Kalau situasi seperti ini terus berlanjut, Keluarga Angelo pasti akan memerosot. Itu sebabnya, mereka mulai merekrut para generasi muda yang memiliki bakat luar biasa. Sayang sekali, mereka belum menemukan yang benar-benar cocok sampai sekarang.Setelah melihat performa Luther, Jayda pun menjadi berminat dan mulai membuat penawaran menarik untuknya."Gila! Beruntung sekali dia! Bukan hanya Keluarga Angelo yang tertarik padanya, bahkan dia bisa mendapatkan wanita cantik. Ini namanya rezeki nomplok!" Orang-orang merasa iri mendengarnya. Meskipun mereka anggota Keluarga Angelo, sumber daya yang didapatkan terbatas sehingga harus bergantung pada diri sendiri.Sementara itu, Luther berbeda. Begitu bergabung dengan Keluarga Angelo, dia akan menjadi fokus utama mereka. Ini adalah kesenjangan yang sangat besar."Gimana? Kamu puas dengan tawaranku?" tanya Jayda sambil tersenyum. Siapa pun yang ingin maju pasti akan menyetujuinya."Terima kasih banyak, tapi aku belum berniat untuk bergabung deng
"Tuan-tuan sekalian, tolong tenang sedikit, jangan berdebat." Ketika melihat situasi memburuk, Luther akhirnya bersuara untuk mencairkan suasana. Kalau terus berdebat, Jayda dan Ezra mungkin akan berkelahi."Luther, kamu putuskan sendiri. Siapa yang akan kamu pilih sekarang? Keluarga Angelo atau Keluarga Paliama?" tanya Jayda."Luther, pikirkan baik-baik, jangan sampai membuat keputusan yang salah," ucap Ezra yang tampak mengelus janggutnya.Untuk sesaat, tatapan semua orang tertuju pada Luther. Perdebatan antara 2 tokoh besar seperti ini sangat jarang terjadi. Kedua tawaran ini sama-sama menggiurkan, jadi pasti sulit untuk membuat keputusan.Keluarga Angelo adalah keluarga militer, Luther adalah seorang master. Jika dinilai dari aspek masa depan, bergabung dengan Keluarga Angelo akan lebih cocok baginya.Sementara itu, Keluarga Paliama juga termasuk keluarga besar, bahkan kekuasaan mereka tidak kalah dari Keluarga Angelo. Ditambah lagi dengan keberadaan Bianca, Luther mungkin akan leb
Bianca yakin, reputasi Luther akan menjadi makin besar dalam waktu dekat ini!....Selama beberapa hari selanjutnya, Luther sangat sibuk. Dia harus mencari obat spiritual, harus membangun ulang Klinik Svarga, dan harus mengikuti perkembangan Salep Halimun.Tentu saja, Luther tidak lupa meluangkan waktu untuk menemani Bianca makan dan jalan-jalan. Intinya, dia tidak sempat untuk bersantai.Untungnya, produksi Salep Halimun sudah mulai berjalan. Cherry mendirikan perusahaan farmasi dengan nama keluarganya untuk menjual salep.Setelah berbagai promosi yang dilakukan, mereka pun sudah bisa bersaing dengan Salep Peremajaan yang dijual oleh Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman.Lantaran harganya lebih murah dan khasiatnya lebih bagus, reputasi Salep Halimun menjadi makin besar. Begitu dijual secara resmi, mereka akan membuat dunia gempar.Saat ini, di ruang rapat Keluarga Ghanim. Giotto buru-buru memanggil semua orang untuk mengadakan rapat internal karena mendapatkan sebuah kabar baru. Yan
"Huh! Besar sekali nyali Luther ini! Beraninya dia menantang kita! Benar-benar nggak tahu diri!" maki Giotto dengan tatapan galak.Belakangan ini, demi membuat Salep Halimun populer, Keluarga Ghanim menghabiskan banyak sumber daya mereka. Iklan mereka ada di mana-mana, mereka menawarkan dividen dan keuntungan serta menginvestasikan banyak uang.Mereka berniat menggunakan salep ini untuk membangun reputasi, menghasilkan banyak uang, dan memperluas koneksi. Tanpa diduga, Luther malah mengacaukan rencana mereka. Menyebalkan!"Julia, bukannya aku menyuruhmu menghabisi bocah itu? Kenapa dia masih hidup?" tanya Flanna sembari menoleh tiba-tiba. Dia menatap putrinya dengan tatapan menyalahkan."Aku ...." Julia tidak bisa berkata-kata. Di bawah tatapan tajam ibunya, dia langsung melemparkan tanggung jawab kepada Yudas. "Sebenarnya, Kak Yudas yang mengaturnya."Sudut bibir Yudas pun berkedut. Dia hanya bisa memberanikan diri untuk berucap, "Bibi, aku sudah memanggil banyak ahli beberapa hari in
"Angkat plakatnya lebih tinggi, taruh di tempat yang lebih mencolok. Karpet harus digelar sampai luar. Tim barongsai sudah datang belum? Suruh mereka cepat, perusahaan sudah mau diresmikan." Berry sibuk menginstruksi. Dia harus memastikan semuanya sudah beres baru bisa merasa lega. Hari ini, tidak boleh ada kesalahan apa pun. Semua harus berjalan lancar."Berry ...." Sebuah Maybach tiba-tiba berhenti di pinggir jalan. Kemudian, terlihat Sabian mendekat sambil tersenyum."Ayah, kamu sudah sampai." Berry berhenti menginstruksi dan menyambut ayahnya."Gimana? Apa semuanya lancar?" tanya Sabian sembari mengamati sekeliling untuk menikmati hasil jerih payah putrinya."Tentu saja lancar. Nggak mungkin ada masalah kalau aku yang mengaturnya," timpal Berry dengan penuh percaya diri."Bagus." Sabian mengangguk dan meneruskan, "Aku sudah mencari beberapa teman lamaku. Mereka sangat tertarik dengan Salep Halimun dan akan datang untuk meramaikan suasana hari ini.""Syukurlah! Terima kasih, Ayah!"
"Kenapa mereka datang ke sini?"Berry dan Sabian saling memandang sekilas dengan ekspresi yang mulai serius. Orang yang turun dari mobil itu bukan tamu yang datang memberi selamat kepada mereka, melainkan anggota dari Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman. Jelas sekali, kedatangan orang-orang itu tidak berniat baik.Luther tidak menunjukkan reaksi apa pun, seolah-olah dia sudah memperkirakan hal ini. Dengan reputasi dari Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman, mereka pasti tidak akan membiarkan Keluarga Chuwardi untuk merebut keuntungan ini. Oleh karena itu, mereka pasti akan mengirim orang untuk membuat kekacauan."Pak Sabian, sudah lama nggak bertemu. Bagaimana kabarmu?" kata Giotto dengan ekspresi yang penuh dengan senyuman palsu sambil memimpin sekelompok orang untuk mendekat."Pak Giotto, sebuah kehormatan besar kamu bisa datang ke sini. Maaf kalau sambutannya kurang bagus," kata Sabian sambil memberi hormat dan juga menunjukkan senyuman palsu."Aku dengar belakangan ini Keluarga C
"Kalau bukan karena aku menyadarinya tepat waktu, mungkin sekarang aku sudah mati. Aku sudah berkali-kali membantu kalian, tapi Keluarga Ghanim malah membalas kebaikanku dengan kejahatan dan melanggar janji. Aku justru penasaran, siapa sebenarnya yang licik dan nggak tahu malu? Siapa yang nggak punya hati nurani?"Kata-kata Luther yang terakhir dikatakan dengan begitu tegas sehingga banyak orang di sekitar mulai berbisik-bisik, bahkan ekspresi Giotto pun menjadi agak muram. Hal yang tidak pantas dilakukan seperti ini malah diungkap orang di depan umum, memang agak memalukan. Jika tahu semua akan menjadi kacau seperti ini, saat itu seharusnya tidak membiarkan Luther pergi dari Keluarga Ghanim.Julia merasa agak marah. "Kamu ... omong kosong! Luther, jangan kira aku nggak tahu kamu punya niat buruk terhadapku. Setelah kutolak, kamu terus menyimpan dendam di dalam hatimu dan mencari kesempatan untuk balas dendam. Orang sepertimu ini benar-benar licik!"Luther mengerucutkan bibirnya dengan
Mobil jenazah itu adalah mobil kotak berwarna hitam. Di depan mobil itu tergantung sebuah karangan bunga putih yang besar, sedangkan di sisi kanan dan kirinya terdapat karangan bunga kecil dan di mobilnya tertulis kata jenazah.Melihat adegan itu, sekelompok Keluarga Chuwardi langsung mengernyitkan alis. Mobil jenazah datang di hari pembukaan ini jelas bukan untuk memberi selamat, melainkan pengumuman kematian. Benar-benar sial!Saat mobil jenazah itu berhenti, dua mobil bisnis lainnya mengikuti di belakang. Begitu pintu mobil terbuka, sekelompok orang yang mengenakan pakaian duka putih bergegas keluar. Pada saat yang bersamaan, peti mati yang diukir dengan anggun diangkat keluar dan akhirnya diletakkan di depan pintu perusahaan Keluarga Chuwardi."Siapa di antara kalian yang membuat Salep Halimun? Keluarlah!" Pada saat itu, seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian duka tiba-tiba maju dan berteriak dengan marah."Siapa kalian? Kenapa kalian membawa barang ini ke sini?" tanya Ber