Setelah beberapa lama berjalan sendiri, Elaine akhirnya memutuskan untuk pulang dan beristirahat. Bagaimanapun juga kini dia sedang mengandung, jadi tidak boleh setres dan capek.Jika Allesia bisa memanfaatkan Kaesha untuk merebut kembali Reyhan, bahkan dia juga bisa menggunakan anak yang masih dalam kandungan untuk mempertahankan Reyhan. Terkesan jahat dan licik, tapi apa boleh buat, segala sesuatu memang harus diperjuangkan.Tiba-tiba handphone di tasnya berdering, mengetahui bahwa nama yang tertera di sana adalah My Lovely Husband, itu artinya yang menelepon adalah Reyhan.“Hallo.” Suara sapaan dari seberang sana terdengar, seiring dengan jari Elaine yang menekan tombol hijau pada layar handphonenya.“Apa kamu sudah tidak sibuk?” tanya Elaine sembari mengerutkan dahinya.“Rapatnya sudah selesai, apa sudah akan pulang dari taman?” tanya Reyhan.“Mengapa kamu tahu aku sedang di taman?”“Karena cinta bisa menembus mata bathin,” terdengar menggelikan karena Reyhan tidak bisa bersikap r
“Tunggu, Nyonya Elaine. Apa tadi kamu bilang, Allesia? Ada apa, tolong ceritakan kepadaku?”“Farzan, maaf aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Aku butuh alamatnya sekarang.”“Tunggu, aku akan mencari informasi itu.”Dengan kemampuan yang dia miliki, Farzan melacak keberadaan Reyhan melalui jaringan ponsel. Seperti seorang hacker, cara kerja Farzan sangat cepat.Tidak butuh waktu lama, Farzan lalu mengirimkan alamat kedai mie ayam dekat rumah sakit ibu dan anak pada Elaine melalui pesan chat.Tanpa berpikir panjang, Elaine lalu pergi ke tempat itu dengan kecepatan tinggi. Sesampainya di sana dia langsung menemukan mobil Reyhan.Mereka duduk berdua di dekat jendela, karena Reyhan memang paling suka duduk di dekat jendela. Elaine melihat Allesia dari kejauhan, wajahnya terlihat cukup tenang.Tapi hati Elaine berdetak sangat kencang, melihat suaminya duduk berdua bersama dengan mantan istrinya, wanita mana yang bisa menerima keadaan seperti ini.Jika Allesia adalah wanita lain, mungki
Apa yang dikatakan oleh Allesia tidak sepenuhnya salah, juga tidak sepenuhnya benar. Alasan yang paling penting dia meninggalkan Reyhan juga karena dia tidak ingin hidup miskin bersama suami tak berguna.Dia tidak menyangka kini Reyhan adalah pewaris tunggal sebuah perusahaan besar. Jika saja dia tahu akan ada hari ini, maka saat itu dia tidak akan meninggalkan Reyhan dengan alasan apapun.“Seandainya saja waktu itu perusahaan dan papa tidak terlilit hutang yang banyak, mungkin papa tidak akan memaksaku untuk bersama dengan Daven. Aku bagaikan alat untuk membayar semua hutang-hutangnya.”Dari tadi Allesia sudah menangis sampai kedua matanya bengkak.“Rey, kamu tidak akan meninggalkanku kan?” Allesia bersandar di pelukan Reyhan dan menangis, air mata membasahi kemeja Reyhan.Elaine perlahan menaikkan kepalanya, dari celah kaca jendela dia melihat Reyhan sedang memeluk Allesia. Hatinya seakan sudah membeku dan tidak merasakan sakit lagi.Elaine memilih untuk pergi meninggalkan tempat it
Karena tidak bisa tidur, Allesia lalu mengambil handphonenya, berkali-kali dia mencoba menghubungi Reyhan.Namun Reyhan sepertinya enggan juga untuk menjawab atau sedang sibuk, hingga sore menjelang malam Reyhan tidak kunjung menjawab panggilannya. Otak Allesia seperti berhenti berputar, tubuhnya lemas.Sepertinya dia sudah kehabisan tenaga, demamnya terlalu tinggi, entah sudah berapa lama dia terduduk di lantai. Akhirnya Allesia berakhir dengan tidak sadarkan diri, air matanya sudah habis keluar.Malam harinya dia baru sadar dan mendapati dirinya sudah berbaring di ruang rawat inap rumah sakit. Di tangannya sudah ada selang infus yang terpasang.Di kamar yang begitu besar di rumahnya, Reyhan baru menyadari jika handphonenya dari pagi tertinggal di ruang kerja rumahnya. Dia mengambilnya dan langsung melihat ada begitu banyak panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.Karena yang di telepon adalah nomor khusus bisnis, jadi Reyhan tidak segan-segan untuk menelepon kembali nomor itu.
