Setelah pertarungan berakhir, semuanya kembali ke ruang istirahat. Sekarang sudah siang hari. Para kandidat dan penonton tentu harus makan siang terlebih dahulu.Setelah beristirahat sekitar 1 jam, suasana menjadi ramai kembali. Ini karena Nabel naik ke arena kembali. Di belakangnya adalah seorang murid Gunung Narima yang memegang kotak hitam berisikan bola bernomor."Silakan keempat kandidat maju untuk mengambil nomor," ucap Nabel dengan lantang sambil memandang ke sekeliling.Di tengah suara tepuk tangan, empat sosok maju dan menaiki arena. Yang berdiri di paling depan adalah Hasta. Di belakangnya adalah Adam. Yang paling belakang adalah Charlotte dan Luther."Paman, sudah semifinal. Semangat!" Setelah naik ke arena, Charlotte mengedipkan matanya dengan nakal kepada Luther."Kamu juga." Luther tersenyum. Dengan kemampuan Charlotte, dia masih jauh dari Hasta. Jika melawan Adam, Charlotte punya peluang yang cukup besar untuk menang.Bagaimanapun, Adam baru menerobos tingkat grandmaster
Begitu mendengar pertarungan dimulai, suasana menjadi makin gempar. Sebagian besar mendukung Adam, sebagian besar lagi mendukung Hasta. Keduanya sama-sama genius yang punya reputasi besar. Tentu banyak yang menantikan pertarungan ini.Meskipun urutan Adam di Peringkat Genius lebih rendah, sebagai Ketua Muda Organisasi Mondial, reputasi dan prestisenya justru lebih tinggi daripada Hasta. Adapun siapa yang lebih kuat, semua akan terbukti setelah pertarungan ini berakhir."Hasta, aku sudah lama menunggu hari ini." Mata Adam yang menatap Hasta dipenuhi semangat bertarung. "Banyak orang bilang aku kalah darimu. Aku nggak bisa terima. Hari ini, aku mau bersaing denganmu. Kira-kira lebih hebat pedangmu atau Teknik Pedang Dewaku?""Waktu kamu mengatakan ini, kamu sudah ditakdirkan untuk kalah. Ini karena kamu nggak punya keyakinan untuk mengalahkanku," timpal Hasta dengan tidak acuh."Huh! Nggak usah basa-basi lagi. Hari ini, akan kutunjukkan kehebatan Teknik Empat Dewaku kepadamu!" Tubuh Adam
Di dalam ruang kantor presdir Grup Pesona."Luther, ini adalah perjanjian cerai yang disiapkan Bu Ariana. Silakan ditandatangani," ujar Julie selaku sekretaris Ariana. Kemudian, Julie yang mengenakan seragam kantor sedang meletakkan secarik kertas A4 di atas meja.Di seberangnya, duduk seorang pria tampan yang mengenakan pakaian sederhana."Cerai? Apa maksudnya?" tanya Luther Bennett dengan bingung."Luther, kamu masih tidak mengerti? Pernikahanmu dengan Bu Ariana sudah di ujung tanduk. Kalian tidak lagi sejalur. Keberadaanmu hanya suatu penghalang bagi Bu Ariana," jawab Julie tanpa rasa kasihan."Penghalang?" Luther mengernyit sembari bertanya, "Jadi, aku hanya penghalang di matanya?"Ketika keduanya menikah, Keluarga Warsono sedang berada di posisi yang tidak menguntungkan, bahkan memiliki banyak utang.Luther yang telah membantu Keluarga Warsono melewati kesulitan tersebut. Siapa sangka, setelah kaya raya, Ariana malah ingin mencampakkannya."Kamu boleh berpikir begitu," ujar Julie
Di dalam lift, Luther menatap liontin giok di dadanya. Tatapannya tampak sangat sedih sekarang.Meskipun sudah menduga bahwa hal seperti ini akan terjadi, dia tetap tidak bisa berlapang dada saat perceraian ini benar-benar terjadi.Awalnya, Luther mengira bahwa kebahagiaan itu sangat sederhana. Hanya perlu makan kenyang, melewati kehidupan yang santai, dan merasa gembira.Dia pun baru mengerti bahwa kehidupan biasa ternyata juga merupakan suatu dosa.Luther sudah hidup dengan nyaman selama 3 tahun ini. Sekarang, sudah saatnya dia bangkit.Kring kring kring ....Tepat ketika Luther sedang bengong, ponselnya tiba-tiba berdering.Terdengar suara yang familier saat dia menjawab panggilan tersebut. "Tuan Luther, aku Eril Wirawan dari Kamar Dagang Jiloam. Dengar-dengar, hari ini adalah ulang tahun pernikahanmu dengan Nona Ariana. Aku sudah menyediakan hadiah spesial untuk kalian. Kapan Tuan Luther punya waktu?""Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, Pak Eril tidak perlu repot-repot lagi lain
Hanya satu kata dari Luther sudah membuat Helen terperangah di tempatnya. Dia sungguh tidak menyangka bahwa Luther yang biasanya terlihat lembut akan begitu menyeramkan saat murka. Sorot matanya itu seolah-olah menyiratkan akan melahap Helen hidup-hidup."Tolong, ada pembunuh! Ada yang mau membunuh putraku!" teriak Helen dengan lantang setelah tersadar kembali.Dalam sekejap, sekelompok satpam dari Grup Pesona berbondong-bondong menghampiri tempat kejadian."Nyonya Helen, apa yang terjadi?" tanya salah satu satpam yang jelas mengenal Helen. Dia langsung menyatakan sikapnya begitu datang."Doni, cepat tangkap dia. Berani sekali dia memukul putraku! Aku mau dia menerima ganjarannya!" teriak Helen yang pura-pura memberanikan diri."Berengsek! Berani sekali kamu membuat keributan di pintu masuk Grup Pesona! Kamu sudah bosan hidup, ya!" seru satpam yang memimpin. Begitu dia melambaikan tangannya, sekelompok bawahan bergegas menghentikan Luther.Bagaimanapun, ini adalah kesempatan untuk meme
"Ibu, kamu bawa Keenan ke rumah sakit dulu. Biar aku yang urus masalah ini." Ariana membuat keputusan setelah berpikir beberapa saat."Ariana, kamu harus membela adikmu. Jangan biarkan bajingan itu begitu saja!" kata Helen dengan galak."Tenang saja, aku tahu apa yang harus dilakukan," ujar Ariana sembari mengangguk. Kemudian, dia memerintahkan 2 orang satpam untuk mengantar Helen dan Keenan ke rumah sakit."Julie, apa pendapatmu tentang ini?" tanya Ariana sambil menggosok pelipisnya. Dia merasa agak pusing."Bu Ariana, masalah ini sudah sangat jelas. Luther yang memukul adikmu. Selain itu, para satpam juga melihatnya tadi. Mereka tidak mungkin berbohong," jawab Julie."Tapi, ibuku itu ...." Ariana hendak mengatakan sesuatu. Dia tahu betul bagaimana karakter ibu dan adiknya yang tidak masuk akal itu."Bagaimanapun, Luther sudah salah karena memukul orang! Kalaupun ada kesalahpahaman, mereka bisa membahasnya dengan kepala dingin. Apalagi, Keenan adalah adik Bu Ariana. Dia sama sekali ti
"Ba ... bagaimana kamu tahu?" tanya Belinda seraya membelalakkan matanya. Wajahnya sampai memerah. Selain merasa canggung, dia lebih merasa terkejut.Belinda tidak menyangka bahwa Luther bisa menyebutkannya dengan begitu akurat. Pria ini sampai tahu dia sering sakit kepala, mens tidak lancar, bahkan diare yang sedang dideritanya.Apakah dia benar-benar begitu hebat atau ini hanya siasat untuk mengelabui mereka semua?"Pengobatan tradisional mementingkan 4 hal, yaitu mengamati rona wajah pasien, mendengar suara dan napas pasien, menanyakan gejala pasien, dan memeriksa denyut nadi pasien. Dengan ini, kami sudah bisa mendiagnosis," jelas Luther dengan tidak acuh."Belinda, gimana? Kamu sudah percaya, 'kan?" tanya Bianca sembari tersenyum.Pada saat yang sama, dia juga merasa lega karena sudah melihat kemampuan yang dimiliki Luther."Huh! Dia hanya beruntung, apa yang hebat!" seru Belinda yang masih merasa enggan."Tuan Luther, gadis ini memang keras kepala. Tolong jangan tersinggung," kat
"Dasar nggak berguna!" Bianca sontak murka. Dia mendorong Tobi, lalu membentak, "Aku suruh jangan cabut, tapi kamu memaksa. Sekarang, kamu hanya bisa memberiku hasil seperti ini?""Ini bukan salahku. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin!" Tobi menggeleng dan mulai melemparkan tanggung jawab. "Oh, ini pasti kesalahan dokter itu. Dia yang sembarangan menancap jarum untuk mencelakai Tuan Jericho!"Bianca langsung menampar Tobi. Kemudian, dia memaki, "Dasar rendahan! Kamu sudah salah, tapi masih menyalahkan orang lain? Biar kuperingatkan, kalau terjadi sesuatu pada kakekku, aku akan mengulitimu hidup-hidup!"Begitu ucapan ini dilontarkan, wajah Tobi langsung tampak pucat pasi.Dengan kemampuan Keluarga Caonata, mudah saja bagi Bianca untuk melenyapkan mereka dari dunia ini."Apa yang terjadi?" tanya Luther yang memasuki bangsal.Begitu melihat wajah Jericho yang menghitam serta mulut dan hidungnya berdarah, Luther langsung mengernyit."Bukannya sudah kubilang jangan cabut jarumnya? Kenapa
Begitu mendengar pertarungan dimulai, suasana menjadi makin gempar. Sebagian besar mendukung Adam, sebagian besar lagi mendukung Hasta. Keduanya sama-sama genius yang punya reputasi besar. Tentu banyak yang menantikan pertarungan ini.Meskipun urutan Adam di Peringkat Genius lebih rendah, sebagai Ketua Muda Organisasi Mondial, reputasi dan prestisenya justru lebih tinggi daripada Hasta. Adapun siapa yang lebih kuat, semua akan terbukti setelah pertarungan ini berakhir."Hasta, aku sudah lama menunggu hari ini." Mata Adam yang menatap Hasta dipenuhi semangat bertarung. "Banyak orang bilang aku kalah darimu. Aku nggak bisa terima. Hari ini, aku mau bersaing denganmu. Kira-kira lebih hebat pedangmu atau Teknik Pedang Dewaku?""Waktu kamu mengatakan ini, kamu sudah ditakdirkan untuk kalah. Ini karena kamu nggak punya keyakinan untuk mengalahkanku," timpal Hasta dengan tidak acuh."Huh! Nggak usah basa-basi lagi. Hari ini, akan kutunjukkan kehebatan Teknik Empat Dewaku kepadamu!" Tubuh Adam
Setelah pertarungan berakhir, semuanya kembali ke ruang istirahat. Sekarang sudah siang hari. Para kandidat dan penonton tentu harus makan siang terlebih dahulu.Setelah beristirahat sekitar 1 jam, suasana menjadi ramai kembali. Ini karena Nabel naik ke arena kembali. Di belakangnya adalah seorang murid Gunung Narima yang memegang kotak hitam berisikan bola bernomor."Silakan keempat kandidat maju untuk mengambil nomor," ucap Nabel dengan lantang sambil memandang ke sekeliling.Di tengah suara tepuk tangan, empat sosok maju dan menaiki arena. Yang berdiri di paling depan adalah Hasta. Di belakangnya adalah Adam. Yang paling belakang adalah Charlotte dan Luther."Paman, sudah semifinal. Semangat!" Setelah naik ke arena, Charlotte mengedipkan matanya dengan nakal kepada Luther."Kamu juga." Luther tersenyum. Dengan kemampuan Charlotte, dia masih jauh dari Hasta. Jika melawan Adam, Charlotte punya peluang yang cukup besar untuk menang.Bagaimanapun, Adam baru menerobos tingkat grandmaster
"Siapa sebenarnya pemuda ini?" gumam Nabel sambil menatap tangannya yang gemetaran. Dia tak kuasa merasa terkejut.Dari serangan tadi, Nabel bukan hanya tidak mendapat keuntungan dari Luther, tetapi juga menderita kerugian. Patut diketahui bahwa Nabel sudah mencapai tingkat grandmaster.Baik itu basis kultivasi ataupun pencapaian Mantra Cahaya Emas, Nabel jauh lebih hebat daripada Harit. Secara logika, dia seharusnya bisa mengalahkan pemuda seperti Luther. Namun, serangan tadi membuatnya menyadari sesuatu.Luther hanya menyembunyikan kekuatannya dan belum memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya. Jika tidak, Harit mungkin sudah mati sejak tadi. Setelah memikirkan ini, Nabel merasa gelisah.Orang-orang mengatakan di atas langit masih ada langit. Kekuatan dan potensi yang ditunjukkan Luther sungguh mengerikan. Bahkan, tidak berlebihan untuk mengatakan Luther adalah monster yang setara dengan Hasta."Ada apa ini? Kenapa wasit turun tangan?""Masa nggak ngerti? Harit sudah kalah. Kalau wa
Setelah Jimat Magis Delapan Diagram terbentuk, muncul sebuah formasi besar delapan diagram di tengah arena. Formasi itu menutupi sebagian besar arena dan terus berubah.Luther berdiri di tengah formasi. Seketika, dia merasakan tekanan besar. Tekanan ini berbeda dengan yang dihasilkan Jimat Pemindah Gunung. Tekanan ini tidak menargetkan fisik, melainkan menargetkan jiwa.Ini membuat seseorang merasa dirinya seolah-olah berada di dalam penjara dan tidak akan pernah bisa melarikan diri. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, Jimat Magis Delapan Diagram baru benar-benar memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya kali ini."Kamu nggak seharusnya memberiku waktu untuk membuat persiapan. Kamu terlalu sombong!" Harit merasa lega melihat formasinya telah terbentuk. Jimat Magis Delapan Diagram memang hebat, tetapi butuh waktu untuk digunakan. Bagi ahli bela diri. Waktu ini sebenarnya sangat fatal.Ketika menghadapi Kiehl kemarin, Karena situasi mendesak, Harit terpaksa mengambil risiko dan tidak se
"Apa?" Ekspresi Harit berubah drastis melihat Jimat Pengekang Jiwa yang meledak. Dia tidak menyangka di saat genting seperti ini, tiba-tiba muncul sebilah pedang yang menghancurkan semuanya.Kapan pedang ini muncul? Kenapa dia tidak merasakan apa pun? Sebelum Harit bereaksi, pedang hitam itu kembali bergerak. Terdengar raungan ringan, seolah-olah pedang itu memiliki spiritualitas. Pedang itu berputar di udara, lalu memelesat ke arah Jimat Pemindah Gunung dengan cepat.Bam! Jimat Pemindah Gunung yang melayang di udara hancur begitu saja, lalu berubah menjadi cahaya kuning. Pada saat yang sama, tubuh Luther menjadi ringan kembali.Luther merentangkan tangannya dengan perlahan. Setelah berputar satu putaran, pedang itu mendarat di tangan Luther. "Jimat Magis memang luar biasa. Hari ini aku akhirnya punya kesempatan untuk merasakannya sendiri."Luther memegang pedang dengan satu tangannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Tatapannya menjadi lebih serius. Meskipun Jimat Pemindah Gunung tid
"Masa? Karena kamu begitu percaya diri, kita lihat saja nanti." Yusril tersenyum tipis. Dia merasa sangat senang karena punya kesempatan untuk membuat Logan kesal.Bagaimanapun, Logan kalah dari Azka waktu itu. Sejak saat itu, Logan terus ditekan oleh Azka. Dengan kata lain, Azka adalah momok di hati Logan. Itu adalah trauma yang tak pernah terhapuskan.Ketika keduanya sedang berdebat di kursi penonton, situasi pertarungan di arena mengalami perubahan. Harit mulai kehabisan energi astral. Dia harus mengaktifkan Mantra Cahaya Emas, juga harus menggunakan Teknik Halilintar. Hal ini membuatnya agak kewalahan.Di sisi lain, Luther terus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerang. Luther pun hanya mengerahkan energi sejati saat melawan Teknik Halilintar. Jika situasi terus berlanjut, Harit tentu akan kalah."Aku harus segera mengakhiri pertarungan ini!" Harit menggertakkan giginya saat melihat energi astralnya tidak cukup lagi. Dia memutuskan untuk menggunakan jurus andalannya.
Ketika melihat arus listrik itu memelesat ke arahnya, Luther sama sekali tidak menghindar. Dia membentuk tombak dengan energi sejatinya dan menikam ke depan. Dia ingin mencoba sehebat apa Teknik Halilintar.Energi sejati dan Teknik Halilintar berbenturan. Seketika, kilat dan guntur menyambar. Energi meluap ke mana-mana. Serangan keduanya saling menetralkan. Tidak ada yang kalah.Pada saat yang sama, keduanya pun tidak berpangku tangan. Mereka lanjut menyerang dengan mengandalkan fisik. Suara pertarungan memenuhi seluruh arena."Aku nggak nyangka Luther setara dengan Harit. Ini di luar ekspektasiku.""Luther memang hebat. Apa yang perlu diherankan?""Kamu nggak ngerti. Luther ahli dalam pedang. Tapi, dia juga bisa melawan Mantra Cahaya Emas dan Teknik Halilintar Harit dengan mengandalkan fisiknya. Bisa dilihat, dia kuat sekali!""Ya. Kalau Harit ingin menang, sepertinya dia hanya bisa mengandalkan Jimat Magis. Tapi, jimat itu terlalu kuat."Sambil menyaksikan pertarungan sengit di arena
Seketika, semua orang bersorak dan bertepuk tangan untuk memberi dukungan. Luther dan Harit pun menaiki arena.Semua orang sangat menantikan hasil pertarungan terakhir ini. Baik itu Harit ataupun Luther, keduanya sama-sama hebat. Harit berhasil mengalahkan Kiehl yang merupakan ahli bela diri urutan kesembilan di Peringkat Genius. Reputasinya sangat besar sekarang. Sementara itu, Luther mengalahkan para ahli bela diri dari luar negeri. Dia juga menunjukkan kekuatan yang sangat hebat."Menurut kalian siapa yang bakal menang?""Seharusnya Harit, 'kan? Soalnya dia murid pribadi Gunung Narima. Dia sudah menguasai Mantra Cahaya Emas, Teknik Halilintar, juga Jimat Magis. Dia juga punya senjata Sekte Talasi. Kiehl saja bukan lawannya. Kesenjangan mereka pasti sangat besar.""Belum tentu! Aku rasa kita nggak bisa meremehkan Luther. Dia sangat misterius. Dia sepertinya menguasai semua teknik. Sampai sekarang, aku nggak bisa menilai kemampuannya.""Kita nonton saja. Hasilnya pasti terlihat nanti.
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi