"Quen! Cepatlah! Apakah kamu tuli?" Edward mulai kehilangan kesabarannya. Ia menatap tajam Quen yang berlari kecil ke arahnya."Apakah kamu ingin balas dendam dengan saya? Tidakkah kamu takut jika saya membongkar kebusukan dari keluargamu?" Jeanne membelalakan matanya dengan lebar mendengar pernyataan Edward.Quen hanya terdiam dan perlahan menundukkan kepalanya. Ia begitu ingin untuk mengungkapkan kebenaran tentang keluarga Barclay namun, belum saatnya untuk mebongkar semua. Ia harus lebih bersabar dan mengumpulkan semuanya."Lihatlah! Diam berarti mengakui kesalahannya. Beri saja hukuman untuk wanita yang tidak bisa menjaga kehormatan ini." Jeanne melirik sinis Quen. "Sudahlah, Sayang. Tidak baik jika kamu marah-marah. Mari ke kamar beristirahat. Jangan rusak hari bahagia kita karna ulah pengecut ini." Edward mengulurkan tangan kepada Jeanne. "Kali ini, kamu selamat!" bentaknya.Berenice yang sedari tadi hanya memandangi kejadian itu bergegas menuju kamarnya. Setelah Edward menikah
"Bagaimana kabar anda, Nyonya Berenice? Sudah cukup lama tidak bertemu," ucap Fredhor ketika melihat Berenice menghampirinya."Sangat Baik, Tuan. Terima kasih telah memenuhi permintaan saya untuk bertemu." Berenice menggeser kursi yang tidak jauh dari kursi Fredhor.Berenice masih merasa cemas dengan kejadian yang diluar rencananya. Bagaimana pun hari ini harus segera diselesaikan."Baik, Tuan. Langsung saja. Seperti yang semalam sudah saya sampaikan di telepon terkait kehamilan Jeanne. Saya rasa ini sangat berbahaya, mengingat pernikahan ini hanya untuk memperkuat hubungan perusahaan Tuan dan saya. Adakah kiranya jalan keluar yang tepat untuk hal ini?" lanjut Berenice."Nyonya, tidak perlu terburu-buru. Pesanlah minuman terlebih dahulu. Kita bisa membicarakan hal ini pelan-pelan." Fredhor memanggil pelayan kafe dan memesan dua cocktail.Wanita dengan gaun merah itu hanya mengangguk. Ia tidak mau terlihat begitu serakah soal perusahaan. Ia perlahan menarik napas dalam dan menghembuska
"Saya harus mencari cara untuk membungkam Quen. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mumpung tidak ada siapa-siapa dirumah, alangkah baiknya saya mengobrol dengannya." Jeanne merasa gusar karena Quen tahu bahwa ia telah berkhianat dengan suaminya.Ia berjalan perlahan menuju ruang kerja Quen. Bukankah ini waktu yang sangat tepat. Ibu mertuanya pergi karna ada urusan, seperti biasa suaminya juga pergi untuk bekerja. Ia dilarang untuk ikut bekerja untuk menjaga bayi dalam kandungannya.Jeanne membuka pintu perlahan. Namun, ia tidak menemukan siapa-siapa diruang kerja itu. Jeanne berjalan menuju dapur. Terlihat Quen sedang sibuk membuat adonan kue."Quen, disini kamu rupanya. Ada hal yang perlu kita bicarakan. Sebagai sesama wanita saya hanya ingin kamu mendukung saya." Ia menggeser tempat duduk tepat, mendudukan dirinya tepat di depan Quen.Sangat terlihat jelas, Quen sama sekali tidak tertarik dengan perkataan istri keduanya suaminya tersebut. Jeanne atau Berenice menurutnya sama saja
"Ternyata benar kata Mama, jika saja saya dulu mengikuti apakata mereka tentunya, tidak akan seperti sekarang," gumam Quen.Ia termenung mengingat pertengkarannya dengan orang tuanya. Beberapa tahun sebelumnya ketika ia berniat meminta restu. Orang tuanya sama sekali tidak mengizinkan untuk menikahi Edward. Banyak alasan tidak masuk akal menurut Quen yang dikemukakan."Tapi, Pa. Saya mencintainya, saya yakin dia bisa bertanggung jawab terhadap kehidupan yang akan kami jalani." Quen berusaha meyakinkan papanya ketika hendak memutuskan menikah dengan Edward."Keluarganya bukan keluarga yang baik. Kenapa kamu begitu keras kepala dan tidak mau mendengarkan Papa?!" Nada suara meninggi dari lelaki dengan rambut yang telah memutih semua. "Kamu belum kenal siapa orang tua lelaki itu dan dengan yakin memutuskan menikah? Apakah kamu sudah gila?!""Tapi, Pa ... dia tulus mencintai saya, tanpa memandang latar belakang keluarga ..."Lelaki itu memotong perkataan Quen yang masih berusaha menyakinka
"Quen! Dimana dirimu?!" Suara serak mengisi seluruh ruangan. Mendengar namanya disebut, Quen tergopoh berlari. Baru saja ia selesai memanggang kue terakhirnya. Ada saja yang mencarinya."Ada apa? Kenapa kamu seperti terburu-buru?" tanya Quen kepada Edward yang sedang terduduk di sofa ruang tamu."Kamu tahu? Kania, si artis besar itu meminta saya membuatkan gaun untuk acara Met Gala tahun ini. Apakah kamu bisa membantu saya sekali ini? Kamu akan dikenal sebagai perancang busana terbaik jika bersedia merancang kali ini. Tidakkah itu bagus untuk dirimu kedepannya? Bayangkan, kamu berjalan dipanggung megah diikuti oleh model-model yang memperagakan gaun-gaun indah yang kamu buat. Bukankah itu mimpimu selama ini?"Quen menelan ludahnya membayangkan betapa sangat inginnya ia menjadi perancang busana yang hebat. Ia kembali memikirkan perkataan Edward soal rancangan untuk si artis. Namun, ada rasa takut jika Edward kembali mengakui karyanya adalah rancangan milik pribadinya."Apa tema untuk M
"Nenek, saya mau gula-gula seperti yang dibawa anak itu," rengek Edward ketika diajak pergi ke supermarket oleh Neneknya. Ketika itu ia baru berusia 7 tahun.Mamanya sengaja menitipkannya kepada Nenek karna harus bekerja diluar negeri. Penghasilan yang mamanya dapatkan tidak mencukupi kebutuhan hidup untuk mereka berdua. Dengan berat hati Berenice meninggalkan Edward kecil pada mamanya."Lihat, uang yang mamamu kirimkan hanya cukup untuk membeli kebutuhan pokok kita. Jika kamu mau gula-gula itu, seharusnya kamu membantu mamamu bekerja! Berhenti merengek untuk meminta hal-hal yang tidak mungkin akan kamu dapatkan!" Wanita tua dengan setelan rapi berwarna coklat, memakai kacamata dengan rantai kecil mengikat menyeret Edward menuju kasir dan membayar semua belanjaan dengan cepat.Ia adalah Marlyne Barclay, seorang pengusaha berlian yang namanya tersohor di Kanada. Kini ia harus menjalani hidup yang menyusahkan dimasa tuanya. Anak keduanya dengan tega menipu semua harta yang ia miliki dan
"Kania sangat suka dengan rancangan yang kamu buat." Binar bahagia memancar dari wajah Edward. "Benarkah? Ini sangat luar biasa." Tidak ketinggalan dengan Quen. Ia memang telah yakin bahwa artis tersebut pasti akan menyukai desain yang ia buat.Dari kejauhan, sepasang mata indah menatap tajam kedua manusia yang sedang bersuka cita atas keberhasilanya membuat satu pelanggan besar puas dengan rancangan yang dibuat. Ia merasa risih dengan melihat keakraban Edward dan Quen. Perlahan ia mencoba mendekati."Ada apa ini?" tanyanya sinis. Pandangannya hanya terfokuskan kepada Quen. "Oh ... baby, Kania menyukai rancangan gaun untuk Met Gala.""Wah ... benarkah? Dengan begitu kamu tidak perlu mengeluarkan dana lebih banyak lagi untuk promosi. Selamat sayang." Jeanne mendekap mesra suaminya. Pelukan hangat itu berhasil membuat wanita disampingnya menunduk dan melangkah mundur perlahan.Quen menuju ke kamarnya. Perasaan nanar menyebar dengan cepat ke seluruh tubuhnya. Hatinya seperti ditusuk de
"Menurut kalian, apakah istri Edward yang sekarang baik?" tanya Quen kepada sahabatnya."Jeanne maksud kamu?" tanya Sarah balik.Sesuai janji mereka bertemu disalah satu kafe milik Michelle. Sangat sulit untuk Quen bisa keluar rumah. Kebetulan hari ini adalah jadwal belanja bulanan, sehingga ia bisa bertemu dengan sahabat-sahabatnya."Jeanne adalah orang yang baik, pacarnya pernah bekerja di kantor Papa. Setelah mamanya meninggal, tidak butuh waktu lama papanya menikah lagi. Dia harus menuruti semua keinginan mama tirinya," terang Sarah.Kini Quen memaklumi, pantas saja Jeanne merasa takut ketika berhadapan dengan Berenice. Selama ini, ia juga menyimpan trauma karna mama tirinya. Rasa iba kembali menyerang Quen."Michelle lebih tahu banyak soal Jeanne. Kita tunggu dia selesai dengan urusan kafenya." Quen dan Sarah bersamaan memandang Michelle yang sedang sibuk memberikan arahan kepada pegawainya. Melihat dua sahabatnya telah menunggunya, ia segera menghampiri."Sudah sampai mana obro
"Makanlah ini." Seorang wanita muda memberikan satu roti kepada remaja yang sedang mengais makanan di tong sampah."Tidak, Mama melarang untuk menerima pemberian dari orang tidak dikenal," ujar remaja. Ia masih tetap fokus kepada tong sampah yang ada di depannya."Kamu menolak makanan bersih dan memakan sampah yang justru tidak tahu siapa yang telah membuangnya. Kamu sungguh aneh," hardik wanita tersebut.Keadaanya keluarganya yang sangat miskin membuat ia sering menahan lapar. Papanya hanyalah seorang pengangguran yang kerjaannya hanya menyiksa mamanya. Ia terpaksa harus bekerja paruh waktu sebagai pengantar koran untuk membantu perekonomian keluarganya."Ta-tapi ... ""Sudah terima saja, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya wanita tersebut dengan senyum tipis."Saya selesai mengantar koran dan merasa lapar. Dari semalam di rumah tidak ada makanan. Tidak ada pilihan lain," ujarnya. Ia membuka dengan cepat bungkus roti yang diberikan."Bagaimana jika kamu bekerja dengan saya? Saya lu
"Apakah ini benar rumah Berenice Barclay?" tanya seorang polisi yang bertugas kepada security yang berada di depan rumah Berenice."Benar, Ada yang bisa saya bantu?"Seorang pria dengan seragam dengan senjata lengkap berhasil membuat security tersebut bergidik takut. Dengan cepat ia berlari ke dalam rumah padahal polisi yang ada di depannya belum sempat menjawab pertanyaan."Nyonya ... Nyonya ada polisi datang mencari," ujarnya dengan napas yang tidak beraturan."Polisi?" tanya Thomas yang sedang meminum kopi di meja tamu bersama dengan Berenice."Benar, Tuan. Apa yang harus saya lakukan?""Biarkan saja masuk!" bentak Thomas.Berenice terlihat pucat begitu mendengar ada polisi yang datang. Berarti susat itu tidak main-main. Ia dengan segera mengkemasi semua berkas-berkas dan menaruhnya kembali ke tempat penyimpanan tersembunyi di bawah keramik.Beberapa polisi muncul di depan pintu. Thomas dengan senyum lebar mempersilakan mereka masuk dan duduk."Tanpa basa-basi, kami ingin menanyaka
"Tuan, laporan terbaru terkait saham Berenice yang mengalami penurunan yang signifikan ditambah beberapa pegawainya melakukan unjuk rasa kenaikan gaji," ucap asisten Vinn."Ini sudah waktunya dia menerima karmanya."Vinn membaca semua data-data informasi yang diberikan mengenai Berenice dengan seksama. Ia mencari cara agar bisa membalikkan keadaan dan menenggelamkan Barclay. Meskipun ini terlalu jahat."Satu informasi penting lagi. Sepertinya Mr. Robert yang juga merupakan salah satu investor dari Tuan Edward merencanakan hal buruk kepada Blhyte Callie. Mr. Robert tidak pernah mau bekerjasama dengan butik kecil tanpa adanya kepentingan besar yang dicari. Sepertinya beliau sengaja menerbangkan Edward lalu mengambul alih semuanya. Saya merasa keanehan ini setelah menemukan beberapa fakta.""Fakta apa saja itu?" Vinn menutup berkas yang ada di meja kerjanya dan justru tertarik dengan perkataan asistennya tersebut.Vinn belum pernah bertemu dengan investor lain dari bisnis yang dijalankan
"Siapa sebenarnya pengirim dari surat-surat ini?" tanya Berenice geram.Kali ini, surat ancaman telah diterima oleh Berenice. Jika ia tidak menyerahkan diri ke polisi, hal buruk akan terjadi selanjutnya."Damien! Kamu saudah tidak ada! Kamu pikir saya takut? Kamu begitu lucu. Jika saya bisa membuatmu ke neraka sebelumnya, sekarang saya juga bisa melakukannya lagi!" Berenice terbahak dalam kamarnya. Pelayannya mendengar namun takut untuk melihat. Mereka merasa bahwa majikannya lama-lama akan kehilangan kewarasannya."Ada apa dengan Nyonya? Saya khawatir jika beliau kenapa-kenapa. Apakah kita perlu untuk menanyakan?" tanya seorang wanita yang tubuhnya kurus."Jika kamu mau dipecat. Silakan saja. Saya mending diam di sini," saut lainnya.Thomas yang baru saja keluar dari kamarnya dibuat heran karna para pelayan berdiri tepat di depan kamar Berenice. Ia dengan segera menghampiri para pelayan tersebut."Ada apa ini? Kenapa kalian malah berdiri di sini?" tanya Thomas."Tuan, maafkan kami.
"Hellena, bisakah engkau menambah beberapa hidangan untuk makan malam nanti?" tanya Quen dengan suara lembutnya."Tentu, Nyonya. Apakah anda akan mengundang seseorang?" selidik Hellena.Emily memoton pembicaraan begitu saja. "Kak Quen ingin mengundang sahabatnya untuk makan bersama. Bukankah sudah lama mereka tidak main ke rumah?""Saya kira anda ... ""Apa? Mengajak lelaki untuk diperkenalkan denganmu?" goda Quen.Pipi tembam Hellena tiba-tiba berubah seperti tomat. Bahkan ia lupa kapan terakhir merasakan yang namanya cinta."Mungkin sudah waktunya untukmu mencari kekasih, Hellena. Bagaimana dengan kencan buta?" tanya Quen dengan raut wajah masih menggoda."Nyonya, apakah mungkin ada lelaki yang bersedia dengan saya yang tidak menarik ini? Badan gemuk, tidak begitu cantik." Hellena menundukkan kepalanya.Ia merasa begitu sedih. Apalagi pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga. Mana mungkin ada lelaki yang mau hidup bersama dengannya."Apa yang kamu katanya? Kamu cantik, hanya
"Kak Quen ... apa yang kakak pikirkan?" tanya Emily.Quen terlihat begitu tidak fokus dalam mengerjakan rancangan terakhirnya. Ia teringat akan perkataan Jeanne soal balas dendam. Apakah sekarang ini adalah ulahnya."Tidak, tidak ada.""Kakak tidak perlu berbohong. Pasti sekarang sedang memikirkan soal Edward, benar?" desak Emily."Tidak seluruhnya benar. Hanya saja, saya memikirkan soal salah satu teman saya, mantan istri Edward juga. Cuma, saya merasa dia tidak akan seberani itu untuk melakukan tindakan pengancaman. Terlebih kepada Berenice juga."Kembali terngiang saat Vinn menceritakan semua isi surat yang ditujukan kepada Edward. Sangat mustahil jika Jeanne mengetahui dengan detail kejadian-kejadian yang dialami oleh orang tua kandung Edward."Tapi ini sungguh aneh, jika bukan saksi mata, mata mungkin seseorang bisa menceritakan sesuatu dengan detail. Tapi saya setuju dengan keputusan Kak Vinn untuk mundur. Lagian yang kita butuhkan hanyalah saham dari Blhyte Callie dan sekarang
"Vinn ... bisakah kita bertemu? Ada yang ingin saya ceritakan," ucap Edward saat menelpon Vinn.Edward mengajak Vinn untuk bertemu di kafe biasa. Mendengar suara Edward yang seperti kacau membuatnya tidak enak untuk menolak ajakan tersebut."Tolong batalkan semua meeting hari ini. Saya harus menemui Edward," ujar Vinn kepada asistennya."Bagaimana dengan janji makan malam bersama Nyonya Quen? Apakah harus saya batalkan juga?" tanyanya dengan sopan."Kecuali itu, cukup sulit mengajaknya untuk makan malam di luar. Kamu harus memastikan private restoran dengan suasana romantis. Saya ingin membuatnya terkesan.""Baik, Tuan.""Untuk hari ini, saya ingin mengendarai sendiri. Kamu tolong urus soal makan malam nanti saja."Vinn bangun dari tempat duduknya. Ia bergegas menuju garasi mobil. Seharusnya pagi ini, ia rapat dengan tim yang mengurus soal semua rancangan busana Quen. Tapi sepertinya ada hal yang mendesak yang ingin disampaikan oleh Edward.Vinn sangat sederhana. Meskipun ia mampu mem
"Edward! tolong Mama," pekik Berenice saat berada di apartemen Edward."Kenapa Mama? Ini masih pagi sudah membuat kegaduhan!" Edward membuka pintu kamarnya dengan malas.Berenice memikirkan bagaimana cara untuk memberitahu Edward tanpa menceritakan isi dari suratnya. Apa jadinya jika semua rahasia lamanya diketahui oleh Edward. Itu akan membuat anaknya membenci karna telah memisahkannya dengan ayah kandungnya."Begini, beberapa hari ini, Mama mendapatkan surat dari orang tidak dikenal, berisi ancaman-ancaman. Firasat Mama berkata bahwa surat-surat tersebut berasal dari Quen.""Mama! Cukup menuduh Quen, saya sudah muak dengan semua ini. Apakah kurang pengorbanannya? Dia adalah orang baik dan rela berkorban untuk saya! Cukup dengan semua keburukan yang Mama tuduhkan kepadanya. Hal yang paling saya sesalkan adalah menceraikan Quen! Jika kedatangan Mama hanya untuk menjelekannya, lebih baik Mama pulang sekarang! Saya tidak ada waktu untuk mendengarkan semua hasutan Mama lagi," bantah Edwa
"Bedebah, siapa yang mengirim surat-surat ini? Damien! Lihat saja, saya pasti akan menemukan dalang dari kedua surat ini!" bentak Berenice dengan penuh kekesalan.Berenice kembali membuka surat dengan tanda mawar yang khas. Ia mencoba menerka-nerka kali ini apalagi yang akan ditulis oleh bedebah itu dari nereka.Teruntuk Bery Tersayang.Sudah dua hari dari surat pertama saya kirim, tidakkah kamu merindukan belaian hangat dari saya? Bukankah dulu kamu begitu menyukainya.Saya tahu kamu sangat ingin mencari tahu, bagaimana surat-surat ini sampai ke rumah indahmu, rumah yang kamu bangun dari asuransi saya dan istri saya yang telah kamu korbankan. Saya tidak menyangka, kamu tetap bisa tertidur nyaman. Bertahun-tahun saya menunggu kehancuranmu tapi ternyata saya salah. Perkiraan saya terlalu jauh meleset. Bagaimana saya bisa tenang di neraka ini melihat seorang yang seharusnya berada di bui justru masih terbebas? Dulu, kamu mempermainkan istri saya dengan begitu licik, mengambil semua uangn