“Aku panggilkan dokter dulu untuk memeriksa keadaanmu.” Reyhan berjalan keluar dan memanggil Dokter yang sedang berjaga.Dokterpun datang dan memeriksakan kondisi Allesia, setelah diberikan obat pelega tenggorokan barulah akhirnya batuknya berhenti.“Rey, tolong jangan tinggalkan aku malam ini. Aku takut batukku akan kumat tengah malam nanti.” Wajah Reyhan seketika membeku.Jika tidak melihat batuknya Allesia tadi, mungkin Reyhan tidak akan berpikir panjang lagi untuk pergi dari sana. Tapi karena melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, akhirnya di ragu sejenak.Dia berniat untuk menjelaskan pada Alexa, lalu mengambil handphonenya, berjalan keluar ruangan dan mulai menelepon Alexa, “Sayang, apa kamu sudah tidur?”“Belum, apa kamu sudah pulang?” tanya Alexa.Reyhan ragu sejenak, bingung mau memberitahukan Alexa atau tidak. Tapi tidak ada alasan dia untuk menyembunyikannya.“Alexa maaf, malam ini aku tidak bisa pulang dan menemanimu untuk tidur.”“Tapi kenapa?” Alexa begitu cema
“Suami saya sedang keluar kota, Dok!” ucap Elaine pelan.“Anda harus sarapan pagi ini, agar tenaga anda cepat pulih, Nyonya. Tidak mungkin juga anda di infus dalam keadaan perut kosong.”“Dok, di luar ada pelayan saya. Minta tolong panggilkan saja dia.”Dokter lalu mengangguk dan keluar dari ruang rawat darurat, “Keluarga Nyonya Elaine?”Reyhan dengan cepat menghampirinya, “Saya suaminya, Dok!”“Lo bukankah kata Nyonya Elaine, suaminya sedang di luar kota?”Reyhan tentu saja kaget mendengar ucapan dokter, tapi dia sadar diri setelah ini Elaine mungkin tidak bisa memaafkannya lagi. Tapi dia harus terus berjuang demi keluarganya, demi anak yang ada di dalam kandungan Elaine.Ruangan yang penuh dengan aroma desinfektan, Elaine menutup kedua matanya, tidak mengatakan apapun. Awalnya dia sangat membenci rumah sakit, kini ditambah lagi orang yang seharusnya dia benci sedang berdiri di sampingnya.“Elaine, maaf aku tidak berada di sampingmu saat kamu sakit. Aku benar-benar merasa bersalah.”
Reyhan merasa bersyukur karena telah menikahi Elaine, wanita cantik berhati malaikat. Reyhan tahu Elaine tidak akan sungguh-sungguh marah padanya. Tapi dia juga sangat menyadari bahwa dirinya telah menyakiti hati Elaine sangat dalam.Reyhan berjanji mulai sekarang tidak akan menemui Allesia dengan sengaja, dia sudah mengubur wanita itu di dalam kenangannya. Jadi tidak ada alasan lagi untuk kembali bertemu.Malam harinya Reyhan sedang menemani kliennya di salah satu bar yang dikelola oleh Sunarya Group. Tiba-tiba aja dia melihat Allesia diganggu oleh beberapa pria yang sedang mabuk.Dilihat dari penampilannya, Allesia juga sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Allesia sudah mabuk, kepalanya pusing, hampir tidak mengerti kejadian yang ada di sekitarnya.Sampai seorang pria menariknya keluar dari bar dan bersiap-siap untuk membuka kamar di lantai dua, baru dirinya mulai kembali dari kesadarannya.“Tuan, anda mungkin sudah salah paham. Aku bukanlah wanita penghibur di club ini.” Allesi
Reyhan tertegun sejenak mendengar pertanyaan Elaine, dia lalu menjawab, “Seorang pria, tapi aku bertemunya di club jadi begitu banyak orang yang ada di club itu baik pria maupun wanita. Tentu saja parfum mereka hampir menempel di sini.”“Aku akan membuatkan teh untukmu.” Setelah selesai berbicara, Elaine berbalik dan berjalan ke dapur. Dia membuat teh hangat dengan sangat cepat, dia melihat Reyhan sudah berganti baju dan berbaring di ranjang berukuran king size.Setelah melihat Elaine masuk, Reyhan lalu duduk dan menerima secangkir teh buatan istrinya. Diam-diam Elaine lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Reyhan, Reyhan kaget dan hampir saja menjatuhkan cangkir teh yang dipegangnya.Pikiran Reyhan tiba-tiba melayang, seolah ada aliran listrik yang mengalir di sekujur tubuhnya. Lengan Reyhan diam-diam melingkari pinggang Elaine, kemudian dia membalas menekan bibir sang istri dengan bibirnya.Rasa manis dari teh dan aroma alkohol yang masih menguar dari tubuh Reyhan membuat Elaine dimab
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta