tentu saja lebih banyak makanan yang sehat untuk wanita hamil.Beberapa menit kemudian, pintu apartemen berbunyi. Gina mengira jika yang datang adalah petugas food delivery, dia lalu membuka pintu dan mendapati yang berdiri di sana adalah Reyhan.“Kamu?” ujar Gina.“Kenapa kaget, apakah belum cukup menyembunyikan istri orang?” ucap Reyhan.Gina sama sekali tidak menanggapi ucapan Reyhan, dia lalu berkata, “Elaine sedang berada di kamar!”Baru saja Reyhan ingin masuk dan mencari keberadaan Elaine, tangannya lebih dulu dicekal oleh Gina, “Masih ingat janjiku?”Reyhan menepis tangan Gina dan berkata, “E
Di sisi lain Elaine sedang berada di rumah seorang dokter psikiater, tempat di mana dia sering sharing soal masalah yang tengah dihadapinya.Dokter itu merasa kaget sekaligus bahagia dengan kehadiran Elaine, “Apa yang membawamu pagi-pagi sudah berkunjung ke sini?”Elaine tidak menunjukkan kesedihannya, awalnya dia hanya ingin memberikan pelajaran saja sebentar untuk Reyhan. Setelah itu tentu dia akan ikut pulang bersama dengannya.Tapi di malam itu bayangan Allesia justru begitu besar mempengaruhi pikiran dan perasaannya, hingga dia memutuskan untuk pergi.“Dokter, aku sangat merindukanmu!” Elaine memeluk dokter wanita itu sambil menangis, hanya dengan wanita paruh baya di sampingnya ini dia bisa mengeluarkan semua kesedihannya.Dia tidak perlu terlihat kuat di depannya, karena dokter kepercayaannya ini akan selalu menguatkan dan memberikannya dukungan.“Di mana suamimu, apakah kalian sedang ada masalah?” tanyanya kemudian.Elaine tanpa ragu lalu menceritakan semua yang dia alami dan
“Sekalian dibungkus dan dikirim ke alamat ini ya!” Elaine lalu memberikan alamat rumahnya pada penjaga butik.Penjaga butik merasa heran, mereka pikir gaun kecil dan tuxedo itu akan diberikan kepada anak dan suaminya. Tapi ternyata nona ini justru menyuruh untuk mengirimnya.Ketika petugas delivery mengirimkan gaun dan tuxedo ke rumah Reyhan, Kaesha dengan antusias menerima. Ketika melihat tuxedo yang dia pikir itu untuk papanya, dia semakin bersemangat, tidak sabar untuk menelepon papanya.Reyhan langsung pulang, dirinya tidak kalah bahagianya daripada Kaesha. Dia yakin Elaine masih peduli padanya, jika tidak, mana mungkin dia membelikan tuxedo senada untuk mereka.Tepat di waktu yang yang ditentukan, Elaine menepati janjinya pada Kaesha. Dia bersiap untuk datang ke acara sekolah.“Kamu cantik sekali, mau ke mana?” tanya Dokter.“Kaesha hari ini ada acara di sekolah, kedua orang tua wajib menghadirinya.”“Ingat, Elaine! Ada seorang anak yang masih membutuhkan kasih sayangmu. Bawalah
Air mata Allesia langsung mengalir. “Aku juga tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain, tapi bagaimanapun aku sudah tidak memiliki perasaan apapun terhadap Daven. Ternyata selama bertahun-tahun aku salah. Yang aku cintai bukanlah Daven, tapi Reyhan.” “Apakah kamu yakin, kamu melakukan ini karena masih mencintai Reyhan? Yang aku lihat tidak seperti itu.” “Apa yang kamu lihat?” tanya Allesia. “Aku melihat kamu hanya ingin menunjukkan kehebatanmu di depan Elaine, kamu hanya ingin menang dari Elaine. Yang kamu lakukan saat ini bukan cinta, tapi kompetisi untuk menjadi yang terbaik.” “Kamu tidak pernah benar-benar mencintai Daven ataupun Reyhan, yang kamu cintai adalah ambisi dalam dirimu.” Ucapan Damian benar-benar telah menusuk jauh ke dasar relung hatinya. Kini dia hanya akan berpikir langkah apa yang selanjutnya akan dia lakukan. Sementara Reyhan sudah mengantarkan Elaine ke rumah dokter sahabatnya itu, Reyhan tidak diijinkan masuk dengan alasan hari sudah malam. Reyhan juga t
“Tidak, aku tidak akan pergi. Mama, apakah kamu sedikitpun tidak merindukanku? Apakah Mama sudah tidak menyukaiku lagi?” Ekspresi Kaesha tiba-tiba berubah menjadi sangat menyedihkan. Elaine buru-buru menjelaskan, “Tidak! Tidak! Bagaimana bisa mama tidak merindukanmu, mama bahkan paling menyayangi Kaesha.” Kaesha merasa lega karena Elaine masih mencintainya, dia bertanya lagi, “Kalau begitu apa aku boleh tinggal di sini bersama dengan Mama?” “Tidak boleh!” Elaine menolak dengan tegas permintaan dari Kaesha. Jika dia membiarkan Kaesha tinggal di sini, maka Reyhan pasti juga akan lebih sering datang. Pada saat itu untuk menghindar juga tidak bisa. Elaine sementara waktu masih belum siap untuk menghadapi Reyhan. Mendengar ucapan Elaine, ekspresi wajah Kaesha tiba-tiba runtuh. Air mata kesedihan mengalir begitu saja dari mata kecilnya. Elaine yang melihat ini dengan cepat mengubah ucapannya, “Tetapi Kaesha boleh tinggal di sini untuk makan siang. Kamu harus janji sama Mama, setelah ma
Wajahnya sedikit menegang, lalu berkata dengan tampang yang serius, “Dari dulu lambung Tuan Reyhan memang sudah bermasalah, aku menyarankannya untuk tidak mengkonsumsi alkohol terlalu banyak.”“Jika bisa lebih bagus untuk tidak menyentuhnya, tapi aku memberikan toleransi karena kedudukan Tuan Reyhan yang kemungkinan akan menemani klien.”“Hanya saja saat ini masalah sudah menjadi serius, kemungkinan besar semalam dia mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak.”“Pendarahan lambung mungkin terdengar cukup biasa, tapi sebenarnya itu adalah penyakit yang mematikan jika tidak ditangani dengan serius. Dilihat dari kondisi tubuhnya, dia bahkan tidak cukup makan dan beristirahat dalam beberapa hari ini.”“Jika terus seperti ini, mungkin akan menimbulkan kanker dan nyawa sudah tidak ada artinya lagi.” Dokter menjelaskan dengan detail.Reaksi wajah Roy dan Elaine semakin suram.Sementara Farzan memilih mengurus prosedur rawat inap untuk Reyhan.Setelah itu, Reyhan dipindahkan ke ruang peraw
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta