"Kak, kamu nggak usah banyak omong kosong dengannya! Orang yang membunuh ayah kita nggak boleh dibiarkan begitu saja. Kita harus menghabisinya hari ini!"Kin berteriak, "Pengawal! Hancurkan orang ini untuk membalas dendam Tuan Larry!""Baik!" sahut pengawal Keluarga Hutomo yang murka. Semua orang menghunuskan pedang ke arah Luther."Kalian dengar dulu penjelasanku. Ini adalah jebakan, ada yang sengaja mau menjebakku!" Sambil menghindar, Luther terus memberi penjelasan. Kini dia akhirnya menyadari ada kejanggalan dalam masalah ini. Larry bisa tiba-tiba dibunuh setelah janji temu dengannya, bukankah ini terlalu kebetulan? Jelas sekali ada yang sengaja mau mencelakainya!"Bunuh! Bunuh dia!" Para anggota Keluarga Hutomo sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasan. Mereka menyerbu Luther dengan brutal. Larry adalah penyokong Keluarga Hutomo, dia adalah kebanggaan dari keluarga ini. Kini pria itu malah dibunuh orang, tentu saja hal ini membuat semua orang marah. Mereka bahkan ingin mencinc
"Luther? Mana mungkin dia?" Raiden termangu. Baru saja mereka membahas akan membina Luther tadinya. Kenapa sekarang terjadi hal seperti ini?"Apa kamu nggak salah? Kenapa Luther mau membunuh Tuan Larry?" tanya salah satu tetua."Memang itu yang terjadi. Keluarga Hutomo memberi kabar bahwa banyak sekali orang yang menyaksikan kejadian itu. Nggak akan salah!" jawab anggota tersebut dengan wajah serius."Kenapa bisa begini? Anak itu sudah gila ya?""Baru saja kita membahas mau bagaimana membinanya. Tak disangka dia ternyata adalah bajingan yang tak tahu berterima kasih!""Dia benar-benar sampah di aliansi bela diri!"Setelah memastikan informasi tersebut, beberapa tetua lainnya mulai memaki Luther. Larry memberikan kontribusi yang sangat besar bagi Aliansi Bela Diri Jiman. Semua orang yang bertemu dengannya harus menghormatinya. Tokoh sepenting ini malah dibunuh orang. Apalagi, pelakunya adalah Luther yang saat ini sedang naik daun. Tentunya hal ini semakin memicu amarah publik."Ayo, kit
Di pinggiran kota, Vila Embun telah menjadi markas Faksi Kirin. Sejak meninggalkan kediaman Keluarga Hutomo, Luther datang kemari untuk bersembunyi.Saat ini, Keluarga Hutomo sedang marah besar. Tidak ada gunanya jika Luther menjelaskan panjang lebar. Itu sebabnya, dia harus segera menyelidiki kebenarannya.Siapa yang membunuh Larry? Mengapa si pelaku ingin memfitnahnya? Luther mengerahkan seluruh Faksi Kirin demi menemukan kedua jawaban ini. Dia harus berpacu dengan waktu sebelum situasi menjadi makin buruk."Tuan Luther ...." Ronald tiba-tiba berlari ke ruang rapat dengan tubuh bercucuran keringat. "Gawat! Anggota Keluarga Hutomo sedang menuju ke Vila Embun!""Cepat sekali?" gumam Luther sembari mengernyit. Vila Embun ini baru digunakan sehingga tidak banyak orang yang tahu tentangnya. Tanpa diduga, hanya dalam beberapa jam, seseorang sudah menemukan vila ini. Bisa dipastikan bahwa ada orang yang terus mengawasinya."Bukan hanya anggota Keluarga Hutomo, tapi juga petinggi aliansi dan
Klang! Luther tak kuasa termangu saat melihat belati yang terjatuh ke samping kakinya. Belati ini memang pemberian Raiden. Namun, setelah minum-minum kemarin, dia meletakkannya di kamar.Ketika berangkat ke kediaman Keluarga Hutomo pagi ini, Luther pun tidak memperhatikannya. Tanpa diduga, belati ini malah menjadi senjata yang membunuh Larry. Dengan kata lain, Luther telah menjadi tersangka utama."Kenapa diam saja? Kamu ingin memberitahuku belati ini dicuri seseorang?" tanya Klark dengan raut wajah suram.Luther mengernyit. Jawaban yang sudah dipersiapkannya seketika tidak bisa dilontarkan. Dia memang ingin mengatakan belati itu dicuri, tetapi pasti tidak ada yang memercayainya."Bocah, bukti terpampang jelas sekarang. Kamu masih ingin mengelak?" bentak Kin dengan gusar."Ayah, nggak usah basa-basi dengannya. Langsung bunuh saja dia supaya dendam Kakek terbalaskan," sahut Jaden untuk memanas-manasi."Luther, kamu benar-benar membunuh Tuan Larry?" Raiden yang sedari tadi diam akhirnya
