"Jika mengikuti rencana yang dibuat suami saya, kita harus secepatnya mengirim semua barang bukti ke pihak berwajib," ujar Erica."Tapi ..."Michelle memotong perkataan Quen dengan cepat. "Saya akan meminta salah seorang tangan kanan saya untuk mengantarkannya. Tidak mungkin salah satu dari kita yang memberikan semua barang bukti ini. Sekarang kita tidak lagi memikirkan persoalan dendam. Namun, banyak pekerja yang harus kita tolong."Quen hanya mengangguk mengikuti arahan sahabatnya. Ia merasa bersyukur karna telah selamat dari keluarga yang sama sekali tidak memiliki hati nurani tersebut. Nampak diluar mereka sangat hangat namun nyatanya berbeda."Saya mengikuti semua keputusan. Atas nama Crowndlier grup, saya akan menjaga. Sebelumnya biarkan saya berkoordinasi dengan pihak perusahaan Papa agar mendapatkan perlindungan yang adil. Saya juga akan meminta Jeanne dan suaminya untuk membantu menguatkan semua pernyataan yang tertulis pada barang bukti. Mari jangan terburu-buru untuk melaku
"Edward, saya harus kembali ke kantor. Ada beberapa klien yang harus saya temui kembali." Vinn menepuk pundak Edward dan berlalu begitu saja.Ia mempercepat langkahnya menuju mobil porche hitam yang terparkir di paling ujung. Seorang lelaki perawakan tinggi telah menunggunya sambil membukakan pintu. Perasaannya campur aduk, masih terngiang jelas soal perbincangannya dengan seorang lelaki setengah baya.Memang, sepuluh tahun lalu, karna keserakahan Papanya membuat keuangan keluarganya hancur lebur. Beruntungnya, perusahaan Mamanya mampu menutup semua kerugian dari perusahaan Papanya. Vinn ingat betul bagaimana sahabat Papanya menipu keluarganya dengan iming-iming investasi yang menghasilkan berkali-kali lipat uang."Tuan, silahkan masuk."Vinn tersenyum dengan lelaki itu dan langsung masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan Vinn hanya terdiam. Pandangan matanya kosong menatap ke arah gedung-gedung yang ada diluar. Tidak banyak yang ia katanya. Kembali pikirannya melayang tentang masa
"Quen ... tunggu. Ada hal yang ingin saya sampaikan. Boleh ikut dengan saya sebentar saja?" ujar Vinn saat semua sudah kembali ke rumah masing-masing.Quen hanya mengangguk mengikuti kemana Vinn berjalan. Ia bahkan belum sempat berkenalan dengan baik dengan Vinn. Padahal, lelaki itu telah banyak membantunya."Ada apa?" tanya Quen saat Vinn memberhentikan langkahnya di taman belakang milik Lyden."Quen ... sebenarnya, saya menyukaimu sejak pertama kali bertemu ketika kamu masih menjadi istri Edward. Apakah mungkin ada kesempatan bagi saya untuk lebih mengenalmu?" Vinn memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya."Vinn ... maaf. Tapi untuk saat ini, saya rasa tidak. Kamu pasti tahu, tetap ada rasa cinta kepada Edward. Maafkan saya."Vinn memandang wanita yang berdiri di sebelahnya sedang gelisah. "Apa yang membuatmu begitu mencintainya? Dan maaf, bukan maksut saya untuk menbandingkan. Dan mungkin hal ini membuat kamu tidak nyaman.""Edward memang bukan orang baik, tapi dia selalu
"Kak ... kenapa memutuskan untuk membangun bisnis di Paris. Bukankah jika membangun bisnis fashion ini di Amerika justru akan lebih membuat bisnis kakak menjadi lebih besar. Terlebih support keluarga," tanya Emily saat mereka sedang sarapan."Apa gunanya berdiri tidak di atas kaki sendiri? Orang tua saya bahkan tidak setuju saya menjadi seorang perancang busana. Saya pikir, di Paris ini, saya berpeluang dalam mengembangkan kemampuan dalam belajar bagaimana menciptakan busana yang penuh arti," terang Quen.Kini, Quen tidak lagi mengurus soal dapur seperti saat di rumahnya. Segala kebutuhannya telah dipenuhi oleh Lyden. Kehangatan keluarga juga didapatkannya."Bolehkah saya bertanya?" Quen tiba-tiba memasang wajah yang serius. Emily hanya mengangguk perlahan. "Sebenarnya apa yang membuat kamu pergi dari rumah?""Tentang itu ..."Vinn dan Emily bersekolah di tempat yang sama dengan Edward. Emily tahu bahwa Edward adalah teman baik kakaknya.Di sore itu, ketika Emily hendak pergi ke perpu
"Ada apa Sayang sampai mengajak bertemu di hotel? Apakah ada masalah dalam pekerjaan?" tanya Lyden kepada seorang lelaki dengan pakaian militer lengkap di depannya."Duduklah dulu. Saya tahu beberapa hari ini kamu sangat sibuk untuk mencari tahu soal Berenice."Quen berjalan menuju tempat duduk hotel yang menghadap ke jalanan. Pemandangan malam hari yang indah, ditambah bulan dengan bulat sempurna bertengger di langit."Entahlah ... perasaan saya berkata bahwa dia adalah bagian dari penghilangan nyawa orang tua Scouts. Tapi saya belum memiliki cukup bukti," terang Lyden."Kamu sudah begitu lama berhenti menjadi detektif dan memilih menjadi pedagang bunga. Apakah kamu yakin untuk mengungkit kembali kasus yang telah 15 tahun tidak terpecahkan ini?" tanya Faron, suami Lyden.Lyden memandang ke arah luar. Menikmati kelap-kelip bintang dan juga menara pencakar langit. Sudah lama sekali rasanya tidak berduaan dengan suaminya."Kali ini, saya tidak boleh kalah. Scouts harus menerima keadilan
"Vinn, kamu perlu berdiskusi dengan Edward secepatnya. Invest saja dalam jumlah banyak. Tante akan memberikan uangnya. Besok Tante akan pergi ke Amerika untuk melihat kondisi Scouts. Jaga baik-baik Quen dan Emily," ujar Lyden saat mengundang Vinn sarapan di rumahnya."Baiklah, Tante. Saya akan menjaga mereka dengan baik. Tante, apakah mengenal dengan perusahaan Jade Entertain? Saya dengar mereka akan bekerja sama dengan Blhyte Callie untuk merekrut model. Saya sudah membicarakan soal investasi dan akan menyediakan berapapun dana yang diminta," terang Vinn."Jade? Apakah yang berpusat di Amerika? Bukannya itu milik keluarga Javeline?" tanya Quen."Benar, Javeline. Bagaimana kamu bisa mengetahuinya? Apakah kamu mengenal Javeline?" Vinn terlihat sumringah saat Quen menyebut nama dari CEO Jade.Quen terlihat lebih bahagia ketika mendengar Javeline datang ke Paris tapi di satu sisi, ia juga khawatir. Bagaimana jika Edward mencoba mendekati Javeline dan membuatnya jatuh cinta. Quen mencoba
"Jika saja waktu itu saya tidak berbicara asal kepadanya, tentunya hal seperi ini tidak akan terjadi kepada Charly. Apa yang telah saya katakan di masa muda adalah satu kebodohan yang menyebabkan Charly menjadi menderita seperti ini." Javeline merasa begitu sedih dengan keadaan yang menimpa Quen."Honey, kamu tidak boleh berkata demikian, tanpa adanya masalah mana mungkin seorang bisa menjadi kuat. Biarkan gadis kecilmu menjadi kuat untuk nantinya memimpin perusahaan yang dimiliki oleh keluarganya. Setidaknya saat ini, dia bisa mengandalkan dirinya sendiri. Bukankah itu hal baik?" Colline menenangkan istrinya dengan membelai lembut rambutnya.Ingatan Javeline kembali ke masa di mana saat ia dan Quen masih remaja yang tidak bisa memutuskan sesuatu dengan baik. Ia menantang Quen untuk menjadi wanita yang lebih berani. Membuat satu mimpi yang benar-benar merubah kehidupan Quen."Kamu tahu? Hidup akan membosankan jika kamu hanya berada di rumah saja. Menikmati semua uang tanpa tahu cara m
"Edward, di mana kamu mendapatkan surat-surat ini?" tanya Berenice penuh kebingungan.Setelah mendapatkan surat tersebut, Berenice langsung menuju kantor Edward. Ia merasa ada yang salah dari surat-surat tersebut."Ma-maksud Mama? Saya hanya mengambilnya dari kotak surat. Apakah ada yang salah?" tanya Edward.Terdengar seorang mengetuk pintu ruangan. "Masuk," pekik Edward.Asisten baru yang Edward ceritakan masuk ke ruangan. "Tuan, hari ini kita harus menemui klien pukul 15.00 di Kafe Mouen. Dan ini ada beberapa berkas yang perlu di cek dan ditanda tangani."Seorang wanita muda dengan pakaian hitam putih mengantarkan beberapa berkas kepada Edward. Berenice menatap wanita tersebut dengan sinis. Edward mempersilakan asistennya untuk keluar setelah menerima semuanya."Apakah wanita ini yang kamu maksud asisten? Dia nampak seperti ingin menggodamu dengan riasan yang begitu mencolok. Sengaja menggunalan lipstik merah agar terlihat lebih bergairah. Kamu harus berhati-hati," ujar Berenice."
"Makanlah ini." Seorang wanita muda memberikan satu roti kepada remaja yang sedang mengais makanan di tong sampah."Tidak, Mama melarang untuk menerima pemberian dari orang tidak dikenal," ujar remaja. Ia masih tetap fokus kepada tong sampah yang ada di depannya."Kamu menolak makanan bersih dan memakan sampah yang justru tidak tahu siapa yang telah membuangnya. Kamu sungguh aneh," hardik wanita tersebut.Keadaanya keluarganya yang sangat miskin membuat ia sering menahan lapar. Papanya hanyalah seorang pengangguran yang kerjaannya hanya menyiksa mamanya. Ia terpaksa harus bekerja paruh waktu sebagai pengantar koran untuk membantu perekonomian keluarganya."Ta-tapi ... ""Sudah terima saja, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya wanita tersebut dengan senyum tipis."Saya selesai mengantar koran dan merasa lapar. Dari semalam di rumah tidak ada makanan. Tidak ada pilihan lain," ujarnya. Ia membuka dengan cepat bungkus roti yang diberikan."Bagaimana jika kamu bekerja dengan saya? Saya lu
"Apakah ini benar rumah Berenice Barclay?" tanya seorang polisi yang bertugas kepada security yang berada di depan rumah Berenice."Benar, Ada yang bisa saya bantu?"Seorang pria dengan seragam dengan senjata lengkap berhasil membuat security tersebut bergidik takut. Dengan cepat ia berlari ke dalam rumah padahal polisi yang ada di depannya belum sempat menjawab pertanyaan."Nyonya ... Nyonya ada polisi datang mencari," ujarnya dengan napas yang tidak beraturan."Polisi?" tanya Thomas yang sedang meminum kopi di meja tamu bersama dengan Berenice."Benar, Tuan. Apa yang harus saya lakukan?""Biarkan saja masuk!" bentak Thomas.Berenice terlihat pucat begitu mendengar ada polisi yang datang. Berarti susat itu tidak main-main. Ia dengan segera mengkemasi semua berkas-berkas dan menaruhnya kembali ke tempat penyimpanan tersembunyi di bawah keramik.Beberapa polisi muncul di depan pintu. Thomas dengan senyum lebar mempersilakan mereka masuk dan duduk."Tanpa basa-basi, kami ingin menanyaka
"Tuan, laporan terbaru terkait saham Berenice yang mengalami penurunan yang signifikan ditambah beberapa pegawainya melakukan unjuk rasa kenaikan gaji," ucap asisten Vinn."Ini sudah waktunya dia menerima karmanya."Vinn membaca semua data-data informasi yang diberikan mengenai Berenice dengan seksama. Ia mencari cara agar bisa membalikkan keadaan dan menenggelamkan Barclay. Meskipun ini terlalu jahat."Satu informasi penting lagi. Sepertinya Mr. Robert yang juga merupakan salah satu investor dari Tuan Edward merencanakan hal buruk kepada Blhyte Callie. Mr. Robert tidak pernah mau bekerjasama dengan butik kecil tanpa adanya kepentingan besar yang dicari. Sepertinya beliau sengaja menerbangkan Edward lalu mengambul alih semuanya. Saya merasa keanehan ini setelah menemukan beberapa fakta.""Fakta apa saja itu?" Vinn menutup berkas yang ada di meja kerjanya dan justru tertarik dengan perkataan asistennya tersebut.Vinn belum pernah bertemu dengan investor lain dari bisnis yang dijalankan
"Siapa sebenarnya pengirim dari surat-surat ini?" tanya Berenice geram.Kali ini, surat ancaman telah diterima oleh Berenice. Jika ia tidak menyerahkan diri ke polisi, hal buruk akan terjadi selanjutnya."Damien! Kamu saudah tidak ada! Kamu pikir saya takut? Kamu begitu lucu. Jika saya bisa membuatmu ke neraka sebelumnya, sekarang saya juga bisa melakukannya lagi!" Berenice terbahak dalam kamarnya. Pelayannya mendengar namun takut untuk melihat. Mereka merasa bahwa majikannya lama-lama akan kehilangan kewarasannya."Ada apa dengan Nyonya? Saya khawatir jika beliau kenapa-kenapa. Apakah kita perlu untuk menanyakan?" tanya seorang wanita yang tubuhnya kurus."Jika kamu mau dipecat. Silakan saja. Saya mending diam di sini," saut lainnya.Thomas yang baru saja keluar dari kamarnya dibuat heran karna para pelayan berdiri tepat di depan kamar Berenice. Ia dengan segera menghampiri para pelayan tersebut."Ada apa ini? Kenapa kalian malah berdiri di sini?" tanya Thomas."Tuan, maafkan kami.
"Hellena, bisakah engkau menambah beberapa hidangan untuk makan malam nanti?" tanya Quen dengan suara lembutnya."Tentu, Nyonya. Apakah anda akan mengundang seseorang?" selidik Hellena.Emily memoton pembicaraan begitu saja. "Kak Quen ingin mengundang sahabatnya untuk makan bersama. Bukankah sudah lama mereka tidak main ke rumah?""Saya kira anda ... ""Apa? Mengajak lelaki untuk diperkenalkan denganmu?" goda Quen.Pipi tembam Hellena tiba-tiba berubah seperti tomat. Bahkan ia lupa kapan terakhir merasakan yang namanya cinta."Mungkin sudah waktunya untukmu mencari kekasih, Hellena. Bagaimana dengan kencan buta?" tanya Quen dengan raut wajah masih menggoda."Nyonya, apakah mungkin ada lelaki yang bersedia dengan saya yang tidak menarik ini? Badan gemuk, tidak begitu cantik." Hellena menundukkan kepalanya.Ia merasa begitu sedih. Apalagi pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga. Mana mungkin ada lelaki yang mau hidup bersama dengannya."Apa yang kamu katanya? Kamu cantik, hanya
"Kak Quen ... apa yang kakak pikirkan?" tanya Emily.Quen terlihat begitu tidak fokus dalam mengerjakan rancangan terakhirnya. Ia teringat akan perkataan Jeanne soal balas dendam. Apakah sekarang ini adalah ulahnya."Tidak, tidak ada.""Kakak tidak perlu berbohong. Pasti sekarang sedang memikirkan soal Edward, benar?" desak Emily."Tidak seluruhnya benar. Hanya saja, saya memikirkan soal salah satu teman saya, mantan istri Edward juga. Cuma, saya merasa dia tidak akan seberani itu untuk melakukan tindakan pengancaman. Terlebih kepada Berenice juga."Kembali terngiang saat Vinn menceritakan semua isi surat yang ditujukan kepada Edward. Sangat mustahil jika Jeanne mengetahui dengan detail kejadian-kejadian yang dialami oleh orang tua kandung Edward."Tapi ini sungguh aneh, jika bukan saksi mata, mata mungkin seseorang bisa menceritakan sesuatu dengan detail. Tapi saya setuju dengan keputusan Kak Vinn untuk mundur. Lagian yang kita butuhkan hanyalah saham dari Blhyte Callie dan sekarang
