Melihat penampilan Ariana, Luther tertawa dan terus menganggukkan kepalanya."Baiklah. Bu Ariana memang hebat, tak kalah dengan siapa pun. Kelak, pasti bisa menjadi ratu keluarga bangsawan!"Saat mengatakan itu, Luther mengayunkan tinjunya dengan semangat untuk memberikan semangat."Hei! Bisakah kamu lebih serius, aku serius! Asalkan aku bisa menjadi kepala Keluarga Warsono, kedudukanku lebih tinggi daripada Bianca. Saat itu, kamu ikut aku saja!"Ariana mengangkat dagunya dan nada bicaranya dominan. Saat ini, dia sangat bersemangat. Sebelumnya, dia selalu merasa Bianca memiliki latar belakang yang baik dan dia kalah darinya. Namun sekarang, dengan statusnya sebagai calon pewaris Keluarga Warsono, kedudukannya dan Bianca akhirnya sama. Jadi, siapa yang menang atau kalah dan mendapatkan Luther, semuanya tergantung pada kemampuan masing-masing!"Nona! Ada telepon!"Pada saat ini, ponsel Nelly berdering.Begitu Ariana menerima teleponnya, langsung terdengar suara Helen. "Putriku, kamu di m
Melihat ekspresi Amanda yang dingin, Ariana mengernyitkan alisnya dan ekspresinya menjadi muram. Amanda menyemburkan teh ke wajahnya ini sudah tidak termasuk peraturan lagi, tetapi jelas-jelas sedang mempermalukannya. Apa Amanda sedang memberinya pelajaran?"Ariana! Apa yang sedang kamu lakukan? Menyuruhmu menyajikan teh, kamu malah menyajikan air panas. Apa kamu sengaja ingin mencelakai nenekku?"Sudah mendapatkan alasan, jadi Catherine mulai membuat Ariana kesulitan."Huh! Aku lihat ada orang yang merasa tidak senang, jadi sengaja mencari masalah!" kata Pristia yang juga ikut menghujat Ariana."Tidak ... Ariana tidak sengaja melakukannya. Lagi pula, aku sudah mengecek teh ini, sama sekali tidak panas," jelas Helen buru-buru."Kenapa? Maksudmu, aku sedang berbohong?" kata Amanda dengan ekspresi dingin."Bukan, aku yang salah, mulutku yang bermasalah," kata Helen sambil tersenyum dan sama sekali tidak berani membantah.Reaksi Helen ini membuat Amanda, Pristia, dan Catherine diam-diam m
Pada saat itu, Ariana juga menunjukkan tekadnya dan tampaknya bersiap untuk meladeni hingga akhir. Saat menerima gelas ketiga dan hendak memberikannya, sebuah tangan besar tiba-tiba mencegah gerakannya. Saat berbalik, dia melihat Luther dengan ekspresi dingin."Kali ini, biarkan aku saja.""Kamu?"Ariana merasa bingung karena dengan sifat Luther, dia seharusnya tidak akan menundukkan kepala kepada orang. Apakah Luther melakukan ini demi dia?"Kamu kira kamu siapa? Apa kamu berhak menyajikan teh untuk nenekku?" kata Catherine dengan ekspresi cuek.Catherine ingin mempermalukan Ariana, bukan Luther."Huh! Kalian ini orang desa benar-benar tidak beraturan, bukan siapa pun boleh berbicara denganku," kata Amanda sambil mengangkat kepalanya dan ekspresinya tidak puas."Segelas teh saja, siapa yang memberikannya sama saja. Hari ini suasana hatiku sedang baik, jadi aku yang menyajikan teh untukmu. Minumlah."Luther mengambil teh itu dan melangkah maju. Kemudian, di bawah tatapan semua orang ya
Melihat ekspresi tegas dari Luther, Helen dan beberapa orang lainnya tercengang. Mereka semua terdiam, wajah mereka penuh dengan kebingungan. Kenapa anak ini bisa senekat itu menegur orang yang dihormati seperti itu di depan umum?"Bocah tengik! Berani-beraninya kamu memberiku pelajaran? Percayalah, hanya dengan satu kata dariku, aku bisa membuat keluargamu tidak pernah bisa bangkit lagi!" Amanda menutupi wajahnya yang memerah sambil memaki Luther. Dia terlihat sangat marah. Keanggunan dan sikapnya yang elegan sebelumnya telah hilang."Coba saja kalau bisa." Luther sama sekali tidak takut."Baiklah! Bagus!" Amanda sangat marah dan akhirnya tertawa sambil berkata, "Helen, oh Helen! Keluarga kalian benar-benar hebat! Aku datang dari jauh ke Jiloam hanya untuk mengangkat kalian semua, tapi apa yang kalian lakukan? Bukan hanya tidak menghargai sama sekali, bahkan juga melawanku seperti ini!""Sepertinya sudah saatnya mengganti kepemilikan surat penunjukan ini! Lagi pula, kalau kalian tidak
Ariana mengernyitkan alisnya. Itu bukanlah jumlah kecil. Tidak banyak orang di Jiloam yang sanggup langsung mengeluarkan dana sebesar 2 triliun."Tentu saja, kalau kamu gagal mendapatkan uang itu, kamu bisa langsung mengundurkan diri. Jangan menghambat perkembangan perusahaan," kata Amanda sambil mencibir. Dana 2 triliun ini bukanlah permintaan dari kepala keluarga, melainkan adalah rintangan yang dibuatnya sendiri.Pasalnya, Amanda tidak ingin membiarkan orang luar memegang kekuasaan sebesar itu. Jadi, dia berusaha mencari alasan agar Ariana bisa mundur dengan sendirinya. Pada saatnya nanti, dia juga bisa memberi penjelasan yang masuk akal jika kepala keluarga mempertanyakannya."Kenapa jadi diam? Jangan-jangan kamu nggak sanggup melakukan hal sekecil ini?" sindir Amanda."Huh! Kalau kamu nggak sanggup, biar aku saja yang jadi presdir!" kata Catherine. Dengan koneksi dan bantuan dari neneknya, dana 2 triliun ini seharusnya bukan masalah besar.Pada saat ini, Luther tiba-tiba berceletu
Setelah keluar dari vila Keluarga Warsono, Luther baru saja mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon seseorang. Namun pada saat ini, ponselnya berdering. Orang yang meneleponnya adalah Fernando."Halo, Bos Fernando, baru saja aku mau mencarimu. Tak kusangka malah kamu sudah menelepon duluan," jawab Luther ketika mengangkat panggilan itu."Oh? Ada masalah apa Tuan Luther mencariku?" Fernando agak terkejut."Begini, aku punya teman yang sedang dalam kesulitan dan ingin meminjam dana secara mendesak. Aku sedang berpikir apakah boleh meminjamnya darimu?" tanya Luther."Dasar, aku sampai terkejut mengira ada masalah besar. Ternyata hanya mau meminjam uang? Nggak masalah kalau soal uang. Berapa banyak yang diperlukan temanmu itu?" Fernando menghela napas lega."Dua triliun.""Hanya masalah kecil, besok aku akan mengantarkannya untukmu.""Kalau begitu, aku berterima kasih duluan kepada Bos Fernando," kata Luther."Tuan Luther nggak usah sungkan. Justru aku yang harus berterima kasih padamu
"Kamu nggak senang? Kalau begitu, lihat saja nanti!" ejek gadis bertopi dengan tak acuh. Luther hanya bisa diam dan tersenyum melihat kelakuan kedua orang ini.Seiring berjalannya waktu, acara pelelangan juga sudah hampir berakhir. Beberapa barang langka yang paling berharga juga sudah mulai dikeluarkan. Tak lama kemudian, tibalah giliran Teratai Hijau Milenium."Hadirin sekalian, barang yang akan dilelang selanjutnya ini adalah sebuah bahan obat kelas atas! Bahan obat ini sangat langka di dunia. Sampai saat ini, tanaman ini sudah berusia 1.000 tahun! Nama tanaman ini adalah Teratai Hijau Milenium!"Seiring dengan lambaian tangan dari pembawa acara, sebuah kotak kayu cendana dibawa keluar dari belakang panggung. Setelah dibuka, ternyata kotak itu berisi sekuntum teratai berwarna hijau. Penampilan teratai itu sangat mengilap bagaikan giok. Daunnya berwarna hijau, tetapi biji bunga teratainya berwarna keemasan.Penampilan teratai itu begitu sempurna bagaikan sebuah karya seni. Di bawah p
"Harry Sunaryo?" Begitu ucapan ini dilontarkan, seisi ruangan langsung heboh. Siapa yang tidak kenal dengan Harry Sunaryo di provinsi selatan ini? Dia adalah pemuda genius di Negara Draco. Pada usia semuda ini, dia telah mencetak banyak prestasi dan dijuluki sebagai Jenderal Harimau.Harry adalah panutan seluruh generasi muda di provinsi selatan ini. Bahkan ada yang berani berasumsi bahwa Harry akan memiliki masa depan yang lebih menjanjikan daripada Jenderal Yogi! Keluarga Sunaryo yang pada awalnya memang merupakan Tiga Keluarga Puncak ini, kini kedudukannya menjadi semakin stabil dengan keberadaan Harry.Dalam beberapa tahun belakangan ini, tidak ada yang berani menyinggung keluarga mereka sama sekali. Jadi, saat mendengar Gianna menyebutkan statusnya, semua orang langsung kaget. Terutama pria berbaju batik dari Lembah Obat itu, wajahnya terlihat semakin murung dan tidak berani bersuara lagi.Meskipun kekuasaan Lembah Obat sangat luar biasa, tetap saja mereka hanya sekte di dunia per
Gema kembali mengambil secangkir teh dan meminumnya, "Selera tuan-tuan memang unik. Tapi, aku ini orangnya penakut, nggak tahan ditakut-takuti. Jadi, mohon tuan-tuan kelak jangan bercanda seperti ini lagi."Weker tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tentu saja. Ini pertama kalinya kita bertemu, jadi Tuan Loland hanya ingin mencairkan suasana. Kalau ada hal yang nggak berkenan, aku mewakili Tuan Loland minta maaf padamu. Jangan dimasukkan ke hati."Mendengar perkataan itu, ekspresi Gema akhirnya menjadi lebih ramah. Dia sudah berani menghadiri jamuan berbahaya ini, dia tentu saja tidak takut diintimidasi. Jika mereka berbicara baik-baik dengannya, dia tidak keberatan mengungkapkan sedikit informasi.Namun, sikap ketiga orang itu begitu sombong. Begitu membuka mulut, mereka langsung mengintimidasi, memerintah, dan sama sekali tidak menghargainya sama sekali. Hal ini tentu saja membuatnya merasa sangat kesal. Namun, demi menjaga harga dirinya, dia tidak langsung menunjukkan amarahnya."Ng
"Ini .... Ada beberapa hal yang nggak bisa dikatakan, tapi aku yakin kamu pasti mengerti," kata Trisno dengan serius."Aku ini bodoh, jadi nggak tahu apa yang Tuan Trisno maksud. Mohon Tuan Trisno memakluminya," jawab Gema dengan tenang."Kamu!" teriak Trisno yang mulai marah. Melihat sikap Gema saat masuk, dia mengira Gema menyadari situasinya dan pandai membaca keadaan. Namun, dia tidak menyangka Gema malah berpura-pura bodoh, jelas tidak menghargainya."Sudahlah, Trisno. Biar aku saja yang bertanya."Loland mengambil alih pembicaraan dan bertanya dengan terus terang, "Gema, 'kan? Kami nggak akan bertele-tele lagi denganmu. Kami sudah tahu maksud kedatanganmu ke sini, sekarang kami hanya ingin tahu informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan.""Informasi tentang apa yang dimaksud Tuan Loland?" tanya Gema lagi.Bang!Loland tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan ekspresi muram, "Anak muda, jangan berpura-pura bodoh denganku, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu nggak menjawab denga
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t