Anggota Keluarga Hutomo dan Aliansi Bela Diri hanya 1.000-an orang. Sementara itu, seluruh Faksi Kirin setidaknya berjumlah 4.000 sampai 5.000 orang. Terlepas dari kemampuan mereka, energi yang ditunjukkan mereka saja sudah cukup mengerikan.Itu sebabnya, para pesilat yang terus berteriak ingin membunuh Luther sontak terdiam. Lagi pula, Faksi Kirin bukan hanya memiliki senjata tajam, tetapi juga senjata api. Begitu mereka menembak, pesilat tingkat sejati tidak akan mampu menahannya."Tuan, kamu baik-baik saja?" tanya Johan yang membawa elite Faksi Kirin mengadang di depan Luther untuk menjadi tameng."Aku baik-baik saja," sahut Luther sembari menggeleng. Tidak akan ada yang bisa menghalanginya jika dia ingin kabur. Namun, takutnya reputasinya akan menjadi buruk."Luther, kamu kira pasukanmu mampu melawan pengawal bayangan Keluarga Hutomo?" bentak Klark dengan murka.Meskipun anggota Faksi Kirin sangat banyak, mereka hanya akan mati kalau pengawal bayangan turun tangan. Tentunya, kerugi
"Pil Tujuh Hari Kematian?" Ketika melihat pil berwarna hitam itu, banyak orang yang menunjukkan ekspresi ketakutan.Pil itu memiliki toksisitas yang sangat tinggi. Begitu dikonsumsi, seseorang sudah pasti akan mati jika tidak mendapatkan penawarnya. Bahkan, basis kultivasi setinggi apa pun tidak akan bisa membantu."Luther, kalau kamu memang nggak bersalah, makan saja pil itu!" bentak Klark."Ya, kami nggak akan pergi sebelum kamu menelan pil itu!" seru anggota Keluarga Hutomo lainnya.Mereka tentu merasa enggan jika Luther bisa bebas begitu saja. Namun, situasi akan berbeda setelah Luther menelan Pil Tujuh Hari Kematian. Tidak peduli tipu muslihat apa yang dimainkan, dia tidak akan terlepas dari kematian sebelum memberi mereka penjelasan."Oke, aku akan memakannya," ujar Luther sambil mengangguk. Kemudian, dia memasukkan pil itu ke mulutnya."Tuan, jangan!" Ronald buru-buru menghentikan saat melihatnya. "Pil ini beracun, kamu akan mati kalau memakannya!""Dia tetap akan mati kalau ngg
Jika Raiden tidak memberikannya waktu untuk menyelidiki insiden ini, mungkin pertempuran besar sudah terjadi sekarang. Ketika saat itu tiba, situasi akan sulit untuk dikendalikan."Luther, aku nggak bisa membantumu secara terang-terangan. Tapi, kamu boleh mencariku kalau ada masalah," ucap Raiden dengan sungguh-sungguh."Terima kasih, Tuan Raiden." Luther menangkupkan tangannya."Masalah sudah seperti ini, jaga dirimu baik-baik." Raiden menggeleng sambil menghela napas.Anggota Keluarga Hutomo dan lainnya datang dan pergi dengan cepat. Ketika melihat Luther menelan pil itu, mereka tahu bahwa dia sudah pasti akan mati. Bisa dibilang, tidak penting lagi apakah Luther adalah pelaku yang sebenarnya atau bukan."Tuan Luther, kamu benar-benar gegabah! Kenapa mengorbankan nyawamu sendiri?" Johan menghela napas, tidak memahami tindakan Luther ini."Semua ahli bela diri dari Jiman dan Jiberia berkumpul di luar. Kemampuan kalian masih belum cukup untuk membuat mereka mundur," sahut Luther dengan
Entah berapa lama kemudian, Luther membuka matanya, lalu mendapati dirinya sudah berada di rumah sakit. Racun dalam tubuhnya berhasil distabilkan untuk sementara waktu, tetapi kondisinya masih buruk."Sayang, akhirnya kamu siuman!" Terdengar seruan kaget dari samping. Begitu menoleh, Luther pun melihat Bianca yang duduk di samping ranjangnya dengan ekspresi cemas."Bianca, kenapa kamu di sini?" tanya Luther yang tertegun melihat kemunculan wanita ini."Ronald bilang kamu jatuh pingsan, aku tentu harus datang. Gimana? Mana yang sakit?" tanya Bianca dengan penuh perhatian."Aku baik-baik saja, hanya kecapekan dan butuh tidur," jawab Luther dengan nada santai."Kecapekan apanya? Jelas-jelas Tuan keracunan," gumam Ronald yang berdiri di samping dengan lirih."Diam!" tegur Luther sambil memelotot dengan galak."Apa? Keracunan? Kok bisa?" tanya Bianca sembari mengerutkan dahinya."Hanya racun kecil, bukan masalah. Aku akan sembuh habis makan obat," ucap Luther yang tersenyum."Kamu yakin?" B