"Vinn ... bisakah kita bertemu? Ada yang ingin saya ceritakan," ucap Edward saat menelpon Vinn.Edward mengajak Vinn untuk bertemu di kafe biasa. Mendengar suara Edward yang seperti kacau membuatnya tidak enak untuk menolak ajakan tersebut."Tolong batalkan semua meeting hari ini. Saya harus menemui Edward," ujar Vinn kepada asistennya."Bagaimana dengan janji makan malam bersama Nyonya Quen? Apakah harus saya batalkan juga?" tanyanya dengan sopan."Kecuali itu, cukup sulit mengajaknya untuk makan malam di luar. Kamu harus memastikan private restoran dengan suasana romantis. Saya ingin membuatnya terkesan.""Baik, Tuan.""Untuk hari ini, saya ingin mengendarai sendiri. Kamu tolong urus soal makan malam nanti saja."Vinn bangun dari tempat duduknya. Ia bergegas menuju garasi mobil. Seharusnya pagi ini, ia rapat dengan tim yang mengurus soal semua rancangan busana Quen. Tapi sepertinya ada hal yang mendesak yang ingin disampaikan oleh Edward.Vinn sangat sederhana. Meskipun ia mampu mem
"Edward! tolong Mama," pekik Berenice saat berada di apartemen Edward."Kenapa Mama? Ini masih pagi sudah membuat kegaduhan!" Edward membuka pintu kamarnya dengan malas.Berenice memikirkan bagaimana cara untuk memberitahu Edward tanpa menceritakan isi dari suratnya. Apa jadinya jika semua rahasia lamanya diketahui oleh Edward. Itu akan membuat anaknya membenci karna telah memisahkannya dengan ayah kandungnya."Begini, beberapa hari ini, Mama mendapatkan surat dari orang tidak dikenal, berisi ancaman-ancaman. Firasat Mama berkata bahwa surat-surat tersebut berasal dari Quen.""Mama! Cukup menuduh Quen, saya sudah muak dengan semua ini. Apakah kurang pengorbanannya? Dia adalah orang baik dan rela berkorban untuk saya! Cukup dengan semua keburukan yang Mama tuduhkan kepadanya. Hal yang paling saya sesalkan adalah menceraikan Quen! Jika kedatangan Mama hanya untuk menjelekannya, lebih baik Mama pulang sekarang! Saya tidak ada waktu untuk mendengarkan semua hasutan Mama lagi," bantah Edwa
"Bedebah, siapa yang mengirim surat-surat ini? Damien! Lihat saja, saya pasti akan menemukan dalang dari kedua surat ini!" bentak Berenice dengan penuh kekesalan.Berenice kembali membuka surat dengan tanda mawar yang khas. Ia mencoba menerka-nerka kali ini apalagi yang akan ditulis oleh bedebah itu dari nereka.Teruntuk Bery Tersayang.Sudah dua hari dari surat pertama saya kirim, tidakkah kamu merindukan belaian hangat dari saya? Bukankah dulu kamu begitu menyukainya.Saya tahu kamu sangat ingin mencari tahu, bagaimana surat-surat ini sampai ke rumah indahmu, rumah yang kamu bangun dari asuransi saya dan istri saya yang telah kamu korbankan. Saya tidak menyangka, kamu tetap bisa tertidur nyaman. Bertahun-tahun saya menunggu kehancuranmu tapi ternyata saya salah. Perkiraan saya terlalu jauh meleset. Bagaimana saya bisa tenang di neraka ini melihat seorang yang seharusnya berada di bui justru masih terbebas? Dulu, kamu mempermainkan istri saya dengan begitu licik, mengambil semua uangn